Semua Bab Suamiku Ternyata Bukan Suamiku: Bab 81 - Bab 90

106 Bab

Bab 81. Pertemuan tak terduga

Keesokan paginya, Lena memastikan bahwa Joseph sibuk dengan urusan pekerjaannya sebelum ia berangkat ke sekolah Clarie. Ia mengenakan kacamata hitam dan mantel panjang, berusaha agar tidak menarik perhatian siapa pun.Setibanya di sekolah, ia tidak langsung masuk ke gedung utama, tetapi menunggu di tempat yang lebih sepi hingga bel istirahat berbunyi.Beberapa saat kemudian, ia melihat sosok yang dicarinya.Juliana.Wanita itu masih terlihat seperti dulu. Rambut panjangnya tergerai indah, dan wajahnya tetap lembut seperti yang Lena ingat. Namun, ada ekspresi ketenangan di wajahnya yang tidak ia miliki dulu.Lena menarik napas, lalu melangkah mendekat."Juliana," panggilnya pelan.Juliana yang sedang membaca sesuatu di tablet-nya langsung menoleh. Begitu ia melihat Lena, matanya membelalak. "Lena?"Ada keheningan di antara mereka selama beberapa detik. Juliana tampak terkejut sekaligus waspada."Apa yang kau lakukan di sini?" Juliana akhirnya bertanya, suaranya terdengar datar tetapi t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Bab 82. Kegelisahan Jennifer

Sinar matahari memantul di atas helm keselamatan yang dikenakan Joseph. Pria itu berdiri tegak di atas hamparan tanah luas yang sedang dipersiapkan untuk proyek pembangunan pusat perbelanjaan baru di Miami. Sekelilingnya, suara alat berat bergemuruh, para pekerja sibuk dengan tugas masing-masing, dan tim arsitek berdiri tak jauh darinya, membahas temuan terbaru mereka. Jennifer, asistennya yang selalu sigap, berdiri di sisinya dengan tablet di tangan, siap mencatat setiap instruksi yang diberikan Joseph. "Jadi, apa kendala yang kita hadapi sekarang?" tanya Joseph dengan nada tegas, menatap kepala tim arsitek yang tampak sedikit ragu. Seorang pria berkacamata, Michael Carter, melangkah maju dengan lembaran peta dan blueprint proyek. "Mr. Reign, setelah melakukan survei lebih lanjut, kami menemukan bahwa struktur tanah di beberapa titik tidak cukup stabil untuk menopang beban bangunan sesuai rencana awal. Jika dipaksakan, ada risiko pergeseran pondasi dalam beberapa tahun ke depan."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Bab 83. Rasa kehilangan

Sementara itu, di rumahnya, Juliana masih menatap layar ponselnya setelah membaca pesan terakhir dari Jennifer. "Aku tidak akan mengatakan apa pun. untuk sekarang, tapi kau harus memikirkan ini baik-baik, Juliana. Kau tidak bisa lari selamanya." Juliana menggigit bibirnya, hatinya terasa semakin gelisah. Ia tahu Jennifer benar. Cepat atau lambat, Joseph akan menemukan mereka, tapi ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa anak-anaknya. Mereka adalah dunianya, satu-satunya alasan ia bertahan setelah semua yang terjadi di masa lalu. Ia berjalan ke kamar anak-anaknya dan melihat mereka sedang tidur nyenyak di tempat tidur kecil mereka. Alya meringkuk dengan boneka beruang kesayangannya, sementara adiknya tidur dengan damai di sampingnya. Juliana duduk di tepi tempat tidur dan mengusap rambut Alya dengan lembut. "Ibu akan selalu melindungi kalian," bisiknya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk Joseph, mengambil mereka darinya. *** Keesokan harinya, Joseph kembali ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Bab 84. Sesosok pria yang ada dalam kenangan

Anak-anak yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun, ia baru menyadarinya. “Apa yang akan Anda lakukan sekarang?” Joseph mendongak, matanya penuh dengan tekad. “Saya akan menemui Juliana.” Jennifer menahan napas. “Pak, Anda harus hati-hati. Jika Anda terlalu memaksanya, dia mungkin akan semakin menjauh.” Joseph menggeleng. “Aku tidak peduli. Aku tidak bisa diam saja. Aku harus bertemu dengannya. Aku harus melihat anak-anakku.” Jennifer tahu ia tidak bisa menghentikan Joseph kali ini. Ia hanya bisa berharap bahwa pertemuan mereka tidak akan berakhir dengan lebih banyak luka. Joseph mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Dadanya terasa sesak. Bagaimana mungkin ia bisa tidak mengetahui sesuatu yang begitu penting? "Berapa umur mereka?" tanyanya lagi. Jennifer terdiam sejenak sebelum menjawab, "5 tahun sama dengan Clarie." Keheningan memenuhi ruangan. Jennifer menunduk, merasa semakin bersalah, karena telah membuka rahasia yang seharusnya b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Bab 85. Cinta yang tak pernah padam

Setelah jam sekolah, Juliana berjalan keluar dari gedung sekolah dengan langkah berat. Ia tahu Joseph menunggunya. Ia bisa melihatnya berdiri di dekat mobilnya, menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Dengan napas tertahan, Juliana akhirnya melangkah mendekat. Begitu mereka berdiri berhadapan, keheningan kembali menyelimuti mereka. Joseph menatapnya lama, seolah mencoba mencari sesuatu dalam matanya. “Kenapa?” suara Joseph serak. “Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?” Juliana menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. “Karena itu tidak lagi penting.” Joseph tertawa pahit. “Tidak penting? Kau menyembunyikan anak-anak dariku, dan kau bilang itu tidak penting?” Juliana menggigit bibirnya, mencoba menahan emosinya. “Aku melakukan apa yang harus aku lakukan.” “Apa yang harus kau lakukan?” suara Joseph naik satu oktaf. "Membesarkan mereka sendirian tanpa memberitahuku?” Juliana mengangkat dagunya. “Kalau aku memberitahumu saat itu, apakah kau akan melakukan sesuatu? K
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Bab 86. Permintaan maaf Ariana

Lena berdiri di ambang pintu ruang keluarga dengan napas tertahan. Ia tidak sengaja mendengar percakapan Joseph dan Ariana dan itu membuat jantungnya berdebar kencang. Juliana punya anak kembar. Itu berarti…. Lena menggigit bibirnya, merasa cemas. Ia melangkah cepat ke dalam ruangan, menghampiri Ariana yang masih terduduk dengan ekspresi kosong setelah kepergian Joseph. "Ariana," bisik Lena dengan nada mendesak. "Kau harus melakukan sesuatu!" Ariana mendongak, menatap Lena dengan mata yang sulit dibaca. Lena semakin gelisah. “Jika Joseph mulai mencari tahu lebih dalam, dia akan mengetahui semuanya. Dia akan tahu apa yang sebenarnya terjadi lima tahun lalu. Kau tidak bisa membiarkan itu terjadi.” Ariana tetap diam. Ia hanya menatap Lena tanpa ekspresi sebelum akhirnya bangkit dari duduknya. “Ariana?” panggil Lena, semakin cemas. Tanpa menjawab, Ariana berbalik dan berjalan pergi, menyusul Joseph. Lena hanya bisa menggigit bibirnya, jantungnya berdebar cemas. Joseph baru saj
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Bab 87. Harapan

Juliana sedang menidurkan anak-anaknya ketika ponselnya bergetar. Ia mengabaikannya sesaat, tetapi ketika melihat nama pengirimnya—Jennifer—hatinya langsung berdegup kencang.Dengan perasaan tidak enak, ia membuka pesan itu."Bradley sudah meninggal."Juliana membeku. Tangannya gemetar saat ia membaca pesan singkat itu berulang kali.Bradley sudah meninggal?Meskipun ia memiliki banyak kebencian terhadap pria itu, hatinya tetap saja terasa berat mendengar kabar ini. Bradley adalah seseorang yang telah mengubah hidupnya dengan cara yang buruk, tetapi juga dengan cara yang membuatnya lebih kuat.Juliana menatap anak-anaknya yang sudah tertidur. Ada dorongan dalam hatinya untuk pergi ke rumah Joseph, untuk setidaknya menunjukkan rasa belasungkawa. Tetapi, ia ragu. Ia tidak ingin bertemu dengan Joseph. Ia tidak ingin bertemu dengan Lena.Akhirnya, Juliana hanya duduk diam di tepi ranjang, menatap layar ponselnya yang gelap.***Esok harinya, di rumah duka, Joseph berdiri di samping peti m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 88. Takut terluka lagi

Keheningan yang menyelimuti ruangan terasa berat, seolah membebani dada Juliana. Ia mengalihkan pandangannya dari Joseph, takut jika terlalu lama menatap pria itu, hatinya akan semakin goyah.“Aku tidak bisa membuat keputusan sekarang,” kata Juliana pelan.Joseph mengangguk. “Aku mengerti.”Meskipun begitu, Juliana bisa melihat kilatan kekecewaan di mata pria itu. Joseph menyesali segalanya, tapi apakah itu cukup? “Aku ingin bertemu dengan anak-anak kita.”Juliana terdiam. Itu bukan permintaan yang mudah baginya.“Aku tidak akan memaksa,” lanjut Joseph, seolah bisa membaca pikirannya. “Aku ingin melakukannya dengan cara yang benar. Aku ingin mereka mengenalku bukan sebagai orang asing yang tiba-tiba muncul dalam hidup mereka.”Juliana menarik napas panjang. “Aku akan memikirkannya.”Joseph tersenyum tipis. Itu bukan jawaban yang pasti, tapi setidaknya ia punya harapan.***Keesokqn harinya, setelah semalaman sulit tidur, Juliana memutuskan untuk mengambil udara segar di taman belakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 89. Tampak lebih hidup

Joseph berjongkok di depan kedua anak kembar itu, menatap mereka dengan perasaan campur aduk. Mereka adalah darah dagingnya, tetapi mereka tidak mengenalnya. Itu menyakitkan, tetapi ia tidak bisa menyalahkan siapa pun kecuali dirinya sendiri.“Alya, Malcom,” panggil Juliana dengan suara lembut. “Katakan halo pada Joseph.”Anak perempuan kecil dengan rambut ikal panjang menatap Joseph dengan rasa ingin tahu. “Hai, Joseph!” katanya riang.Anak laki-laki yang sedikit lebih pendiam, Malcom, menatap Joseph dengan mata yang penuh kehati-hatian. Ia tidak langsung menyapa seperti saudara kembarnya, tetapi tidak juga menghindar.Joseph tersenyum. “Hai, Alya Hai, Malcom!"Malcom masih diam, tetapi Alya maju selangkah. “Kenapa kamu di sini?” tanyanya polos.Joseph menelan ludah. “Aku ingin mengenal kalian.”Alya mengangguk, tampaknya menerima jawaban itu. “Kalau begitu, kamu harus main sama kami!” serunya sambil menarik tangan Joseph.Joseph tertawa kecil. “Baiklah, aku akan mencoba.”Sementara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 90. Kesempatan kedua

Juliana duduk di ruang tamunya, menatap ponselnya dengan perasaan campur aduk. Layar ponselnya masih menyala, menampilkan pesan terbaru dari Joseph.Joseph: Terima kasih sudah mengizinkanku bertemu mereka. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Juliana menutup matanya, menghela napas panjang. Ia bisa merasakan ketulusan dalam pesan itu.Namun, ia masih takut.Takut berharap. Takut kecewa lagi. Takut membiarkan masa lalu kembali menyakitinya. Suara langkah kaki kecil terdengar mendekat."Mommy?"Juliana membuka matanya dan mendapati Alya berdiri di dekatnya, menatapnya dengan mata besarnya yang jernih."Ada apa, Sayang?" tanyanya lembut, berusaha menyembunyikan kegundahan hatinya.Alya tersenyum kecil, menaiki sofa dan duduk di sampingnya. "Aku suka Joseph."Juliana terdiam.Gadis kecil itu mengayunkan kakinya pelan di tepi sofa. "Dia baik. Dia membawakan kami buku cerita."Juliana tersenyum tipis. "Benarkah?"Alya mengangguk penuh semangat. "Dia juga bilang dia akan selalu ada u
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status