All Chapters of PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI : Chapter 41 - Chapter 50

59 Chapters

Ternyata surprisenya?

Pagi hari yang begitu cerah, aku terbangun dari lelahnya malam. Tubuhku merasa nggak enak, mungkin karena semalam pulang larut sehingga bangun tidur pun malah pukul 08:00 WIB. Aku berusaha menggapai ujung ranjang bersiap bangun. Kepala rasanya pusing sekali, aku pun hanya bisa terdiam beberapa saat agar rasa pusing memudar. Seketika, ponsel yang tergeletak di atas nakas berdering. Aku menghela nafas gusar lalu meraih ponsel itu dan menatap layar yang rupanya Diana. Sepagi ini dia menelepon. Ada apa sih! Geramku di dalam hati. Jika tidak mengangkat, dia pasti akan marah. Terpaksa aku mengangkat panggilan darinya.“Iya, hallo, sayang. Kenapa?” tanyaku saat panggilan telepon telah terhubung.“Semalam mas ngomong katanya mau ke rumah mau ngasih surprise tapi daritadi aku tunggu kok belum kunjung datang. Mas di mana sekarang?” tanyanya sedikit kesal.“Mas baru bangun tidur, sayang. Semalam Mas pulang larut malam sekali. Sekarang mau siap-siap mandi, habis itu langsung otw.” Jelasku pada
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

Sudah lama nggak+

“Nenek?!” Diana bangkit menatap marah neneknya. Dia nggak suka melihat perlakuan neneknya terhadapku. Begitu pun aku, seumur hidup aku nggak akan pernah mau memaafkan perkataan yang begitu sangat menyakitkan dari mulut nenek tua itu. Dia pikir aku nggak bisa menjadi lelaki yang baik untuk cucunya. Namun, tunggu saja tanggal mainnya kamu pasti akan segera mat1 perlahan di tanganku. “Apa? Kamu mau membela laki-laki itu dibanding Nenek hah? Diana ... hei! Buka kedua matamu. Kamu sudah dewasa, jangan terbujuk rayuan manis dia. Nenek sangat amat yakin bahwa laki-laki yang menurutmu ini baik nggak beda jauh dengan mantan suamimu yang nggak tahu diri itu! Inget ya Diana, sampai mati pun Nenek nggak akan setuju jika kamu menikah dengan dia!” Tunjuknya seraya menatap wajahku dengan penuh kebencian. Sorot kedua matanya seakan ingin aku tusuk hingga mengeluarkan darah. “Jangan mencampuri urasanku, nek. Bagaimana pun juga aku yang akan menjalaninya. Nenek nggak usah bersusah payah mengurusi hi
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Apakah betul Ggl?

PoV Wulan“Kita mau kemana, Bun?” tanya Via. Gadis kecil itu menanyakan tujuan kami hendak kemana. “Kita akan jalan-jalan hari ini, sayang. Via senang kan?” tanyaku menatapnya sembari tersenyum.Kebetulan ini hari minggu, aku bermaksud ingin mengajak Via jalan-jalan. Setelah lama kami nggak bepergian berdua kini saatnya. Kuharap setelah permasalahan yang terjadi kemarin akan membuat Via melupakan ayahnya. Namun, wajah Via menekuk ke bawah seakan menyimpan kesedihan yang mendalam. “Kenapa wajahnya ditekuk begitu, Via nggak suka ya?” tanyaku sembari berjongkok dan menatapnya sendu.“Via pengen ketemu ayah, Bun. Via kangen.” Tubuh Via bergetar, seketika itu air matanya perlahan menetes tanpa permisi membasahi kedua pipinya.Aku menghela nafas panjang. Padahal aku bermaksud ingin membuat Via tak lagi memikirkan Mas Hilman, namun nyatanya ...Apakah pantas seorang ayah tega menelantarkan anaknya demi perempuan lain? Bukankah cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya, tapi kenapa Mas H
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Sudah menelant4rkan, nggak mau bertanggung jawab

“Mas Hilman?!”Aku berteriak keras memanggil namanya dan melangkah menghampirinya yang tengah asik jalan berduaan dengan perempuan lain. Nafasku membara tak kalah dengan dadaku yang bergemuruh hebat yang ingin segera melabraknya. Setelah lama dendam ini tertahan, kini aku harus membalas dia karena telah keterlaluan kepadaku terutama terhadap kedua orang tuaku. “Wulan ...” Dia terkejut melihat kedatanganku yang secara tiba-tiba.“Akhirnya kita ketemu juga di sini ya setelah apa yang sudah terjadi,” ucapku sinis memandang ke arahnya.Mas Hilman gelagapan, ia terlihat resah. Terlihat dari raut wajahnya yang seakan nggak ingin perempuan di sampingnya tahu. Dia pun memegang erat pergelangan tangan Mas Hilman, bersiap psrgi meninggalkanku. “Siapa perempuan ini, Mas?” tanyanya menatap Mas Hilman seperti meminta penjelasan.“Dia bukan siapa-siapa kok sayang, kamu jangan salah sangka terhadap mas,” sahutnya menjawab ngasal. Tega sekali dia berpura-pura tak mengakuiku, ingin sekali mulutnya
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

Yang bertamu itu ternyata....

“Tunggu, Wulan, kamu mau kemana?” tanya Papa menghentikan aksiku yang akan menutup pintu secara rapat.“Mau jalan lewat belakang.”“Jangan. Lebih baik duduk dulu sini. Ada sesuatu yang ingin Papa perbincangkan dengan kamu,” ucapnya menyuruh.“Ada masalah apa?”Aku lantas menghampiri dan duduk bersebelahan dengan Papa di depan sepasang suami istri dan juga seorang laki-laki yang belum kuketahui siapa namanya. Sepertinya masalah serius yang akan diobrolkan.“Jadi begini, perkenalkan ini Bu Sinta dan Pak Beni. Di sebelahnya Mas Tomi. Mereka datang ke sini bermaksud ingin silaturahmi sekaligus ingin mengenal lebih dekat kamu,” sahut Papa. Aku seakan belum paham maksud yang diucapkan oleh Papa. Apa arti dari perkataan Papa? Secara tiba-tiba ada orang asing yang ingin mengenal dekat dengan aku. Aku pula tak begitu mengenal mereka. Apa jangan-jangan ....“Jadi maksud Papa aku akan dijodohkan dengan dia?” tanyaku menebak sembari menatap sekilas ke arah laki-laki yang sejak tadi hanya memper
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Kedatangan dia yang membuatku penuh amarah

Benar. Sudah lama sekali Bima nggak pernah datang lagi ke rumah ini. Sejak kecelakaan waktu itu, hingga sekarang aku belum tahu keadaan Bima lagi. Apa mungkin Bima sekarang sudah kembali sehat dan kembali kepada Dinar? Hah. Mengingat perempuan itu lagi, aku seakan sangat begitu membencinya.“Hmm ... mama sudah nggak mau lagi mikirin soal laki-laki mana pun sayang, Mama hanya ingin fokus membahagiakan kalian, belum tentu juga memiliki suami lagi bakalan hidup bahagia,” helaan nafas membuatku merasa sedikit trauma. “Iya juga sih, mendingan seperti ini, kita juga sudah hidup bahagia sekarang,” balas Gadis.Aku mengangguk. Sesekali tersenyum agar tak menampakkan raut sedih dihadapan Gadis. Jika dipikir secara logika, siapa juga yang menginginkan menjadi seorang janda, semua perempuan di dunia ini nggak bakalan ingin mau kalau seorang suami mampu bertanggung jawab. Di zaman sekarang, kebanyakan seorang suami masih disetir oleh keluarganya, tak hayal kaum istri selalu resah apalagi ditam
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Datang hanya untuk memberikan rasa sakit

“Bukan.” Gadis tersenyum.“Lalu siapa?” Aku heran dan penasaran.“Dia Om Bima.” Gadis menjelaskan. Seketika itu aku langsung bangkit menatap Gadis penuh ketidakpercayaan.“Bima datang ke sini?”Gadis mengangguk. Aku pun lantas bangkit bersiap melenggang keluar dari kamar hendak menjumpai Bima yang berada di ruang tamu. Saat tiba, terlihat Bima sudah duduk di sofa bersama kedua orang tuaku. Melihat kedatanganku, mereka menatap dan segera menyuruhku untuk duduk.“Wulan, kamu apa kabar?” tanya Bima memulai obrolan. Aku duduk di sebelahnya sembari melempar senyum. “Aku baik-baik saja. Ternyata kamu sudah sembuh, ya, Bim. Aku senang melihat kamu lagi.” Reaksi kucoba untuk tetap terlihat tenang. Entah mengapa aku merasa salah tingkah ketika dekat dengannya. “Aku pun demikian, aku sangat senang bisa bertemu dengan kamu lagi di sini.” Bima berucap. “Kedatanganku ke sini ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan kepada kamu,” lanjutnya. “Sesuatu apa?”Bima menghela nafas beberapa detik. L
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Bima dan Tomi Ternyata...

Laki-laki itu, dia malah berangsur pergi meninggalkan aku sendirian di ruangan ini. Entah akan kemana dia. Nggak ada rasa empati sedikit pun. Disaat rasa sakit pun mulai semakin menggebu, seketika itu beberapa orang datang menghampiriku. Mereka dokter dan juga suster yang sepertinya hendak akan memeriksakan kondosiku.“Sebenarnya Wulan ini sakit apa, Dok. Kok berulang kali dia mengeluh sakit di area kepala?” tanyanya pada laki-laki yang berpenampilan ala dokter.“Menurut dari hasil pemeriksaan, pasien ini menderita gangguan pada sel otak, namun tidak terlalu parah. Saya sarankan pasien untuk beristirahat dan jangan memikirkan sesuatu apapun terlebih dahulu. Untuk resep obatnya sudah saya persiapkan,” jelas Dokter membeberkan.“Tapi dia akan sembuh kan, Dok, saya takut keadaannya malah semakin memburuk?” tanyanya lagi seakan cemas dengan keadaanku.“InsyaAllah. Kita berdoa saja semoga keadaan pasien bisa kembali sembuh total. Kalau begitu saya permisi.” Setelah mengucap hal itu Dokter
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Siapa yang kecelakaan?

“Haa? Jadi maksudmu Bima terpaksa melakukan itu semua?”“Sepertinya iya, tapi nggak tahu juga. Eh tapi ngomong-ngomong kenapa kamu seakan-akan ingin tahu. Kamu kenal dengan dia?” tanya Tomi seakan-akan heran.“Enggak! Aku nggak mengenal dia sama sekali. Aku hanya tertarik saja dengan kisah hidupnya,” ujarku tanpa memberitahu yang sebenarnya kalau memang aku sangat mengenal dekat Bima. Lagipula untuk apa jujur, masalah yang telah berlarut mungkin sudah seharusnya dilupakan. Tetapi, jika dipikir secara logis, jika memang Bima dipaksa kembali rujuk dengan Dinar dan dia sama sekali nggak mencintainya, kenapa mengiyakan, seharusnya sebagai laki-laki mempunyai pendirian apalagi ini menyangkut soal masa depan. Aku hanya terkejut saat dia mengatakan bahwa akan menungguku siap, namun nyatanya ... bulshit!“Ya namanya juga kita nggak tahu alur jalan hidup kita maupun orang lain bagaimana kedepannya, tetapi sebagai manusia tentunya juga punya pilihan dan keinginan. Walaupun aku sebagai temannya
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

Meninggal?

Aku begitu terkejut saat mengetahui bahwa ternyata dia ....“Bima?”Dia memandangku sembari tersenyum. Wajahnya terlihat begitu bersih tak ada bekas noda apapun yang menempel di kedua pipinya. Bima memang cukup tampan, tak hayal, Dinar begitu tergila-gila kepadanya sehingga melakukan segala suatu cara apapun untuk mendapatkan Bima.“Amira,” lirihnya bersuara.“Kenapa kamu dan aku berada di sini? Tempat apa ini?” tanyaku sembari menatap ke sekeliling tempat ini.Bima bergeming, dia pun lalu memalingkan pandangan ke samping. “Wulan, aku ingin meminta maap terhadap kamu karena sudah membuatmu kecewa. Aku merasa menyesal karena sudah membuat luka yang terlalu dalam di hatimu. Jujur, demi apapun hingga detik ini aku sangat mencintaimu. Percaya sama aku, Wulan. Aku nggak lebih mencintai Dinar, aku bingung kenapa ini bisa terjadi lagi.”Nafasnya terengah, Bima menutup wajahnya dengan jari jemari telapak tangannya seakan tak ingin membiarkan aku melihatnya menangis.Mungkin Bima begitu sangat
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status