“Nan, tumben lo pake cincin itu?” Dewi mengerutkan kening sambil menatapku dengan mata menyipit. “Eh, beneran? Mana?” Mela segera menarik tanganku, melototkan mata lalu mengangkat pandangan beralih padaku. “Woah, ada perkembangan, guys,” lanjutnya lagi. “Dih, pantesan wajahnya berseri-seri. Udah unboxing pasti.” Pupil mataku melebar, kala mendengar ucapan Rara yang frontal. “Apa sih, Ra?” “Tuh, kan. Dia nggak bakal nyangkal dengan tatapan seperti itu, tatapan malu-malu monyet kek gitu.” Ia menunjukku, membuatku menunduk menyembunyikan wajah salah tingkah. “Sok tahu kalian, padahal belum nikah juga,” protesku tak mau kalah. “Aduh, Nan. Sebagai pengamat, gue tahu itu. Di jidat lo aja tertulis dengan jelas bahwa lo sedang jatuh cinta. Siapa yang kemarin ngomong kalo nggak bakal jatuh pada pesona dosen kita itu?” “Ya, gue terpesona bukan karena tampangnya, kok, tapi—” “Tapi ukurannya, ya?” “Mela! Lo ngeres mulu.” “Eh, bekicot sawah. Maksud gue ukuran punggung dan bahu, Pak Rang
Terakhir Diperbarui : 2023-09-15 Baca selengkapnya