"Sebaiknya kita pulang, Ris, aku beneran capek," tolak Bimo melepas rangkulan Risya. Yang diajak bicara menggerutu, mendahului langkahnya meninggalkan Bimo sambil mengentak-entakkan kaki tak terima bagai anak kecil yang tidak mendapatkan sbeuah lolipop. Bukan hanya sekali, tapi sudah ketiga kalinya Risya gagal mengajak Bimo untuk bermalam bersama. Bahkan saat dia datang ke sini, Risya yang ingin tinggal berdua selagi Wendy tidak ada pun juga tak diterima secara terbuka. Seakan di balik pintu apartemen mewah Bimo menyimpan jutaan rahasia yang sulit ditembus Risya. Dia mengira setelah menghilangnya gadis itu, semua yang diinginkan Risya bakal tercapai dengan mudah. Namun, kenyataannya, Bimo malah membangun sebuah dinding transparan sampai-sampai kebersamaannya terasa berbeda. Bimo menjadi lebih dingin sekali pun masih memancarkan senyuman dan tatapan teduh dari wajah tampannya. Setiap kali terdiam, lelaki itu seakan tenggelam dalam dasar pikirannya sendiri. Sehebat itukah efek yang d
Baca selengkapnya