Home / Pernikahan / NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI : Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

11. Perjodohan

Aku tersenyum jahat di dalam mobil. Rasanya puas sekali aku bisa mengerjai kedua pasangan selingkuh itu. "Mirnaaaa," teriak laki-laki itu. Mungkin dia baru sadar jika akulah yang ada di dalam mobil itu. Aku bergegas turun dari mobil untuk membeli kue lupis kesukaannya Tante Anni. Kulihat sekilas laki-laki itu mengejarku. "Mirna, apa-apaan kamu ini. Lihat bajuku dan baju Nina jadi kotor begini. Kamu juga tega-teganya mukulin Nina pakai sapu dan ngusir dia dari rumah!" bentak laki-laki itu setelah mendekatiku."Peduli apa aku sama kalian? Itu rumah anak-anak, jadi aku berhak mengusir perempuan itu! Emang siapa dia, istri kamunjuga bukan kan cuma simpanan!""Gara-gara ulah kamu, aku jadi belikan dia emas.""Lho ... Lho ... Kok jadi gara-gara aku? Gundikmu saja yang matre!""Dia bukannya matre, tapi berkelas! Itu karena kamu mukulin dia, jadi dia merajuk dan minta hadiah emas. Sini ganti rugi! Kamu harus ganti uang untuk membeli emas karena ulah kamu.""Yaa Allah, kemanalah otak laki-l
Read more

12. Tiba-tiba berubah

Tante Anni menahanku untuk menginap di rumahnya, katanya dia sangat rindu sekali dengan Fauzan dan Faisal. Tante Anni memang pernah membawa anak-anak nginap di rumah ini, tetapi waktu itu ada ibu mertua yang menemani.Kalau sekarang aku menginap di sini, apa kata orang, sedangkan di sini ada bujang setengah lapuk itu. Duh ... Bisa jatuh harga diriku."Lain Kali aja Tante, lagian nggak enak kalau Mirna ikut nginap di sini, apa kata orang nanti," tolakku."Isssh kepedean, siapa juga yang mau ngajak situ nginap? Orang yang di suruh nginep itu anak-anak kok," cibir laki-laki gondrong itu."Sssttt ... Jangan seperti itu. Dah sana kamu kalau mau ke kampus. Urus skripsi yang udah setahun nggak kelar-kelar," bela Tante Anni. Aku seperti di atas awan.Laki-laki itu berlalu sambil mengepalkan tangan, sementara aku menjulurkan lidahku."Kalian ini seperti anak kecil. Hemmm ...," tegur Tante Anni."Dia itu, Mam ngeledekin terus. Mending bujang lapuk daripada Baru 3 tahun nikah dah cere. Masa masi
Read more

13. Fahmi keterlaluan

Cukup lama aku terbengong mendengar pernyataan Ammar yang sangat mengejutkan. Sementara laki-laki terus menyerocos. Fauzan yang sedang memakan cemilan berlari ke arahku untuk menunjukkan mainan barunya"Mirna!" sentaknya. Laki-laki itu menepuk kedua tangannya tepat di depan wajahku."Heh ... biasa aja gitu kenapa. Pasti kamu syok kan aku terima perjodohan kita?""What? Kamu ngigo ya? Udah sana pulang! Aku capai, mau istirahat!" usirku."Catat baik-baik, Mir. Ini pertama dalam sejarah aku mau dijodohkan sama perempuan.""Jadi selama ini kamu seleranya laki-laki gitu?""Eh. Jangan sembarangan kalau ngomong. Ya ceweklah. Kamu nggak usah jual mahal gitu, kemarin kamu malu aja kan mau terima perjodohan kita.""Stop Ammar. Aku nggak mau dengar lagi ocehan kamu. Sekarang kamu pulang sana. Aku ini masih sah menjadi istri Bang Fahmi. Jadi nggak etis kalau ngomongin perjodohan. Belum tentu juga aku mau sama kamu!"Laki-laki itu mencibirku, lalu dia bangkit. "Kesempatan tidak datang dua kali.""
Read more

14. Nggak Punya Otak

"Mam, num." Suara Faisal menghentikan aktivitasku. Aku seka sudut mataku yang sudah berembun. Kenapa ini mata tidak bisa diajak kompromi baramg sebentar. Baru lihat begini sajanudah cengeng, rutukku"Iya, Sayang." Aku lantas beranjak menuju dapur untuk mengambilkan air putih untuk Faisal."Sudah makanan, Dek?" tanyaku. Bocah dua tahun itu mengangkat piringnya yang sudah kosong."Kalau sudah, kita berangkat ya." Aku usap kepalanya. Selanjutnya aku bopong tubuh Faisal dan mendudukkannya di car seat. Lantas aku ambil tas yang sudah aku siapkan tadi.Setelah memastikan kompor tidak menyala dan juga jendela dan pintu sudah terkunci, aku langsung masuk ke dalam mobil. Terkadang aku masih suka ceroboh, meninggalkan kompor masih dalam keadaan menyala. Bahkan kemairn pernah aku sedang menghangat sop, kemudian aku tinggal untuk menidurkan anak-anak di kamar dan tak terasa aku tertidur.Saat aku terbangun, panci yang aku pakai memanaskan sop sudah hitam. Air sop sudah menguap tak tersisa. Isi da
Read more

15. kesenangan untuk anak-anak

Aku klik blokir di nomor WhatsApp Bang Fahmi. Satu-satunya cara agar laki-laki itu tidak menggangguku dan juga menjaga hati agar tetap waras. Setelah itu aku blokir semua akun sosial media mantan suamiku, setelah aku merusuh di postingannya.Aku tersenyum menang ketika teman-teman dari Bang Fahmi mencibir dan menghina Nina sebagai pelakor. Perempuan itu memang pantas mendapatkan julukan itu. Siapa suruh memasuki rumah orang dan mengambil isinya tanpa permisi. Namun kenapa perempuan itu kini yang seolah merasa terzolimi dengan keadaannya sekarang? Hanya karena aku mengatakan jika aku masih istri sahnya. Ah ... Memang pelakor jaman sekarang, dia yang menyakiti dia pula yang merasa tersakiti.Apalagi Bang Fahmi, sudah tahu belum juga sah bercerai, dia sudah memposting foto mesra bersama perempuan lain, siapa yang tidak panas melihat hal itu? Tidak bisakah dia menahan jarinya untuk mengunggah foto mesranya setelah proses perceraian kami selesai. Secara agama, memang kami sudah bercerai,
Read more

16. Fahmi

Pov: Fahmi"Mas, tolong, Mas!" Seorang siswi berseragam putih abu-abu khas anak SMA, tiba-tiba masuk ke dalam mobilku ketika aku tengah menunggu lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau."Ada apa ini?" tanyaku tak mengerti. Gadis itu merunduk di bawah jok mobilku."Ayo jalan! Buruan!" Gadis itu memerintahku seenaknya."Kamu ini siapa? Jangan seenaknya main perintah saja," protesku."Nanti kalau aku udah aman, aku ceritain semua," ujarnya."Imbalannya apa?" Tantangku."Apapun yang kau minta, sekarang buruan jalan."Wah ... Apapun. Otak jahatku meulai meronta-ronta. Malaikat berjubah hitam di pundakku mulai merayuku agar mau menerima ajakan gadis itu.Aku melajukan mobilku menjauh dari lampu lalu lintas. Gadis itu terlihat panik dan ketakutan, seperti ada yang mengejarnya, tetapi kalau lihat-lihat dia cantik dan manis. Hemm ... Bisalah untuk selingan.Di rumah aku sudah pusing dengan keadaan apalagi istriku, Mirna sudah tak pandai merawat dirinya. Terlebih ketika Fauzan dan Faisal
Read more

17. Nina yang sebenarnya

"Cepat bilang, Mas. Ini sudah tersambung." Nina menyodorkan handphone-ku ke arah telinga dan terdengar suara Mirna dari seberang."Bilang apa?" bisikku."Ya bilang kalau dia harus transfer sejumlah uang untuk kompensasi karena telah mempermalukanku."Dengan terpaksa aku menuruti permintaan Nina. Sebenarnya aku sudah tidak mau lagi menurut ide gi*a perempuan yang baru aku halalkan beberapa hari yang lalu."Kenapa, Mas?""Telponnya dimatikan sama Mirna," jawabku. Sudah pasti mantan istriku itu akan mematikan handphone-nya setelah mendengar perkataanku."Sini, coba lihat!" Nina kembali merebut ponsel di tanganku. "Sial," umpat Nina, lantas perempuan itu melempar gawaiku di atas ranjang hotel."Kenapa dilempar?" Aku bergegas mengambil telepon genggam itu dan memeriksanya. Tenyata Mirna telah memblokir semua sosial mendiaku dan juga nomor WhatsApp-ku."Mas, bilangin sama mintan istri kamu itu, buruan suruh dia bayar kompensasi karena dia sudah mempermalukan aku!""Sudahlah Nina, lebih bai
Read more

18. Diusir ibu

Belum sebulan aku menikahi perempuan itu, tetapi dia sudah membuat kepalaku ingin pecah. Aku bergegas memeriksa saldo rekeningku memakai m-banking. Dan ternyata saldo di dalamnya hanya tersisa lima puluh ribu saja. Padahal sebelumnya ada sekitar lima belas juta, sisa tabunganku selama ini.Aku kembali menyugar rambutku dengan kasar. Uang yang akan aku gunakan untuk membeli sepeda incaranku sudah lenyap.Tok ... Tok ... Tok ....Suara ketukan di pintu mengejutkanku. Lantas aku membenahi rambutku, yang tadi berantakan karena aku acak-acak."Masuk!" jawabku."Maaf, Mas Fahmi, saya di suruh Pak Bambang untuk konfirmasi mengenai serah terima jabatan yang akan di lakukan lusa.""Hum," gumamku. Aku muak sekali melihat tampang Hendra."Hari ini saya akan melakukan briefing pertama di awal bulan ini, nanti Mas Fahmi turut hadir ya.""Iya kalau saya tidak sibuk," jawabku sekenanya. Jangankan ikut dia briefing, melihat wajahnya saja aku sudah tidak selera.Bisa dibayangkan bukan? Rasanya di pimp
Read more

19. Misteri Ammar

PT. Santosa Abadi, berdiri di gagah di depanku, rasa gerogi, deg-degan bercampur aduk menjadi satu. Jantungku seakan ingin loncat dari tempatnya. Baru kali ini aku merasa sangat gugup ketika mengantarkan berkas lamaran kerja. Berkali-kali aku memaut wajah baruku di depan cermin motor spocy-ku. Ya ... Wajah baru, karena baru kali ini aku mengenakan hijab setelah sekian lama aku tak memakanya. Terakhir aku memakainya ketika lebaran tahun kemarin, itu saja poniku masih terlihat.Ada rasa tidak percaya diri ketika aku melihat wajahku sendiri di dalam cermin spion motor. Ada rasa gerogi yang membuat aku setiap beberapa detik membenarkan ujung pashminaku.Produsen jilbab ini sangat besar, berbeda dengan apa yang aku pikirkan. Aku rasa perusahaan ini sudah masuk kelas nasional. Aku lantas memasuki gedung besar itu dengan debar yang semakin menjadi-jadi. Peluh dingin sudah membasahi telapak tanganku."Ah ... Iya. Aku kan mau menemui Mas Khairul terlebih dahulu." Aku memutar tujuan yang tad
Read more

20. Nina Ngatur

Hariku kini disibukkan dengan segudang laporan, dari laporan bahan baku yang masuk dan bahan baku yang keluar. Tak hanya itu, aku juga diminta mempelajari alur penjualan. Angel membimbingku dengan baik dan telaten.Sudah satu minggu aku bekerja di sini. Sejauh ini aku belum mengalami kendala yang berarti. Hanya saja aku harus lebih teliti dalam bekerja. Karena masih ada beberapa kesalahanku dalam membuat laporan.Bergaul dengan Angel dan teman-teman yang lain, aku belajar banyak hal. Salah satunya yaitu kewajiban berhijab. Semakin hari aku aku semakin mahir menggunakan jilbab. Walaupun aku masih menggunakan jilbab yang nge-tren di saat ini, belum mampu menutup aurat dengan sempurna, tetapi buatku itu adalah pencapaian terbaikku di tahun ini.Sudah berkali-kali ibu mertua mengingatkanku untuk mengenakan jilbab, tetapi aku belum sanggup. Dan ketika beliau melihat aku menggunakan jilbab sewaktu mengantarkan anak-anak, beliau sangat terharu, bahkan sampai menitikkan air mata."Ibu senang,
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status