All Chapters of Bangkitnya Pemburu Siluman Vol.1: Chapter 1 - Chapter 5

5 Chapters

1. Gunungan Mayat

Gunung-gunung mayat bertebaran di sekitar Alas Kertasana. Hujan pun turun dari langit yang menggelap. Beberapa senopati Majapahit tampak melempar mayat-mayat prajurit ke gunungan mayat yang menggunduk di bawah pohon beringin dan pohon maja, untuk selanjutnya akan mereka bakar demi menghemat tempat. Di salah satu gunungan mayat, tiga senopati Majapahit tampak tercenung ketika melihat mayat-mayat itu bergerak: seolah ada suatu energi yang menggerakkan mayat-mayat yang tertumpuk di paling bawah sampai ke deretan tengah gunungan tersebut. “A-Apa masih ada yang hidup?” kata Senopati Sugrawa. Wajahnya tampak kuyup dan pucat. Noda darah di pakaiannya tampak banyak sekali yang sudah mengerak. “Aku ingat sekali saat menggotong pendekar-pendekar itu, mereka semua sudah tidak bernyawa! Bahkan beberapa dari mereka tubuhnya sudah tidak utuh lagi, entah karena sabetan parang atau sabit raksasa yang dibawa oleh pasukan Ranawijaya...” ujar Senopati Wedan. “Kita per
Read more

2. Lelaki Pengacung Golok

Mata Senopati Daksa sungguh membelalak ketika melihat kedua kawannya tercerai berai. Terutama bagian atas tubuhnya. Kepala dua kawannya—yang beberapa menit lalu masih mengobrol dengannya, kini sudah hancur diremuk oleh kedua tangan siluman perempuan itu. Tentu saja, ini pertama kalinya bagi Senopati Daksa melihat sosok siluman di depan matanya langsung. Sejauh ini ia hanya menganggapnya sebagai rumor belaka. Sebuah isu yang diembuskan sengaja oleh pasukan dan simpatisan Dyah Ranawijaya, yang sudah cukup lama ingin merebut tahta Majapahit dari Prabu Kertabhumi. Sebelumnya, ia sangat percaya isu penuh teror itu untuk menciptakan ketakutan dan memanfaatkannya demi melemahkan orang-orang yang masih tetap setiap kepada raja. Namun, ia tak menyangka sosok siluman—yang layaknya manusia biasa itu benar-benar muncul di hadapannya. Tubuhnya ramping, sekilas saja bila tidak punya kepekaan yang kuat siapapun akan terkecoh oleh kecantikannya, yang sama sekali tidak sebandin
Read more

3. Melawan Siluman Tingkat Atas

“Setho Gentala?! Siapa itu! Aku tidak kenal!” pekik Nyi Jetayu sembari terkekeh-kekeh. Kini, luka terbuka di perut dan punggungnya sudah menutup, hal itu cukup membuat siluman perempuan itu percaya diri untuk melancarkan serangannya lagi ke arah Gentala. Dengan tanpa perhitungan perempuan itu berlari cepat ke arah sang pendekar lusuh dan ringkih itu, kemudian setelah kedua tangannya tumbuh sempurna lagi, ia segera mencakarnya dengan kuku-kuku yang lebih tajam dari ujung keris ataupun pisau badik. SREANG! SREEANG! SREANG! Ke kanan kiri, kedua tangan siluman itu melancarkan serangan ke arah seorang lelaki yang mengaku pengembara tersebut, tapi si lelaki sama sekali belum melayangkan goloknya lagi. Ia malah terus menghindar dengan gerakan yang tak kalah cepatnya.Ketika cakarannya mengenai batang pohon dan batu, bekas cakarannya bisa menghancurkan batang dan pohon. Tanah yang sempat terkena cakarnya pun tampak rompal dan membentuk ceruk baru.“Sial! Sial! Sial! Ke
Read more

4. Menjadi Siluman Pemakan Manusia

Senopati Daksa sama sekali tidak sadar sebelumnya, ketika lelaki asing bernama Setho Gentala itu menggotongnya, dan kini membawanya ke sebuah gubuk tua yang entah milik siapa. Ia terbangun dalam keadaan yang amat lapar. Bahkan air liurnya hingga menetes-netes ketika mendengar suara manusia. Ia sama sekali tidak mengerti mengapa hal itu terjadi padanya. Ketika langkah kaki seseorang datang, Senopati Daksa merasa gelisah, dan rasa laparnya mendorong ia untuk menggebrak-gebrak pintu kamar yang berasal dari kayu jati kuat itu. “Keluarkan aku! Keluarkaaaan!” tanpa terasa ia menggeram, dan Senopati Daksa baru menyadari kalau geramannya ini sama sekali tidak masuk akal. Ia pun makin terkejut ketika tangannya menyeka ludah serta air liur yang menetes dari sudut bibirnya, tangannya meraba sesuatu yang runcing dari mulutnya. “Apa yang terjadi padaku?!” gumam Daksa tampak panik. Di saat itulah, muncul seraut wajah yang sangat ia kenal. Wajah yang sempat membua
Read more

5. Alasan Sebuah Pertolongan

Saat pintu dibuka tentu saja Senopati Daksa yang parasnya sudah serupa serigala liar yang amat lapar langsung menyerbu Setho Gentala dan Ki Singojadi. Dengan cekatan, Ki Singojadi segera menotok dua bahu Senopati Daksa dengan tongkat kayu galihnya, hingga kedua tangan senopati itu tidak mampu digerakkan. Tapi, itu hanya sementara dan tampaknya senopati Majapahit itu semakin buas tatkala Ki Singojadi berjarak cukup dekat dengannya. Lelaki itu sudah kehilangan kemanusiaannya. Ia telah melihat lelaki tua itu sebagai makanan empuk yang harus mengisi lambungnya. Lihat saja bagaimana taring itu tetap tumbuh dan berusaha menggeram ke arah lelaki tua itu. Seraya itu pula, air liurnya makin membanjir dari celah-celah gigi Senopati Daksa, yang hampir seluruhnya berubah menjadi taring. “Tak lama lagi dia akan pulih... regenerasinya cepat,” kata Setho Gentala yang tengah bersiap untuk memukul tengkuknya agar lelaki yang sehari sebelumnya masihlah manusia itu tak sadarkan d
Read more
DMCA.com Protection Status