All Chapters of Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan: Chapter 41 - Chapter 50

116 Chapters

Thropy Pertama

"Tidak pernah aku sangka hari ini datang juga," gumam Ale pelan.Ale berdiri sembari menopangkan dagunya di pagar balkon. Menatap kota Granada dari balkon kamarnya. Seorang diri sembari mendengarkan lagu favoritnya."Ale! Belum tidur?" Sasmaya datang membawakan sebotol air mineral."Seperti yang kau lihat," sahutnya dan mengambil botol air mineral di tangan Sasmaya."Kenapa? Ada sesuatu yang menganggumu?" Sasmaya bertanya dengan hati-hati dan duduk di bangku kayu yang ada di sudut balkon."Tidak ada, hanya merasa sedikit terbawa suasana. Tanpa terasa waktu telah berlalu dan aku harus mengakhiri karirku di lapangan hijau." Ale tersenyum tipis dan turut duduk di sebelahnya."Iya, ini bukan hal yang aneh dan pasti terjadi. Dua puluh atau dua puluh satu tahun lalu saat aku pertama melihatmu di tim nasional U20, aku sudah tahu kau akan menjadi bintang hingga di abad milenial." Sasmaya menoleh dan menatapnya lekat-lekat."Sungguhkah? Kau ini cenayang rupanya, karena dugaanmu itu benar adanya
Read more

Sasmaya dan Mireya

"Halo Senora Mireya!" Sasmaya menyapa wanita cantik yang sudah menunggunya untuk sarapan bersama."Halo Senora Sasmaya. Wah, anda sungguh jauh berbeda dari kemarin saat kita bertemu di Madrid." Mireya tersenyum dan menatapnya dengan kagum."Anda sungguh pandai bercanda," sahut Sasmaya, tertawa lepas."Silakan duduk Senora!" Mireya pun tertawa dan mempersilakannya untuk duduk.Sasmaya duduk dan menatap Mireya sekilas. Dia wanita dengan kecantikan khas kaum Hispanik. Rambut hitam bergelombang dan kulit agak kecoklatan dan garis wajah yang mirip dengan sang sepupu, Alejandro Castillo."Sebenarnya saya ingin memesankan kopi untuk Anda tetapi Ale berpesan agar memesankan minuman yang lain, apakah Anda tidak keberatan?" Mireya berbicara dengan hati-hati."Tentu saja tidak. Sepertinya saya harus mengurangi konsumsi kopi karena itu sudah cenderung kepada kecanduan daripada sekadar menyukai," keluhnya dengan nada suram."Saya mengerti, bagaimana dengan Horchata?" Mireya bertanya kembali."Saya
Read more

Semuanya Sudah Berakhir

"Aku sudah bertemu dengan Sasmaya!" Mireya memberikan beberapa berkas pada Ale."Bagaimana hasilnya?" Ale mengambil berkas-berkas itu dan membukanya sembari memperbaiki posisi duduknya."Bagus! Dia menawarkan proposal untuk pengembangan wisata dan properti di Asia! Kau baca dahulu, setelah selesai urusanmu di klub kita diskusikan bersama!" Mireya menerima cangkir kopi yang disodorkan Alena padanya."Aku kira mengenai E-sport saja ternyata merambah ke bisnis yang lain." Alena terkekeh pelan dan duduk di sebuah sofa di sudut jendela."Kapan pertandingan perpisahanmu?" Mireya kembali bertanya sementara tatapannya jatuh pada anak-anak dan Alicia yang tengah bermain di teras samping."Minggu depan, kenapa?" Ale melirik Mireya dan tatapan matanya pun mengikuti kemana wanita itu memandang."Alena persiapkan perjalanan ke Asia akhir bulan ini. Satu hal lagi pastikan Alicia tidak mengunggah segala sesuatu yang mengundang kontroversi dengan unggahannya di media sosial." Mireya menatap Alena yang
Read more

Bahagia Itu Sederhana

"Toni, aku mau keluar sebentar!" Ale meraih kunci mobilnya."Baik Senor!" Antonio segera bersiap hendak mengawalnya."Tidak usah. Aku ingin sendiri!" Ale membuka pintu mobil."Tetapi Senor...." Antonio menatapnya heran."Hei tenang saja! Aku tidak akan tersesat, ini kota kelahiranku, aku hapal setiap sudutnya." Ale tersenyum dan mengedipkan matanya pada pria bertubuh tinggi besar itu.Antonio tidak membantah lagi dan membiarkan sang bintang keluar dari mansion mengendarai mobilnya."Eh! Mobil biasa?" gumamnya sembari menggaruk kepalanya yang tidak ditumbuhi sehelai rambut pun."Kemana Senor pergi?" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya."Mikaila? Kau mengejutkanku!" Antonio menoleh dan mempelototi gadis cantik yang berdiri di sebelahnya dengan santai."Apa perlunya kau ingin tahu kemana Senor Ale pergi? Apa Senora Alicia memintamu untuk memata-matainya?" Antonio menatap Mikaila dari ujung rambut hingga ujung kaki."Tidak, hanya heran saja dia tidak memakai mobil mewahnya," sahut gadis
Read more

Perempuan Kesepian

"Mpus! Oyen!" Sasmaya berseru memanggil Oyen, kucing kecil peliharaannya saat membuka pintu rumah."Meow!" Kucing itu mengeong sembari berlari menghampirinya."Oyen hari ini tidak nakal kan?" Sasmaya menutup pintu dan menguncinya kembali. Sementara Oyen mengikutinya."Sudah makan?" Sasmaya menuju dapur yang ada di bagian belakang rumah, melewati ruang utama dan ruang makan."Pinter!" pujinya pada kucing kecil yang kini duduk manis menatapnya.Sasmaya mengambil alat-alat yang digunakannya untuk memberi makan dan minum Oyen. Meletakkannya di wastafel dan menyiramnya dengan air kran."Hari ini mami tak begitu sibuk jadi bisa pulang sorean," ucapnya seorang diri seakan-akan mengajak berbicara kucing kecil yang kembali mengikutinya masuk ke ruang utama.Sasmaya meletakkan tasnya dan berkas-berkas yang dibawanya di atas meja konsol. Melepaskan gelang dan juga antingnya serta membuka kancing lengan kemejanya kemudian masuk ke dalam kamar."Meow! Meow!" Oyen mengikutinya dan naik ke tempat tid
Read more

Pertandingan Terakhir

Ale menatap lorong di depannya. Tulisan yang ada di dinding atas lorong membuatnya merasa kembali ke masa lalu."Empat belas tahun lalu pertama kalinya aku berdiri di sini. Suara gemuruh sorak sorai orai suporter terdengar dan membuatku dipenuhi semangat" gumamnya seorang diri.Ditundukannya kepalanya, menatap Jersey yang dikenakannya. Logo klub yang dibelanya selama empat belas tahun ini menjadi kebanggaan dirinya. Di klub ini dia menuai banyak prestasi baik individu maupun tim."Aku menjadi legenda di sini, di klub kesayanganku semenjak kecil, di klub yang berdiri di kota kelahiranku," bisiknya lirih sembari mengusap logo klub di dadanya dengan pelan."Ale!" Mateo, rekannya yang juga memutuskan untuk pensiun seperti dirinya, menepuk bahunya."Lorong yang kita lalui selama empat belas tahun di setiap pertandingan kandang kita. Tak pernah terbayangkan hari ini akan menjadi hari terakhir kita melintasinya sebagai pemain." Pria berambut panjang dan selalu mengikatnya dengan rapi itu men
Read more

Nikmati Hidupmu

Alejandro Castillo melambaikan tangannya sembari mengedarkan tatapannya ke setiap sudut stadion."Tahun-tahun terbaikku bersama kalian akan segera berakhir namun juga akan selalu dikenang sepanjang masa!" ucapnya dengan tenang."Aku dilahirkan di kota ini dan berakhir sebagai bagian dari klub kebanggaan kita!" Kali ini dia menoleh, menatap jajaran petinggi klub.Daniela Ortis menundukkan kepalanya, menahan air mata yang setiap saat tumpah dari mata sebening kelereng itu. Begitupun dengan sang kakak."Hari ini aku mengucapkan terima kasih kepada klub, manajemen, teman-teman dan kalian semua. Hari ini Alejandro Castillo akan menjadi kenangan dan legenda baru akan datang untuk membawa klub kesayangan kita melambung lebih tinggi lagi!" ucapan terakhirnya diiringi Isak tangis para fans dan juga rekan-rekannya.Mereka berpelukan saling mengucapkan salam perpisahan. Mungkin terkesan berlebihan, tetapi di manapun sebuah perpisahan, dalam suasana
Read more

Jutawan Sesungguhnya

"Senor!" Mikaila memanggilnya saat Ale baru saja selesai mengancingkan lengan kemejanya."Iya!"sahutnya sembari mengenakan jasnya."Senora Mireya meminta saya untuk mendampingi Anda." Mikaila mendekat tetapi hanya berdiri di dekatnya."Di mana Alena?" Ale bertanya dan mengambil laptop seta berkas-berkas di atas mejanya memberikannya pada Mikaila."Dia sedang mempersiapkan pertemuan pagi ini. Hari ini merupakan perkenalan Anda secara resmi, Senor!" Mikaila menjawab dengan tenang.Gadis cantik itu memasukkan semua berkas dan laptop milik Ale ke dalam sebuah tas. Ale memperhatikannya dengan seksama, sementara dia mengikat dasinya dengan hati-hati."Mi amor!" Tiba-tiba saja pintu kamar di buka dengan kasar. Teriakan Alicia mengejutkan mereka berdua."Ada apa Alicia?" Ale bertanya dengan santai dan memeluk wanita itu mengecup bibirnya sekilas."Jika Mikaila bersamamu, siapa yang akan membantuku?" keluhnya dengan manja."Kau bisa mencari asisten baru atau aku akan meminta Mireya untuk menca
Read more

Menikahlah

"Bibi Luisa!" Ale memanggil wanita paruh baya itu. Biasanya dia akan menunggu kepulangannya dengan duduk di dapur.Namun tidak ada yang datang. Ale membuka lemari pendingin dan mengambil botol air mineral. Sebenarnya dia jarang meminum air dingin tetapi akhir-akhir ini sungguh panas dan membuatnya kehausan."Kemana Bibi Luisa?" gumamnya pelan setelah menghabis satu botol air mineral dingin berukuran sedang."Ale, kau baru pulang?" Senora Paquita tertegun saat menemukan putranya tengah berdiri di dekat lemari pendingin."Iya Mom," sahut Ale masih terpaku menatap lemari pendingin yang terbuka."Kau lapar?" Senora Paquita menepuk bahunya pelan."Sepertinya begitu." Ale tersenyum tipis sembari menggaruk kepalanya, salah tingkah."Kalau begitu Mom akan memasakkan sesuatu untukmu. Duduklah!" Senora Paquita menunjuk ke kursi makan dan memintanya untuk duduk."Aku berganti pakaian dulu Mom." Ale memeluk sang ibunda dan
Read more

Andrew Kim

"Oyen, baik-baik di rumah ya!" Sasmaya menepuk-nepuk lembut kepala kucing itu."Meow! Meow!" Oyen seakan mengerti ucapannya dan menyahut dengan enggan."Ayolah jangan ngambek! Mami pergi sebentar saja," bujuk Sasmaya sembari menggaruk-garuk leher Oyen.Oyen memalingkan muka. Tidak mau menatapnya. Sasmaya tertawa melihat tingkah lucu kucing kesayangannya itu."Iya Mami tahu Oyen kesepian. Nanti Mami Carikan teman ya," bujuknya lagi."Oyen nanti main sama Bibi Liu ya." Seorang wanita paruh baya datang mendekat."Ngambek dia Bi!" Sasmaya tertawa diiringi gelak tawa Bibi Liu. Wanita paruh baya yang terkadang membantunya untuk membereskan rumah dan menjaga Oyen jika dia harus berpergian."Bibi, saya mungkin pulang agak makanan. Bibi pulang saja kalau pekerjaan sudah selesai, jangan lupa kue di lemari pendingin dibawa pulang ya!" Sasmaya melirik jam tangan yang melingkar di lengannya."Baik Non!" Wanita itu mengangguk mengerti dan mengambil Oyen serta menggendongnya."Saya pergi dahulu Bi. B
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status