Keesokan paginya, Mila menyiapkan dengan raut wajah yang segar. Meskipun masih kepikiran soal semalam, namun Mila mencoba untuk berpikir positif saja, pasti Waldi sudah membaik hari ini.“Mas, sarapan dulu,” kata Mila, nadanya sedikit keras supaya Waldi yang masih berada cukup jauh di sana mendengar.“Aku sarapan di kantor aja, soalnya nggak bisa. aku berangkat dulu.” Waldi terlihat sangat berbeda, dingin, dan cuek.“Kamu nggak biasanya Mas kaya gini, kalau hampir terlambat biasanya kamu minta aku buat suapin,” kata Mila, wajahnya kembali terlihat sedih. Apa yang sebenarnya terjadi Mila juga tidak tahu, Waldi tidak menjelaskan apapun.“Paham dari ucapanku tadi, ‘kan? Bukan aku nggak mau makan masakan kamu, tapi aku memang lagi buru-buru banyak pekerjaan yang harus aku kerjain di kantor. Udah, aku mau berangkat, kamu baik-baik di rumah. kalau sarapannya nggak habis bisa dikasih ke satpam komplek.” Waldi pergi begitu saja setelah Mila mencium punggung tangannya. Lagi-lagi tidak ada kecu
Read more