Home / CEO / Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan: Chapter 51 - Chapter 60

64 Chapters

Keputusan yang Tepat

"Siapa gadis itu, Sam? Bisa-bisanya kamu membuat gadis terhormat seperti Luna menangis hanya gara-gara dia!" Martha geram. Kedua manik matanya menatap tajam ke arah gadis yang memakai dress selutut itu. Penampilan Syahira memang terlihat sederhana, namun tak mengurangi kecantikannya. Syahira merasa sangat risih ditatap seperti itu oleh ibunya Samuel. Wanita paruh baya yang berpenampilan glamor dengan lipstik merah menyala, khas seorang wanita sosialita. "Dia calon istriku. Dan Ibu tidak pantas berkata seperti itu pada Syahira. Dia jauh lebih terhormat dibandingkan dengan perempuan yang dipilih Ibu untuk menjadi istriku!" Dengan tegas Samuell berbicara. Sejak tau ibunya pergi meninggalkan dirinya hanya karena demi harta, saat itu juga rasa hormat pada wanita yang telah melahirkannya hilang begitu saja. "Jaga bicaramu, Sam! Luna itu perempuan terhormat dan pastinya berkelas. Sepadan dengan keluarga kita. Tidak seperti dia!" Telunjuknya mengarah tepat ke wajah Syahira yang sedang ter
Read more

Sah!

Syahira masih tertegun kala mendengar penjelasan dari Samuel barusan. Meskipun rencana pernikahan itu terkesan mendadak, tetapi Syahira segera menyadari bahwa apa yang Samuel lakukan itu adalah demi kebaikannya."Hmm, baiklah. Aku akan menuruti perkataan Pak Samuel," ujar Syahira seraya menganggukkan kepalanya pelan, menyetujui apa yang dikatakan oleh Samuel."Nah, kalau begitu kamu harus mencoba kebaya ini. Kebaya ini sederhana, tapi sangat elegan. Cocok sekali untuk kamu," kata Samuel sembari memberikan kebaya itu kepada Syahira."Tapi, Pak … kenapa saya harus mengenakannya sekarang?""Karena kamu akan mengenakannya nanti malam, dan kamu harus mencobanya sekarang.""Tapi, Pak …""Lakukan, karena saya tidak menerima penolakan," kata Samuel dengan nada tegasnya yang datar seperti biasa.Bibir Syahira seketika mengerucut mendengarnya. Ia berpikir jika pria di hadapannya itu sudah mulai menghangat dan tak sedingin kutub selatan lagi, tetapi rupanya dia salah. Samuel tetap saja sosok yan
Read more

Tingkah Konyol Syahira

"Selamat, Pak Samuel dan Nyonya Syahira," ucap beberapa orang yang berada di sana. Dimana kini mereka sudah menyematkan panggilan Nyonya kepada Syahira yang sudah sah menjadi istri dari majikan mereka.Samuel dan Syahira hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pelan, merasa canggung dengan ucapan mereka semua. Romi yang sedari tadi duduk di samping Samuel pun turut menepuk bahu sang putra dan memeluknya erat."Selamat ya, Sam. Kamu sudah membuat ayah merasa sangat bahagia malam ini," ucap Romi dengan menahan rasa harunya."Terima kasih, Ayah. Ini semua juga berkat ayah," balas Samuel yang turut membalas pelukan dari sang ayah."Dan Syahira, terima kasih karena telah bersedia menjadi menantu ayah," ucap Romi seraya tersenyum pada Syahira."Saya yang seharusnya berterima kasih, karena selama ini ayah dan Samuel sudah memperlakukan saya dengan sangat baik. Kalian sudah melindungi saya," jawab Syahira pelan.Romi tersenyum dan mengangguk. Kini ia merasa jauh lebih tenang, karena janjiny
Read more

Menahan Malu

Wajah cantik Syahira yang berkulit putih itu sudah tampak memerah di kedua pipinya. Rasanya dia benar-benar ingin menutup wajah dan menyembunyikan rasa malunya itu bersama dengan wajahnya.'Astaga! Bisa-bisanya aku mengira bahwa Samuel akan mencium bibirku,' rutuk Syahira dalam hatinya.Gadis itu pun lekas menundukkan kepalanya, menekuk wajah cantiknya itu dalam-dalam dengan maksud untuk menyembunyikannya.Wajahnya benar-benar sudah terasa memanas, terlebih ketika ia bisa mendengar kekeh kecil yang dilontarkan oleh Samuel. Syahira saling meremas jemarinya yang semakin basah oleh keringat dingin. Jika saja saat ini bukanlah momen istimewanya, mungkin ia akan segera kabur dari tempat itu sambil membawa rasa malunya.'Kamu benar-benar bodoh, Syahira. Kenapa kamu bisa berpikir ke arah sana sih? Padahal jelas-jelas bahwa tadi penghulu meminta Samuel untuk mengecup keningku kan? Ahh, kamu benar-benar membuat dirimu sendiri merasa malu, Syahira.' Gadis itu terus saja merutuki kebodohannya da
Read more

Malam Pertama

Satu per satu orang yang menghadiri pernikahan sederhana Samuel dan Syahira pun mulai pergi meninggalkan villa mewah milik keluarga Sastrawinata tersebut. Tak terkecuali dengan Romi, yang awalnya sempat menawarkan bahwa dia akan menyuruh dua bodyguard dan juga Mbak Siti menginap di sana.Akan tetapi, rupanya keinginannya itu ditolak secara terang-terangan oleh Samuel, yang mengatakan bahwa dia memilih untuk berdua saja dengan istrinya di villa tersebut."Hmm, kamu yakin kalau tidak menginginkan ada orang lain di villa ini?" tanya Romi sekali lagi untuk memastikan."Iya, Yah. Aku ingin di sini saja bersama dengan Syahira." Samuel mengangguk."Baiklah kalau begitu. Ayah pulang sekarang," pamit Romi."Baik, Ayah."Setelah berpamitan kepada Samuel dan Syahira, Romi dan bodyguardnya pun kemudian bergegas pergi meninggalkan villa miliknya itu. Kini tinggallah Samuel dan Syahira berdua saja di dalam villa itu, dengan perasaan gugup dan canggung yang membuat jantung keduanya berdegup sangat k
Read more

Menggoda Syahira

Lagi dan lagi, entah untuk yang keberapa kalinya malam ini kata-kata Samuel sukses membuat wajah Syahira terasa memanas dan tampak memerah. Bisikan suara Samuel yang begitu lembut, masih terasa berdenging tepat di telinganya. Syahira bahkan bisa merasakan sapuan nafas hangat Samuel menerpa telinga dan lehernya."Bagaimana? Apa kamu benar-benar menunggu saya untuk menggendong kamu?" bisik Samuel, bertanya sekali lagi.Lutut Syahira terasa semakin bergetar dibuatnya. Kali ini ia sudah tak bisa menahan detak jantungnya yang nyaris saja melompat keluar. Meskipun kedua lututnya terasa lemas, tetapi Syahira sudah tak mempunyai pilihan lain lagi saat ini."Aku … aku …."Berusaha memaksakan kakinya yang terasa gemetar, Syahira pun akhirnya memutuskan untuk berjalan mundur beberapa langkah. Tatapan matanya masih mengarah lekat pada Samuel, sedangkan dadanya tampak naik turun karena deru nafasnya yang memburu."Ayolah, tenang saja. Aku akan melakukannya pelan-pelan," ucap Samuel lagi, sembari t
Read more

Serangan untuk Samuel

Kedua pasang mata itu masih saling beradu, mengunci tatapan satu sama lain dengan begitu lekat. Detak jantung keduanya semakin terasa kencang tak beraturan. Hawa dingin di malam itu, justru membuat suhu tubuh Samuel dan Syahira tiba-tiba memanas. Terlebih dengan posisi mereka yang sedang terjatuh seperti saat ini.Tubuh Syahira mematung, seakan ia tak bisa menggerakkannya sama sekali. Sebisa mungkin ia berusaha menahan nafas, ketika merasakan hembusan nafas hangat beraroma mint milik Samuel menyapu wajahnya. Aroma harum nan maskulin turut menembus indra penciuman Syahira. Aroma harum dari tubuh Samuel, membuatnya ingin menyesap aroma itu lagi dan lagi.Sementara Samuel, tatapan tajamnya itu terus mengarah lekat pada wajah cantik gadis yang kini sedang berada di bawahnya. Matanya mulai berkelana, menyusuri setiap inci wajah Syahira tanpa ada satu pun yang lepas dari tatapannya.Tiba-tiba saja Samuel merasakan tubuh bagian bawahnya bereaksi, ketika tak sengaja dada bidangnya itu bersent
Read more

First Kiss

Brukk!Syahira terkejut bukan main, ketika tiba-tiba Samuel menarik pergelangan tangannya, hingga membuat tubuh Syahira terjatuh dan mendarat sempurna di atas tubuh kokoh milik Samuel."Aaa." Syahira memekik kecil, tetapi kemudian kedua matanya segera beradu tatap dengan manik hitam milik Samuel yang begitu tajam.Hawa panas langsung menjalari sekujur tubuhnya saat itu juga, bagaikan sengatan listrik yang mampu mengendalikan urat sarafnya menjadi tak biasa. Dada Syahira bergemuruh sangat kencang, saat dia merasakan sentuhan tangan Samuel yang begitu hangat tengah melingkar di pergelangan tangannya."Sstt!" Samuel refleks meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir istri polosnya itu.Degh! Degh! Degh!Bagaikan genderang perang yang sedang ditabuh dengan sangat kencang, begitulah kondisi jantung Syahira saat ini. Kencang dan cepat tak terkendali. Tubuh Syahira serasa menjadi beku di detik itu juga, merasakan jemari hangat yang menyentuh bibirnya untuk pertama kali di dalam hidupnya.Sua
Read more

Manja

Dengan langkah berjingkat, Syahira berjalan keluar dari kamar. Sengaja ia berjalan pelan seperti itu agar tak menimbulkan suara yang bisa mengganggu istirahat Samuel saat ini."Aku harus segera masak, mumpung dia masih tidur," gumam Syahira, sembari membuka pintu kamar dengan pelan dan menutupnya kembali dengan berhati-hati.Kritt!Begitu pintu kamar tertutup, Syahira kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Ruangan luas yang tampak rapi itu menyambut kedatangan Syahira di sana. Pasti Mbak Siti yang sudah merapikan tempat itu sebelumnya. Syahira pun kemudian mulai berjalan mendekati lemari es yang berada di sudut dapur."Mungkin ada sesuatu yang bisa aku masak pagi ini," gumam Syahira, berucap pada dirinya sendiri.Perlahan tangannya mulai meraih gagang pintu lemari es tersebut dan lekas menariknya. Kulkas pun terbuka lebar, tetapi ketika suhu dingin dari lemari es itu menguar menerpa wajah Syahira, seketika kedua mata gadis itu membelalak lebar. Kedua bibirn
Read more

Memperkenalkan Syahira

"Ya ampun, Cellin. Apa yang terjadi sama kamu?"Rena tengah duduk di atas tempat tidur dengan wajahnya yang terlihat begitu cemas. Di sampingnya tampak sang putri kesayangan yang sedang berbaring miring membelakanginya.Selimut tebal nampak menutupi tubuh gadis remaja itu hingga sebatas telinganya. Di balik selimut tebal itu, terlihat bahunya naik turun dan suara isakan pelan terdengar."Hiks, hiks," isak tangis Cellin tergugu, membuat dadanya terasa kian sesak.Menyaksikan putrinya yang sedang menangis tertahan, tentu saja membuat Rena semakin merasa cemas. Perlahan ia menyentuh punggung Cellin dan mengusap-usapnya."Cellin, ada apa, Nak? Katakan sama ibu, apa yang terjadi sama kamu?" bujuk Rena.Akan tetapi, Cellin sama sekali tak mau menjawab pertanyaan ibunya dan memilih untuk tetap diam meringkuk sambil terus menangis. Rena menjadi kebingungan dengan sikap sang putri. Tangannya kemudian terulur meraih kepala Cellin, tetapi tiba-tiba Rena merasa sangat te
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status