All Chapters of Bangkitnya Menantu Tertindas: Chapter 171 - Chapter 180
275 Chapters
Bab 171 - Baru Tersadar
"Kamu terlalu menikmati kesuksesanmu, kamu terlalu besar kepala...mentang-mentang kamu udah jaya, udah berada di atas, terus kamu jadi lupa segalanya. Lupa daratan. Bertindak sesuka hati dan semena-mena.""Aku sih...hanya menyentil sedikit saja restoranmu itu, Dik...membantumu merobohkan restoranmu yang memang sudah mau tumbang itu dan dalam sekali sentilan jari saja, maka, boom. Hancur sudah!" Kata Aliando lagi sambil memperagakan dengan jari telunjuknya dengan seringaian lebar yang tampak menghiasi bibirnya. Kemudian, dia terkekeh pelan. Dika seketika itu merasakan dadanya sesak bukan main.Dika terus menghembuskan napas dengan berat untuk melegakan sesak yang tengah melanda. Sudah jelas sekarang kalau Aliando adalah orang yang sudah membuat restorannya bangkrut.Kini Dika tengah kalut bukan main. Rasa-rasanya dia mau menangis saja setelah mendapati dirinya yang telah hancur lebur. Tapi Dika mendadak teringat sesuatu. Soal masalah pada bar-nya. Apakah itu juga ulah Aliando? Piki
Read more
Bab 172 - Penyesalan
Aliando dan Nadine tengah kompak memandang Dika dengan dingin dan sinis. Lega rasanya setelah Aliando mengeluarkan semua unek-unek yang selama ini dia pendam kepada sahabat yang tidak tahu diri itu. Puas diwaktu bersamaan setelah mendapati Dika pada akhirnya menyesal.Nadine juga sama lega dan puasnya seperti yang tengah dirasakan suaminya dengan apa yang tengah dilakukan oleh Dika saat ini. Nadine adalah saksi yang melihat bagimana menjengkelkannya Dika. Itu yang mereka harapkan pula, yang mereka berdua tunggu-tunggu ; moment Dika yang pada akhirnya meminta maaf, memohon-mohon, menyesal dan bertekuk lutut. "Aku sungguh menyesal, Al dengan perbuatanku ke kamu saat aku sudah sukses, aku sungguh menyesal karna aku enggak mau menganggap kamu sebagai sahabatku lagi disaat aku udah berada di atas." Ucap Dika dengan suara dan bibir bergetar, dengan kepala yang tertunduk dalam-dalam dan dengan sekujur tubuh yang tengah gemetaran hebat.Aliando dan Nadine kompak mendengus, kembali menang
Read more
Bab 173 - Memilih Rumah
Arjuna menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Kemudian, dia melanjutkan bicara. "Mulai sekarang, Mama jangan kasar-kasar lagi sama Aliando...perlakukan Aliando dengan baik, selayaknya sebagai seorang menantu...kamu dengar sendiri, kan barusan, Ma? Apa yang telah dilakukan oleh Aliando terhadap bisnis temannya itu?!" Kinanti terdiam, tidak langsung menjawab, lidahnya mendadak kelu, masih menatap sang suami sambil memikirkan perkataannya itu. "Papa yakin sekali, Ma kalau pasti...Aliando sakit hati dengan perlakuan kita dulu ke dia, terus, mungkin saja dia akan membalasnya!" Ucap Arjuna dengan pandangan lurus ke depan. Kinanti melotot, entah kenapa, bulu kuduknya langsung meremang -seketika. "Jangan nakut-nakutin Mama dong, Pa. Kan Mama jadi takut." Kinanti mendadak panik. Mengigit bibirnya kuat-kuat. Arjuna menghela napas. Menoleh ke samping lagi. "Papa tidak bermaksud mau menakut-nakuti, Mama. Memang kenyataannya begitu, kan? Dulu kita jahat sekali sama Al.
Read more
Bab 174 - Penyusup
Begitu Raisa tiba di ruangan tempat penyusup itu diintrogasi, lelaki tadi yang melaporkan kejadian itu kepada Raisa -yang merupakan kepala tukang pukul -segera membukakan pintu untuk Raisa. Kepala tukang pukul itu mempersilahkan, Raisa pun melangkah masuk ke dalam. Sementara sekretarisnya -yang tadi langsung sigap mengikuti CEO cantik itu saat Raisa kelur dari ruang meeting -tidak ikut masuk, menunggunya di luar. Atas permintaan Raisa. Setelah kepala tukang pukul itu masuk, pintu kembali ditutup.Di dalam ruangan itu, ada lima tukang pukul yang berjaga, di tengah-tengah mereka terdapat seorang lelaki yang didudukan di kursi dengan tangan dan kaki terikat. Kondisinya buruk dan mengenaskan. Wajahnya sembab dan mulutnya berdarah. Kemeja yang dia kenakan juga tampak kotor oleh bercak darah -sepertinya para tukang pukul itu telah mencoba membuatnya bicara sebelumnya -tapi tidak berhasil. Raisa berjalan menghampiri lelaki itu, berdiri dengan jarak sekitar dua langkah dari posisi lel
Read more
Bab 175 - Rahasia Yang Mulai Terkuak
Tiba-tiba terdengar seruan seseorang yang berasal dari arah rumah di samping rumah kontrakan Pak Damar ini. Tak berapa lama, seorang Bapak-Bapak menyembul keluar dari dalam rumah itu, berseru dari teras, bilang kepada mereka, kalau Pak Damar sudah tidak menempati rumah kontrakan tersebut. Sudah pindah. Arjuna dan Kinanti tersentak, kemudian saling pandang.Hah? Pindah? "Maaf...kalau boleh tau...Pak Damarnya pindah ke mana ya, Pak?" Tanya Arjuna. "Pak Damar pindah ke perumahan Garden Saphire Pak."Arjuna dan Kinanti mangguk-mangguk, berpikir sejenak. Bapak itu lalu melambaikan tangan, terkekeh. "Sekarang Pak Damar udah jadi orang kaya, Pak. Makanya udah tidak mengontrak rumah lagi. Udah bisa beli rumah sendiri!" Arjuna dan Kinanti tambah kaget setelah mendengar hal itu.Keduanya kembali saling pandang, seakan sedang menyamakan frequensi. Pak Damar sudah jadi orang kaya sekarang? Berita mengejutkan apa lagi ini?Seketika kepala mereka jadi tambah berat, nyut-nyutan, perasaan
Read more
Bab 176 - Sedikit Pelajaran
Emosi Pak Damar sudah tidak bisa dibendung lagi, meluap deras, sederas air bah -seketika.Ingin rasanya dia segera memberi pelajaran kepada mereka kalau saja dia tidak punya hati, empati, juga karena menghargai rencana Aliando. Arjuna dan Kinanti mengamati penampilan Pak Damar dari atas sampai bawah -yang kini terlihat berbeda dari yang sebelum-sebelumnya -untuk beberapa saat.Arjuna dan Kinanti sama-sama tak habis pikir dengan diri mereka sendiri. Kenapa mereka tidak menyadari selama ini jika Pak Damar dan Aliando itu tidak ada mirip-miripnya sama sekali? Aliando tidak mewarisi sedikit pun wajah dan anggota tubuh dari Pak Damar. Ini memang sedikit kasar, tapi, kenyataannya memang begitu.Aliando memiliki wajah yang sangat tampan. Sementara Pak Damar tidak. Keduanya menghela napas secara bersamaan. Arjuna dan Kinanti saja dulu sangat membenci mereka berdua, melirik sedikit pun rasanya ogah sekali. Jadi, mana sempat, mana mau, mereka mengurusi Pak Damar dan Aliando?Lamunan Arju
Read more
Bab 177 - Menyerang Markas Musuh
Hal itu tak ayal membuat Arjuna dan Kinanti jadi gemetaran, gurat ketakutan langsung tercetak jelas di wajah keduanya masing-masing. Pak Damar semakin terkekeh puas saat melihat ekspresi muka serta reaksi dari mereka setelah dirinya menakut-nakuti. Rasakan. Emangnya enak? Haha. Pak Damar tertawa dalam hati. Kemudian, Pak Damar melanjutkan merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponsel dari dalam sana dengan masih ada sisa tawa, lantas langsung menghubungi Aliando.Begitu panggilan terhubung, Aliando menyapa Ayahnya dan bertanya. Ada apa, Yah?Pak Damar lalu mengutarakan maksud dan tujuannya menelfon Aliando. Ada kira-kira sekitar 5 menit an mereka ngobrol di telefon. Hingga akhirnya panggilan pun berakhir. Tanpa Pak Damar memberitahu hasil pembicaraan dengan anaknya barusan itu kepada mereka berdua, Arjuna dan Kinanti sudah menghela napas kecewa duluan. Mereka berdua mendengar apa yang dibicarakan oleh anak dan Ayah itu barusan. Mereka mendengar jika Aliando tidak memberikan
Read more
Bab 178 - Permintaan Maaf Dari Arjuna dan Kinanti
"...jika membutuhkan bantuan yang lain." Aliando melanjutkan kalimatnya."Iya, Bang.""Sekali lagi...terima kasih, ya, Bang karna Bang Al sudah mau bantu mengirimkan tambahan anak buah untuk kami.""Iya. Sama-sama.""Sebenarnya...Ayah menginginkan kamu untuk memimpin penyerangan ini secara langsung, Bang. Cuma, aku bilang, kalau hal itu sepertinya terlalu berlebihan. Tapi aku udah bilang sama Ayah, kalau aku bisa memimpin penyerangan ini dengan dibantu sama yang lainnya. Aku juga banyak meminta bantuan dari teman-teman dan kenalan Ayahku, Bang dan akhirnya Ayah mengerti kok dan mempercayakan hal itu sama aku. Jadi, Bang Al enggak perlu memikirkan perkataan Ayah."Aliando manggut-manggut. "Bagus lah kalau kamu bilang seperti itu sama Ayah kamu. Lagi pula, aku tidak terlalu paham dengan seluk beluk dunia kalian. Kalian sendiri yang lebih paham. Yang udah sangat berpengalaman. Aku hanya bisa memberikan bantuan saja.""Iya, Bang. Bang Al jangan terlibat terlalu dalam. Bang Al mau bantu k
Read more
Bab 179 - Briefing
"Tolong...maafkan kesalahan Mama selama ini sama kamu, ya, Al...Mama tahu...Mama salah...Mama udah jahat sekali sama kamu...tapi...semuanya udah terlanjur Mama lakukan dan Mama hanya bisa minta maaf sama kamu untuk sekarang, ini, Al..." Kata Kinanti lagi sambil terus menangis tanpa henti. Sedari tadi. Tergugu.Tadinya, Arjuna dan Kinanti mau mengintrogasi Aliando secara langsung untuk memastikan informasi yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Tentang Aliando yang bukan anak kandung Pak Damar dan bertanya tentang siapa kedua orang tua kandung Aliando yang sesungguhnya. Tapi akhirnya mereka mengurungkan niat, memilih minta maaf kepada Aliando saja setelah mendapat ancaman dari Pak Damar. Jujur, mereka takut sekali dengan perkataan Pak Damar yang memberitahu tentang apa yang akan dilakukan oleh kedua orang tua kandungnya Aliando kepada keluarga mereka. Arjuna lalu pindah posisi -yang semula berada di depan Aliando -kini berganti berdiri di samping Aliando, lantas menepuk-nepuk pun
Read more
Bab 180 - Menyerang Markas Musuh
DOR! DOR! DOR! Suara tembakan pistol terdengar dari berbagai sisi. Baik pasukan Raisa mau pun pasukan lawan saling melepas tembakan satu sama lain. Saling menyerang.BUK!BUK! BUK! Suara pukulan dan tendangan juga terdengar saling bersahut-sahutan. Tukang pukul Raisa terus merangsek maju, menyerang apa saja yang menghalangi mereka. Sementara para tukang pukul dari pihak musuh juga mencoba menahan mereka, balas menyerang, memberikan perlawanan dan berusaha menghabisi.Kini puluhan para tukang pukul itu sedang saling bertukar jurus dan serangan. Pertarungan dalam jarak dekat pun terjadi. Teriakan dan seruan langsung terdengar membahana di segala penjuru ruangan. Juga mulai terdengar suara-suara mengadu atau jerit kesakitan setelahnya. Suasana pertempuran langsung tercium pekat di udara. Beberapa saat kemudian, dari para tukang pukul mulai berjatuhan satu persatu. Selagi para tukang pukul itu sedang saling menyerang dan menghabisi satu sama lain, Raisa, Ferdian dan dua tuk
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
28
DMCA.com Protection Status