Semua Bab Tuan Muda Jenius: Bab 201 - Bab 210
305 Bab
Bab 201
Semakin geram, Hidan pun akhirnya menentukan lokasi perkelahian mereka, tepatnya di sebuah jalanan sempit di salah satu sisi Shibuya yang tampak lengang dari para pejalan kaki. Lagi, Hidan meminta izin kepada Musashi agar diperbolehkan untuk menghajar Hanz.Musashi diam dan duduk tegap di sebuah kursi di sana, memperhatikan dua orang yang sedang berhadap-hadapan. Ada sedikit kekhawatiran di hatinya terhadap Hanz namun keyakinannya tentu jauh lebih besar.Hanz melompat-lompat, tangannya mengepal, siap bertarung. Sekarang di hadapannya sudah ada satu orang dari Kuroi Kumo yang berani memberikan tantangan kepadanya. Sebuah kesempatan emas untuk menghajar satu dari sekian banyak anggota Kuroi Kumo yang sering buat masalah.Hidan melangkah panjang seraya melepaskan beberapa pukulan, tapi tidak ada satu pun yang masuk karena Hanz sangat gesit dalam menghindari semua serangan dengan cara merunduk dan mengelak.“Wow! Kau boleh juga, Anak muda!” Hidan terb
Baca selengkapnya
Bab 202
“Giliran saja!” seru Hanz yang telah berada dalam posisi siap.Tak buang tempo, Hanz langsung melangkah pasti ke depan seraya mengeluarkan ultimate level dua. Semua pukulan dan tendangan, semuanya masuk.Gedebak! Gedebuk!Dalam waktu tak lebih dari lima detik saja, Hidan langsung terjungkal lemas di tanah, meringis kesakitan. Benar saja, bibirnya berdarah, hidungnya mimisan, dan kelopak matanya luka. Tangannya mengelus perutnya yang sakit.Arata sangat kaget ketika melihat Hidan sudah tidak mampu bergerak dan melanjutkan pertarungan. “Hidan? Bagaimana bisa? Ayo berdiri!”Hidan hanya bisa mengeluarkan beberapa kalimat berat yang tidak jelas terdengar. “Kh ... Kau ... kau tidak bakal mampu bisa mengalahkannya, Arata.”“Aku bisa mengalahkannya!” dengus Arata dengan cukup meyakinkan.Hidan tak bisa berkomentar banyak. Dia lalu menyeret tubuhnya yang sudah tidak berdaya menuju dekat dinding gedung. Bahkan dia tidak bisa berdi
Baca selengkapnya
Bab 203
Pasca kekalahan memalukan tadi, Hidan dan Arata bergegas menuju markas Kuroi Kumo. Sesuai tadi apa kata Hanz, mereka benar-benar mengadukan hal tersebut kepada bos besar Yakuza.“Tuan Orochi, pria bernama Hanz itu sangat jago dalam bertarung dengan tangan kosong. Siapa dia sebenarnya?” Hidan masih mengerang menahan sakit, suaranya sedikit serak.Orochi sangat tercengang saat tahu bahwa dua anak buahnya yang kuat dan ditugaskan di Shibuya itu ternyata tumbang. “Hanz putra Dmitry Fadeyka. Bos besar Fadeyka Energy dari Rusia. Mereka keluarga terkaya di dunia.” Meski Orochi tahu tentang pamor dan wibawa Keluarga Fadeyka, tapi dia tidak bersedia memberikan penghormatan apa pun, terlebih Keluarga Fadeyka ada hubungan dengan Kazui.Hidan dan Arata terperangah ketika tahu bahwa rupanya tadi mereka berkelahi dengan orang terkaya di dunia. Anehnya, orang tersebut pandai dalam bela diri. Tidak masuk di akal.“Bagaimana ceritanya kalian bisa kalah oleh Hanz?!
Baca selengkapnya
Bab 204
Di sebuah acara pameran pedang di Tokyo. Suasana di dalam gedung saat ini cukup ramai dipenuhi oleh para pengunjung. Sebagian dari mereka merupakan orang yang punya minat besar untuk menjadi seorang samurai dan segelintir mereka merupakan orang yang sudah menjadi samurai profesional.Karena acara tersebut diadakan hanya satu tahun sekali, banyak orang dari luar Tokyo yang turut berdatangan demi menyaksikan beragam jenis pedang yang ada di sana. Setidaknya, ada seribu pedang yang dipamerkan, dari yang tertua hingga yang terkini. Rei dan Musashi menyempatkan diri untuk hadir dan juga ada Hanz di sana. Hal yang berkaitan dengan pedang dan samurai sangat menyedot perhatian Rei dan Musashi. Meski mereka tidak lagi tergabung di dalam Yakuza, bukan berarti lantas mereka meninggalkan hal yang sudah lama mereka geluti.“Sayangnya di sini hanya pameran dan tidak untuk diperjualbelikan,” kata Rei sembari mengawasi beberapa pedang di hadapannya.Musashi mengoles dagu. “Kalau saja diperjualbelikan
Baca selengkapnya
Bab 205
Karena penasaran, Hanz pun menghadapkan wajahnya ke Kamura dan bertanya, “Bagaimana kau bisa tahu? Apa itu sebuah ramalan?”Kamura menggeleng. “Bukan sebuah ramalan sama sekali. Aku benci ramalan. Asal kalian tahu bahwa lukisan tersebut dibuat sebelum kematian seorang Kazui. Apa kalian tahu siapa Kazui tersebut yang dimaksud?”Mendengar itu, Rei dan Musashi tercekat. Mereka berdua saja tidak tahu isu tersebut dan kurang mempercayainya.Lantas Rei maju beberapa langkah kemudian bertanya, “Siapa Kazui yang dimaksud?” Rei sampai mengeraskan rahangnya karena sangat penasaran.Sementara itu, Musashi menajamkan pandangan matanya, mengawasi kedua manik mata Kamura dengan sangat serius.Siapakah Kazui yang dimaksud?“Jika aku katakan, aku rasa kalian tidak akan percaya padaku. Jadi, untuk apa aku sampaikan?” Kamura lantas mengalihkan pembicaraan ke topik lain.Hal itu tentu saja membuat Rei dan Musashi sedikit geram.“K
Baca selengkapnya
Bab 206
Pameran pedang ini sebenarnya ada campur tangan Kuroi Kumo. Orochi Taoka punya peranan penting dalam acara tahunan tersebut. Bisa dilihat bahwa sebagian benda-benda yang dipamerkan adalah milik Kuroi Kumo. Dengan kata lain, Orochi ingin memamerkan kepada dunia bahwa Kuroi Kumo memang punya dominasi besar di Jepang.Hanz cukup kaget saat tahu bahwa para pekerja di sini merupakan anak buah dari Orochi itu sendiri. Jadi, tidak heran kalau Misuki sedari tadi memberikan pujian tak henti bagi Kuroi Kumo.“Aku harap, acara ini diselenggarakan tiap bulan,” ucap Misuki dengan ekspresi wajah terkagum-kagum.Hanz menghadapkan wajahnya ke Misuki lalu bertanya, “Apa benar baju zirah ini milik Kenji Torada? Dan dipakainya ketika menghabisi nyawa Hirohito?”Misuki mengangguk pasti. “Ya, tentu saja. Zirah dan pedang ini merupakan milik Kenji Torada, dipakai ketika membunuh Hirohito. Karena itulah diletakkan di ruangan khusus dan tidak sembarang orang bisa menyent
Baca selengkapnya
Bab 207
Ketika Musashi dan Hanz melarangnya, atau bermaksud ikut menemani kembali naik ke atas, Rei malah menolaknya.“Biarkan aku kembali ke atas. Bisa jadi ada sesuatu yang penting dan ingin dibicarakan.”Kamura dan Misuki tak tinggal diam. Salah satu dari mereka pun berkata, “Ya, biar Tuan Rei saja yang naik ke atas.”Sebelum Rei beranjak dari sana, tiba-tiba saja muncul Kenji Torada, lalu menyela pembicaraan. “Wow! Ada tamu spesial rupanya.”Kamura menundukkan kepalanya. “Tuan Kenji, maafkan kami, karena sekarang Tuan Rei sedang ada urusan sebentar. Izinkan kami membawa dia ke atas.”Kenji mengangguk pasti. “Ya, silakan. Sekarang, aku mau bicara sama Musashi saja kalau begitu. Biar nanti aku bicara sama Tuan Rei yang terhormat. Akan ada banyak bahasan, tentang pedang, samurai, dan tentu saja tentang perseteruan lama yang hingga kini belum bisa terlupakan.”Tidak lama berselang, Rei pun pergi dari sana, ditemani oleh Kamura dan Misuki
Baca selengkapnya
Bab 208
“Diam kau, Kenji!” Musashi tetap tenang meskipun dadanya semakin bergemuruh. Selama ini, berulang kali Musashi memberikan tantangan duel pedang kepada Kenji, tapi Kenji selalu menolak dengan beragam alasan.Untuk menutupi sikap pengecutnya, Kenji selalu membahas kekalahan Kazui dan kematian Hirohito. “Tidak ada yang meragukan keterampilan kau dalam menggunakan pedang, Musashi. Bahkan, jika lawannya memakai dua pedang sekali pun dan kau hanya satu, kau akan memenangi pertarungan. Kau sangat tangguh!” Justru Kenji memberikan pujian untuk menyembunyikan rasa takutnya yang besar itu.Kenji selalu menolak kalau Musashi mengajak duel pedang. Sudah ada dua orang hebat dari Kuroi Kumo yang mati di tangan di Musashi saat duel pedang yang pernah dilaksanakan di waktu lalu. Musashi selalu menang dan dua lawannya tersebut mati di tempat. Oleh karena itu, Kenji tidak mau mati konyol.“Kau jago karate, Kenji. Jika kau mau, ayo kita bertarung dengan tangan kosong. B
Baca selengkapnya
Bab 209
Di sekitar ruangan khusus yang tidak begitu luas itu sudah ramai disesaki oleh sejumlah orang, mulai dari pengunjung sampai petugas pameran. Semua orang sangat kaget saat tahu orang yang mati terbunuh itu memang benar Rei Kazui!Musashi menerobos kerumunan dan langsung merangsek masuk hingga pas di hadapan ayahnya yang sedang tertempel di dinding. Sebilah pedang katana menancap di dada kiri Rei, menembus tubuhnya sampai memaku dinding sehingga membuat tubuhnya tersangkut di sana. Kepala Rei sedikit tertunduk, sementara kedua tangannya memegang sebuah pedang. Di tubuh Rei banyak bercak darah dan lebih dari lima sabetan pedang. Jika dilihat dari kondisi Rei sekarang yang sangat sekarat, sepertinya dia habis melawan seseorang yang sangat tangguh.Tadi sebelum kejadian, baju zirah yang dipajang di dalam ruangan tertata rapi, tapi sekarang keadaannya sudah berubah. Pedang yang berada di sampingnya pun posisinya sudah beruba, tidak lagi berada di samping baju zirah, mela
Baca selengkapnya
Bab 210
Hanz terkesiap, sebab teringat dengan lukisan. Posisi baju zirah, Rei Kazui, bahkan bercak darahnya, hampir sama dengan apa yang ada di dalam lukisan. Kenapa bisa terjadi? Apa ini sebuah kebetulan?Hanz teringat dengan satu sosok yang sedang berada di dalam ruangan. Pandangannya langsung mengarah ke Kenji Torada!Kenji adalah pemilik baju zirah dan pedang katana, sekaligus orang yang erat kaitannya dengan lukisan tersebut.“Kenji, apa kau tahu siapa orang yang melukis satu lukisan di bawah?” tanya Hanz secara tiba-tiba, tentu saja pertanyaan itu mengagetkan banyak orang.Tersentak, Kenji menjawab dengan cukup tenang meskipun keringat dingin bermunculan di wajahnya. “Lukisan yang di bawah itu. Baiklah, karena kita sedang serius sekarang, aku tidak mau menyembunyikan sesuatu. Ya, lukisan tersebut adalah karyaku sendiri.”Mendengar itu, Hanz dan Musashi terkejut. Artinya, Kenji benar orang yang merencanakan pembunuhan terhadap Hirohito yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
31
DMCA.com Protection Status