Tamparan keras melayang di pipi Anggara berkali-kali. Plak! Kali ini tamparan itu berbeda dengan tamparan sebelumnya. Jika Pen melakukan hal itu, pandangannya masih saja tersirat sebuah cinta yang berada di sana. Namun, sekarang hanya kebencian yang sangat mendalam yang bisa Anggara lihat."Sudah aku katakan jangan pernah muncul di hadapanku. Apa kau mengerti? Jangan pernah!" teriaknya sangat keras sambil menunjuk tegas wajah Anggara yang masih terdiam kaku. Raden tidak menyangka akan seperti ini, melihat sang istri begitu sangat membencinya."Apakah kalian sepasang suami istri yang saling mencintai? Jika tidak ya sudah. Kalian berpisah saja daripada seperti ini. Ayolah, aku lelah dengan ini semua. Aku menyerah." Ana berkata sambil menangis. "Awal mulanya aku ingin menyatukan kalian. Tapi ternyata tidak bisa. Ayah, tolonglah. Kita berakhir sampai di sini." Ana menarik Pen, berjalan cepat keluar dari halaman itu. Mawar mengikutinya dengan pandangan tajam yang masih mengarah ke Anggara
Last Updated : 2023-09-08 Read more