Semua Bab Gadis 200 juta: Bab 21 - Bab 30

36 Bab

Bab 21. Malam Mingguan

Pegawai butik menyapa kedatangan Bara dengan sangat ramah, bahkan sampai membungkukkan badan juga. Lalu tiba-tiba dari arah dalam muncul seorang perempuan cantik dan berpenampilan fashionable. "Hai Bara, akhirnya kamu sampai sini juga. Hmm ini cewek kamu?" Sapa perempuan modus itu tak kalah ramah dari para penjaga butik. "Tidak, Kak. Saya hanya AR...." "Melinda, tolong siapkan baju yang sudah aku pesan buat Alana." Bara memotong pembicaraan Alana dengan berbicara kepada Melinda. "Baik, ayo masuk, Alana."Alana mengikuti langkah Melinda, sang pemilik butik. Dan sesampainya di dalam ruangan, dia di suguhi sebuah dress berbahan silk dan panjang di bawah lutut, dia juga disuruh memakai high heels berwarna silver. Kakinya yang jenjang dan berkulit putih bersih semakin terlihat cantik. Ya Tuhan cantik sekali.... " Puji Melinda berdecak kagum melihat penampilan Alana sekarang. "Ah, Kak Melinda bercanda." Ujar Alana. Baginya Melinda memang berlebihan karena dia jauh lebih modis dandanan
Baca selengkapnya

Bab 22. Hanya Seorang ART

"Ciyee yang semalam habis diajak kencan Babang tamfan...." Goda Bik Indah pagi ini kala Alana membantu pekerjaan di dapur. "Apaan sih, Bik." Alana tersipu sampai merona merah pipinya. Semalam ternyata Bik Sari dan Bik Indah belum tidur pas dia pulang bersama Bara. "Sepertinya dia suka sama kamu loh, Nduk. Terlihat dari caranya melihatmu, dia juga akhir-akhir ini terlihat ceria." Ujar Bik Sari. "Ah, tidak usah terlalu berlebihan lah Bibik ini. Kak Bara orang terhormat, Alana hanya ART di rumahnya.""Ya siapa tahu dong, Nduk. Takdir Tuhan kan kita tidak tahu. Sebagai ganjaran atas segala kesulitan hidup yang menimpamu selama ini."Alana hanya diam. Baginya kisah cinderella yang hanya rakyat jelata dan dipersunting oleh Pangeran tampan hanya ada dalam cerita dongeng saja. Dalam dunia nyata, semua akan tetap mempertimbangkan bibit, bebet, dan bobot. Seperti biasa, pagi ini Alana berangkat kuliah bersama Bara. Karena cowok tersebut sekalian menuju ke cafe yang sudah dia dirikan selama
Baca selengkapnya

Bab 23. Tolong Tahu Diri

Alana hanya diam mendengar ucapan bernada ancaman dari Grace. Bukan karena tidak setuju, namun karena dia tidak suka dengan Grace yang seolah merasa berkuasa terhadap Bara."Sekali lagi aku ingatkan, kamu hanya ART di sini. Tidak lebih! Kamu tidak ada apa-apanya dibanding aku! Bara tidak mungkin mau sama kamu yang kumal dan kuno! Semua tipe cewek idaman Bara ada padaku, ngerti kamu?" Grace menunjuk-nunjuk muka Alana. Suaranya tertahan, mungkin takut ada yang mendengarkan.Alana hanya mengangguk. Lalu setelah Gracia turun tangga, Alana segera masuk ke kamar Bara untuk mengantarkan kopi.Wajah Bara masih terlihat garang, sisa-sisa kemarahan terhadap Gracia masih terlihat pada guratan wajahnya. Alana yang hendak menanyakan perihal macb**k air yang ada di kamarnya, jadi urung. Bara tampak menakutkan, sepertinya jika ditanyain mungkin bukannya dijawab tapi malah diterkam."Ini kopinya, Kak Bara." Ujar Alana pelan dan sopan. Dan lelaki kulkas yang sedang marah itu hanya melirik sebentar, ta
Baca selengkapnya

Bab 24. Jodoh Untuk Bara

"Hai Bara, aku Sashi." Perempuan cantik itu mengulurkan tangannya yang putih mulus ke arah Bara. Bara hanya melirik sebentar, disambutnya uluran tangan tersebut dengan ogah-ogahan. Setelah itu dilepasnya lagi. Bara kini memalingkan muka, dan memilih memandangi pemandangan luar resto melalui kaca. "Bara, Sashi ini lulusan London Bussiness School, loh. Dia piawai mengurus usaha Papanya. Selain cantik, dia juga pintar." Kirana memuji kelebihan Sashi. "Ah, Mbak Kirana bisa saja. Aku masih belajar, Mbaak...." Ujar Sashi dengan suara lembut, namun di telinga Bara terdengar seperti suara lelembut, eh. "Masih belajar saja keren banget, omset perusahaan milik Papamu meroket tajam, terus bagaimana kalau sudah menguasai semuanya?" Ujar Kirana lagi. Yang terus memuji Sashi agar Bara yang duduk di hadapan mereka semakin terpikat. Kedua makhluk cantik itu terus mengobrol, sedangkan Bara malah asyik menghabiskan steaknya, setelah itu cowok kulkas itu malah memasang headset di kedua telinganya,
Baca selengkapnya

Bab 25. Kebencian Kirana

Kirana tidak berhenti mengomel sampai mobil berbelok menuju rumah besar mereka. Dia menyayangkan Bara yang sangat cerdas dan hebat berbisnis, namun begitu menyedihkan dalam urusan percintaan."Alana mungkin cantik, tapi dia tidak cocok denganmu, dia tidak sepadan dengan kita" Pungkas Kirana sebelum turun dari mobil."Memang menikah dengan yang sepadan menjamin kebahagiaan?""Bara, berpikirlah realistis. Usaha Papa butuh dukungan, kita akan membuat usaha semakin besar dengan cara menjadikan Sashi sebagai istrimu, dengan begini harapannya perusahaan kita semakin berkibar.""Berarti tujuan menikah demi perusahaan Papa?" Ujar Bara sinis."Berpikir realistis, Bara." Setelah itu, Kirana turun."Om, kok gak sama Kak Alana?" Sapa Starla setelah Bara memasuki rumah. "Belum pulang dia." Jawab Bara sambil mengelus kepala ABG itu."Huft, aku butuh bantuannya menyelesaikan tugas matematika." Starla menggaruk kepalanya."Kamu kan bisa tanya guru les kamu, Sayang?" Tiba-tiba Kirana sudah berdiri ta
Baca selengkapnya

Bab 26. Tuduhan Menyakitkan

Kirana tidak ingin Nyonya Yulia semakin menyayangi Alana, dan meminta supaya Bara menikahinya. Untuk itulah dia berniat mengusir Alana saat ini juga. Bel rumah berbunyi, Kirana berjalan membukakan pintu. Dan setelah pintu terbuka, seorang Ibu-ibu berpakaian rapi menyembul di balik pintu tersebut. "Selamat siang, Nyonya. Benarkah ini kediaman Nyonya Yulia dan putrinya Starla?" Tanya wanita tersebut dengan sopan, bahkan sambil membungkukkan badannya. "Iya, dengan siapa?" Kirana mengernyitkan dahinya. "Saya Miss Berlin, yang akan menjadi guru les Nona Starla." Jawab perempuan berusia 40 tahunan itu. "Oh, silakan masuk, Miss. Biar saya panggil Starla." Kirana langsung menyilakan Miss Berlin agar duduk di ruang tengah bawah tangga. Persis seperti Miss Deva jika duduk dan mengajari Starla. "Alana, tolong buatkan minuman buat Miss Berlin ya, dia itu guru les Starla yang baru, lukisan S2 universitas of Buckingham. Kemampuannya tidak diragukan lagi. Jauh pokoknya sama yang hanya berijaza
Baca selengkapnya

Bab 27. Diusir

Betapa sakit hati Alana mendengar penuturan Den Ayu Kirana. Namun apa boleh buat, dia sudah diberhentikan oleh majikannya, harus tahu diri. Dan segera pergi meninggalkan rumah ini. "Terimakasih, Den Ayu. Maaf selama ini sudah banyak membuat kesalahan di rumah ini. Dan saya mau pamitan sekarang juga. Besok pagi aku pasti akan pergi." Ujar Alana. "Bagus kalau kamu tahu diri, sekarang beresi semua barang-barangmu, dicek juga jangan sampai ada yang tertinggal. Setelah ini istirahat, agar besok bisa bangun pagi-pagj buta."Alana keluar dari ruangan milik Kirana dengan hati yang gundah, namun setidaknya setelah ini dia bakal bebas, tidak ada lagi yang mengatur hidupnya, meskipun harus bingung cari kontrakan lagi. ***Pagi ini suasana rumah Nyonya Yulia heboh, semua panik akan ketidak berapaan Alana. Padahal tadi malam gadis itu masih terlihat asyik ngobrol dengan Bik Indah, Bik Sari, dan Bik Rindi."Masak Bibik tidak tahu kemana perginya? Padahal Bibik kalau bangun pagi-pagi buta loh!" T
Baca selengkapnya

Bab 28. Susahnya Cari kerja

"Tidak apa-apa. Aku mau pindah kerja saja di tempat yang lebih nyaman. Kamu ada info lowongan nggak?" Tanya Alana. "Mana tahu aku hal-hal begituan. Kamu mau kerja lagi?" Tanya Nata. Alana menghela nafasnya. Lalu menghembuskannya lagi. "Kalau aku tidak kerja, nanti kebutuhanku mau di penuhi oleh siapa?" Ujar Lana, dengan tatapan mata kosong."Maaf, kalau boleh tahu, memang Bapak Ibumu kemana?" Nata yang seketika langsung paham dengan kondisi Alana, bertanya dengan hati-hati. "Sudah nggak ada. Aku bisa kuliah juga karena dapat beasiswa. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, aku harus kerja juga, kan? Makanya aku harus segera mendapatkan pekerjaan lagi kalau masih pengen hidup." Cerita Alana. Nata mengangguk tanda paham. "Maaf, Alana. Aku kira selama ini kamu bilang kalau yang antar jemput kamu itu adalah majikanmu, aku tidak percaya. Lagian mana ada sih majikan mau mengantar jemput karyawannya. Baru kali ini saja sepertinya di muka bumi ini. Aku kira dia itu kakakmu." Ujar Nata.
Baca selengkapnya

Bab 29. Mendapatkan Pekerjaan Baru

Alana menutup bukunya. Pelajaran bersama Dosen Aris memang mampu memeras otak. Sepertinya membeli es teh harga tiga ribuan mampu mendinginkan otaknya yang kemebul."Alana," Tiba-tiba Pak Aris memanggilnya. Membuat Alana menghentikan langkah, dan menghampiri dosen tersebut."Iya, Pak Aris. Ada apa?" Tanya Alana."Begini, aku ada tawaran job untuk kamu. Kamu mau tidak mengajar di bimbel milik saya? Untuk jadwalnya bisa sepulang dari kampus. Kalau dari sini jaraknya sekitar 4 kilometer. Kalau bawa motor sendiri lebih cepet."Bagai tersiram air pegunungan di gurun Sahara. Tawaran dari Pak Aris itu seperti jawaban atas do'anya semalam."Daripada keluyuran tidak jelas kan mending ngajar di bimbel saja, dapet duit, jadi tidak ngandelin kiriman ortu dari kampung. Gimana, mau tidak?"[Ya Alloh, ternyata Allah memay benar-benar Maha Baik. Disaat membutuhkan, dia datang membawa pertolongannya.]"Gimana, mau nggak? Malah bengong kayak sapi ompong?" Tanya Pak Aris yang memperhatikan ekspresi Alana
Baca selengkapnya

Bab 30. Hutang di Warung Bu Mirah

Mischa membuka laci meja di kamar Mamanya, tempat biasa Bu Rika menaruh dompet. Dan benar saja, dompet yang doa cari tergeletak di laci tersebut. Dengan penuh kegirangan, Mischa ambil dompet tersebut, di timang-timangnya karena sepertinya isinya tebal sekali. Ah, pasti ini uang, pikirnya. Namun, betapa terkejutnya dia, yang membuat tebal dompet Mamanya ternyata adalah kertas-kertas berbagai catatan hutang, yang ada beberapa diantaranya sudah lunas, namun ada juga yang belum lunas. Hanya terdapat selembar uang sepuluh ribu rupiah, itupun bentuknya sudah sangat lusuh, selisih dompet yang dia pegang. "Sialan! Di mana sih sebenernya Mama menaruh uang-uangnya?? Setelah mendapat uang 200 juta dari Om Anton itu apa sekarang sudah habis? Atau jangan-jangan dia tabung di bank?" Batin Mischa. Dalam hati Mischa, dia membenarkan dugaannya sendiri, bahwa Mamanya pasti menyimpan uang tersebut di Bank. Tidak mungkin uang sekoper yang diberikan leh Om Anton itu langsung habis. Ya, aku akan tany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status