Home / Pernikahan / Madu Yang Beracun / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Madu Yang Beracun : Chapter 31 - Chapter 40

51 Chapters

Bab 31 | Baby boy

Tiga bulan berlalu …Sejak kejadian malam itu, Embun harus menerima bahwa kini hati suaminya benar-benar telah terbagi. Pahit memang, tetapi ia harus menelan kenyataan itu.Embun menghela napas kasar memikirkan jalan hidupnya. Ia menatap wajah yang semakin tirus di cermin, terlihat seperti orang yang mengidap penyakit.Selama dua bulan ini ia melakukan apa yang Lintang inginkan, Embun berharap sang suami mengingat pengorbanannya satu hari nanti. Ia sudah merelakan batin dan perasaannya tersiksa demi kebahagiaan lelaki itu.Hari ini Embun akan pergi ke toko, sudah dua bulan ia tidak menengok tempat usahanya. Semalam ia sudah meminta izin kepada Lintang dan Lintang mengizinkan. Setelah itu ia akan kembali seperti tahanan atau seperti pembantu untuk Jasmine. Embun tersenyum getir. Entah, dia baik atau bodoh.*****"Kau sudah siap, Jasmine?" ujar Lintang mendekat ke arah sang istri yang sedang merias diri."Sebentar, Mas. Aku belum selesai."Lintang menghembus napas kasar lalu duduk di t
Read more

Bab 32 | Maafkan aku

Lintang menyusul istri tuanya, sementara Jasmine menunggu di kasir sambil tersenyum menyeringai. "Tidak akan kubiarkan kau hidup tenang barang sebentar saja," batinnya.Lintang menerobos masuk ke dalam ruangan Embun. "Embun, kenapa kau seperti ini?" tanyanya."Harusnya aku yang bertanya mengapa istri mudamu itu berlaku seperti ini padaku?" Embun menyilangkan tangan di dada. Tidak ada lagi rasa segan terhadap lelaki itu."Dia sedang hamil, wajar dia bersikap seperti itu.""Kalau dia membunuhku, itu wajar?""Jangan berbicara yang aneh-aneh. Jasmine tidak akan mungkin melakukan itu, dia tidak sejahat yang kau pikirkan."Embun terbahak menutupi luka hati yang semakin dalam, entahlah, lelaki di depannya ini hanya sekadar tidak peka atau bodoh."Maaf, Mas, untuk kali ini aku tidak akan mengabulkan permintaan Jasmine. Di rumah aku yang memasakkan makanan untuk kalian, masa di sini aku juga harus membuatkan kue. Jangan keterlaluan! Aku lelah.""Itu karena kau terlalu perhitungan makanya teras
Read more

Bab 33 | Syukuran

Hari yang ditunggu pun tiba, selepas shalat Jum'at kediaman Lintang ramai oleh para tamu undangan. Acara syukuran itu diadakan di hari yang agung dan disambut suka cita oleh semua orang.Jasmine memandang pantulan dirinya di cermin, nampak cantik dalam balutan gamis putih dan jilbab yang senada. Ia tersenyum sambil tangannya sesekali mengelus perut yang sudah agak membesar. Terdengar suara langkah seseorang masuk ke dalam kamar, Jasmine pun menoleh. "Mas, Lintang."Lelaki itu mendekat lalu memeluk Jasmine dari belakang. Pasangan tersebut melihat pantulan mereka di cermin sambi satul tangan Lintang mengusap perut sang istri."Kamu sangat cantik," puji Lintang. Jasmine hanya tersipu malu, pipinya memerah.Jasmine menyayangkan disaat seperti itu Embun tidak melihatnya, padahal dia sangat ingin istri pertama suaminya menyaksikan kemesraan mereka. Dia sangat senang melihat Embun menderita, baginya penderitaan Embun adalah kebahagian."Ayo! Sebentar lagi acaranya dimulai," ajak Lintang.
Read more

Bab 34 | Ketakutan Jenar

Ditengah perjalanan tiba-tiba mobil Eros mogok. Lelaki itu segera turun dan membuka kap mobil, tangannya mengotak-atik di sana."Ma! Tolong ambilkan air," titah Eros. Jenar pun meraih air mineral yang tersedia di kabin mobil, sebelum turun dia melirik sang putri yang terlelap di kursi belakang. "Kasihan anak Mama."Jenar menyipitkan mata dengan sebelah tangan beranda di atas kepala menghalangi sinar matahari menyengat wajah langsung. "Aduh, panas sekali," gumam Jenar.Eros meraih botol mineral yang diberikan oleh sang istri, Jenar pun ingin cepat-cepat masuk ke dalam mobil."Ada air lagi, Ma?"Jenar menghentikan langkah. "Tidak ada, Mas. Cuma itu satu-satunya." Eros berdiri tegap sambil matanya melayangkan pandangan ke sekeliling."Di sana ada minimarket, kau bisa membelikannya?" tunjuk Eros."Iya, Mas." Jenar masuk ke dalam mobil mengambil dompet, setelahnya dia melenggang menuju mimimarket."Mama …!" teriak Embun tidak lama setelah kepergian Jenar."Iya, Sayang." Eros berjalan mende
Read more

Bab 35 | Pingin nasi goreng

"Kamu tidak apa-apa?" "Aku tidak apa-apa." Embun mencoba berdiri. Saat terpeleset satu tangannya berhasil menangkap pembatas tangga sehingga dia tidak menggelinding ke bawah.Embun kembali menapaki anak tangga pelan-pelan dengan langkah agak pincang. Sementara itu, Jasmine yang melihat dari sofa tertawa pelan sambil menyayangkan istri pertama suaminya tidak terjadi sesuatu yang serius."Kau sungguh tidak apa-apa?" Lintang masih berdiri di tempatnya."Iya," sahut Embun singkat. Setelah itu, Lintang pun turun dan kembali ke sofa."Tidak ada niatmu menyusulku, Mas. Berikan sedikit perhatian atau hanya sekadar mengusap kaki yang terasa sakit ini," gumam Embun sambil berjalan menuju tempat tidur. "Hah! Kenapa aku selalu lupa kalau aku ini tidak penting," ujarnya sambil meluruskan kaki dan bersandar di kepala ranjang. "Mas," rengek Jasmine, "aku tiba-tiba pingin makan nasi goreng," lanjutnya."Bukannya tadi kita sudah makan?""Lapar lagi." Jasmine mengembangkan senyum menampakkan barisan
Read more

Bab 36 | Pembalasan Jasmine

"Terima kasih karena sudah mencintaiku.""Kamu kenapa, Sayang." Tangan Eros terulur mengacak rambut Jenar. "Aneh sekali hari ini.""Tidak, Mas. Aku hanya ingin mengungkapkan isi hatiku saja," sahutnya, "aku bersyukur pada Tuhan karena telah mengirimkan lelaki sebaik kamu untuk menemani di sisa umurku.""Aku juga bersyukur memiliki istri sebaik kamu, kamu juga telah memberikan banyak kebahagiaan untukku. Terima kasih bidadariku."Jenar tersanjung mendengar kalimat itu, bibirnya otomatis tertarik membentuk sebuah senyuman. Namun, tetap saja tidak bisa menyingkirkan rasa gelisahnya."Aku tidak sebaik yang kau kira, Mas," batin Jenar sedih. Merasa bersalah karena telah membohongi lelaki sebaik Eros selama ini."Mas …," ucap Jenar ragu-ragu."Iya, Sayang.""Andai suatu hari nanti aku membuat kesalahan besar, apa Mas bisa memaafkanku?""Tergantung kesalahannya, bisa dimaafkan atau tidak," jawab Eros santai. "Kesalahan yang tidak bisa dimaafkan yang seperti apa?""Salah satunya selingkuh,"
Read more

Bab 37 | Bertemu lagi

Jenar pergi ke sebuah supermarket bersama salah satu PRTnya untuk belanja bulanan. Wanita itu memang tidak pernah melepaskan PRTnya untuk berbelanja sendiri, dia ingin memastikan sendiri bahan makanan yang dipilih berkualitas. Jenar dan sang PRT turun dari mobil dan melenggang menuju ke dalam supermarket. Namun, langkah Jenar terhenti ketika mendengar seseorang berbicara padanya. "Bu, Jenar … kita bertemu lagi." Jenar terkejut mendengar suara yang cukup familiar itu. Saat menoleh jantungnya serasa ingin melompat ke luar. Namun, dia berusaha terlihat tenang. Jenar pun menyuruh sang PRT menunggu di dalam. "Jafar! Buat apa kau di sini? Kau mengikutiku?" ucap Jenar pelan. Namun, sarkas. Lelaki yang bernama Jafar itu terkekeh membuat Jenar bergidik ngeri. "Tuhan yang telah mempertemukan kita di sini." "Maaf saya tidak ada waktu untuk meladeni Anda, saya sibuk, permisi!" Jenar berlalu dari hadapan Jafar. "Tunggu!" Jafar mencekal lengan Jenar dan menyeretnya ke tempat yang agak sepi. "
Read more

Bab 38 | Fitnah Jasmine

Jasmine mengambil ponsel dan mencari kontak suaminya. Dia akan mengadukan perbuatan Embun, tentu saja dengan sedikit tambahan bahan-bahan yang akan mematik api kemarahan Lintang. Jasmine tertawa kecil sebelum menekan kontak bernamakan suaminya, ia membayangkan bagaimana lelaki itu memarahi Embun. Embun pasti sangat menderita. "Terima dan nikmatilah ini wanita mandul," gumamnya lalu menekan kontak suaminya. Sementara itu, di kantor Lintang sedang berbicara dengan sekretaris menanyakan jadwalnya "Apa hari ini saya ada jadwal meeting?" "Hari tidak ada, Pak. Jadwal meeting Bapak baru ada di hari kamis pukul 01.00 WIB siang, restrospective bersama seluruh tim," sahut Oscania sembari melihat ke dalam map yang dibawanya. Ponsel Lintang bergetar menandakan ada panggilan masuk, mata lelaki itu melirik benda pipih yang terletak di atas meja. "Jasmine? ada apa dia menelponku?" batin Lintang. "Baiklah, kau boleh keluar sekarang," titah Lintang. Sekretaris cantik tersebut pun undur diri dari
Read more

Bab 39 | Kau pantas menerimanya

"Apa menurutmu aku sejahat itu, Mas? Kau tahu aku seperti apa, tapi mengapa kau sangat mudah percaya dengan omongan yang belum tentu kebenarannya." Mata Embun berkaca-kaca, adanya sesak."Seseorang bisa saja berubah, terlebih kalau sudah memiliki rasa iri dalam hatinya," ucap Lintang dingin dan menusuk.Kata-kata yang keluar dari mulut lelaki itu sangat menyakiti, tidak ada lagi tutur lembut nan manis yang dulu selalu Embun dengar. Suara tinggi yang dulu tidak pernah Lintang keluarkan, kini sering ia terima. Embun rasanya ingin menangis. Namun, air mata itu masih tetap menggenang membuat dadanya semakin sesak."Hanya karena dia sedang mengandung lantas kau percaya begitu saja tanpa mau mendengarkan aku dulu!" ujar Embun, "aku yang selalu disalahkan di sini apapun yang terjadi padanya, entah dia mengarang atau sungguhan kau tidak peduli!" lanjutnya meledak-ledak."Tidak mungkin Jasmine hanya mengarang, kaulah yang mengada-ada untuk mengalihkan kesalahanmu!" Suara Lintang tidak kalah ti
Read more

Bab 40 | Tidak perlu memikirkanku

Ponsel Jenar berdering, sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Wanita itu mengerutkan kening menatap layar yang masih memekik itu. "Halo, maaf, ini siapa?" tanya Jenar setelah mengangkat panggilan tersebut. "Jenar …," Suara di seberang telepon membuat Jenar terlonjak kaget, dia bingung bagaimana bisa Jafar mendapatkan nomor ponselnya. Tidak lama kemudian Dia menepuk jidat, ingat jika lelaki itu pernah meminjam benda pipih tersebut. Mata Jenar melirik ke pintu kamar mandi berharap suaminya masih betah berlama-lama di dalam sana. Dia pun berjalan menuju balkon. "Ada apa kau menelponku malam-malam?" ujar Jenar pelan. Namun, tajam. "Transfer lima puluh juta lagi sekarang!" titah Jafar tanpa basa-basi lagi. "Aku sudah memberikanmu lima puluh juta beberapa hari yang lalu." "Kau sangat banyak bicara, transfer saja agar rahasiamu tetap aman!" "Kau mau memerasku? Aku bisa melaporkanmu ke polisi." "Ha-ha-ha! Kau mengancamku? Aku tidak takut! Silakan laporkan!" "Baiklah k
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status