Home / Romansa / PESONA MAS IPAR / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PESONA MAS IPAR: Chapter 11 - Chapter 20

40 Chapters

#11. Di Mana Kamu?

PART 11. Helena, Di Mana Kamu?(POV Harris) PencarianHelena di mana kamu?Sudah dua bulan lebih dia menghilang tanpa jejak. Aku khawatir dia kenapa-napa. Nomor kontaknya sudah tidak aktif sehingga sulit sekali untuk melacak keberadaannya. Sekali aku pergi ke rumah orang tuanya di Bekasi, berpura-pura ada urusan di Bekasi sekalian mampir, hanya untuk mengetahui kabar Helena. Namun mereka justru menanyakan mengapa saya tidak ajak serta Helena dan Arsen.Aku merasa hidupku begitu hampa setelah dia hengkang dari rumah Mama dalam kondisi marah. Apalagi aku turut andil membuatnya terluka. Hatiku ikut sakit menyaksikannya terluka ketika itu. Wajah yang selalu tersenyum ceria kemudian berubah menjadi sendu dan berurai air mata itu, selalu menghantui hari dan malamku. Aku ingin bergerak dan merengkuhnya. Namun aku tidak memiliki daya untuk melakukan itu semua.Helena di mana kamu?Seminggu yang lalu, Mama memanggil semua anak-anaknya, untuk menyaksikan penandatanganan serah terima pembayaran
Read more

#12. Restu Mama

Dimas merasa bingung, kenapa tiba-tiba Harris ingin pergi ke Jakarta Pusat. Padahal agenda dia hari ini adalah pergi ke Bogor untuk urusan bisnis. Biasanya Harris tidak pernah meleset dari jadwal yang sudah dibuat. Dia type orang yang selalu tepat waktu. Dia bisa datang lebih awal ketika ada janji, tetapi, juga akan segera meninggalkan lokasi jika lawannya terlambat beberapa menit saja. Namun hari ini? Ada apa dengan Harris? Dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan prinsipnya.Dimas hanya bisa mengikuti saja apa yang diinginkan boss sekaligus temannya itu. Dimas yang pendiam dan penurut selalu mematuhi apapun yang diperintahkan Harris kepadanya tanpa banyak tanya, meskipun dia penasaran. Mungkin sebab itulah dulunya dia menjadi sasaran empuk anak-anak badung di sekolahan mereka. Untung ada Harris yang sejak kecil sudah diberi pelatihan bela diri oleh ayahnya, sehingga dia bisa langsung bertindak ketika melihat teman sekelasnya dianiaya oleh teman lainnya.Harris menyandarkan kepal
Read more

#13. Pertemuan

PART 13. Pertemuan Hari ini adalah tahun keduaku bekerja sebagai pramuniaga di H&H Mall, di Jakarta Selatan. Yah, akhirnya aku memang diterima bekerja di H&H Group, tapi sesuai dugaan, tidak mungkin di bagian telemarketing. Aku diterima sebagai pramuniaga, Saudara! Dugaanku tidak akan diterima sebagai telemarketing saat melamar dulu itu benar, karena ada si sepupu HRD. Posisi telemarketing sejak awal memang sudah untuk dia. Membuka lowongan kerja dan mendatangkan pelamar lainnya hanyalah ritual, agar semua terlihat natural. Dan hal semacam itu adalah sesuatu yang lumrah terjadi di mana-mana. bukan kah begitu? Kita yang tidak memiliki koneksi akan selalu tersingkir. Kalau diterima, itu berati suatu keberuntungan. Atau takdir Tuhan untuk kita mulai dari sana, sedang berjalan. Seperti takdirku hari ini. Dua tahun lalu meskipun kecewa karena tidak diterima sebagai telemarketing, aku masih merasa beruntung, karena diterima sebagai pramuniaga di bagian elektronik di Mall bergengsi ini. S
Read more

#14. Dalam Dekapan Mas Ipar

PART 14. Dekapan Mas iparPelukan Mas Harris kurasakan semakin erat. Hati kecilku mengingatkan, ini berdosa. Tetapi aku menikmatinya. Aku menikmati rengkuhan ini. Aku rindu seseorang mendekapku. Aku haus pelukan setelah dua tahun tidak lagi kurasakan."Kamu pasti mengalami masa berat selama ini." Ucapnya. Aku mengangguk. Dengan air mata yang masih terus berjatuhan. Jas hitam yang Mas Harris pakai basah oleh air mataku. Dua puluhan menit kami berdiri dalam posisi itu. Perlahan Mas Harris melepaskan dekapannya."Kenapa Mas melakukan ini?" Tanyaku. Mataku bergerak mengitari area matanya. Dia sudah tidak mengenakan masker kainnya. Entah kapan dia melepasnya."Aku merindukanmu." Sahutnya. Sama seperti yang kulakukan, kedua matanya juga menelanjangi wajahku. Rindu macam apa yang berada di balik ucapannya?"Mas tidak menyuruhku duduk?" Kataku mencairkan suasana. Pria itu tersenyum. Jantungku terasa berhenti berdetak. Senyumnya masih manis seperti dulu. Aku menghitung maju. Jika mereka selis
Read more

#15. Kerinduan

PART 15. Kerinduan (Pov Author) Dimas keluar ruangan bosnya dengan rasa bahagia. Dia tidak pernah menduga bahwa hari ini adalah keberuntungannya. Harris memberinya cek senilai seratus juta. Pikirannya melayang pada kejadian satu tahun lalu. Ketika mereka baru menghabiskan waktu keliling kota Bekasi. Harris terlihat kelelahan ketika akhirnya menyerahkan selembar poto kepada Dimas. "Siapa dia?" Tanya Dimas. "Temukan dia untukku." Sahut Harris. Dahi Dimas berkerut menatap Harris. "Namanya Helena Anstasya. Umur 25 tahun." Sejak itu mereka terus mencari, namun tidak ada jejak Helena. Di sosial media terlalu banyak yang namanya Helena, namun tidak satu pun yang mencirikan pemiliknya adalah Helena yang dimaksud Harris. Hingga dua tahun berlalu. Pagi tadi, sekitar jam 10:00 Harris mengajak 4 orang stafnya, termasuk Dimas dan HRD, turun lapangan. Melihat-lihat kondisi pemasaran, sekaligus memberi ucapan kepada pendatang baru yang menyewa dua ruangan untuk memasarkan produk camera CCTV mere
Read more

#16. Hotel Atau Kostan

PART 16"Jangan pergi lagi, Helena. Tetaplah di sini bersamaku."___________Kami menikmati makan siang dengan sangat terlambat. Waktu di ruangan Harris sudah menunjukkan angka 15:00. Aku mengunyah dengan sangat pelan, sampai makanan di mulutku benar-benar halus baru kutelan. Itu harus kulakukan, karena jika tidak, maagku bisa kambuh dadakan. Tidak seru kan jika sampai maag kambuh, di kala sedang bertemu kakak ipar setelah dua tahun berpisah?"Kamu terlihat baik-baik saja, Helena." Komentar Harris. Tatapannya hangat namun menggoda."Kenapa? Mas berharap Helen tidak baik-baik saja?" Sahutku jutek."Kenapa kamu bekerja?" Lanjutnya."Kenapa tidak? Siapa yang akan menghidupi Helen jika tidak bekerja?" Sahutku."Kamu bisa membangun usaha." Balasnya. "Atau setidaknya, lima ratus juta yang kukirimkan ke rekeningmu, cukup untuk biaya hidupmu dua tahun ini. Kamu kan hemat." Aku terhenyak. Jadi uang lima juta itu dia yang transfer?"Uang itu masih utuh. Helen tidak menyentuhnya." Kulihat Mas Ha
Read more

#17. Membawamu Pulang

PART 17. Pilih Hotel Atau Kostan? (POV Harris) Kostan Helena sangat kecil. Hanya terdiri dari satu ruang utama yang dia pakai untuk menerimaku saat ini. Tidak ada perkakas lain, selain sebuah meja kecil yang di atasnya terdapat rice cooker ukuran satu liter, kompor listrik, dan setrikaan. Terletak di salah satu sudut dinding. Di sampingnya berdiri dispenser, dengan air galon merk terkenal, sama dengan yang biasa kami konsumsi di rumah dan kantor. Di sampingnya lagi, sebuah rak piring kecil, yang hanya ada satu piring, satu mangkuk, satu cangkir, satu sendok, serta satu teflon. Sementara di kamarnya yang tanpa penutup itu, hanya ada ranjang ukuran single. Satu lemari plastik ukuran kecil, dan sebuah kaca yang menggantung di dinding. "Kamu tinggal di tempat ini selama dua tahun itu, Helena?" Tanyaku, seraya menoleh kepadanya. "Iiih, jangan masuk-masuk ke kamar orang!" Teriaknya, mencoba menghalangiku dari melihat kamarnya. "Sudah selesai." Sahutku. Seraya menabrak tubuhnya yang co
Read more

#18. Harmoni

Part 18. HarmoniSudah lima belas menit, aku menunggu di depan pintu kamar Helena, tetapi belum ada tanda-tanda wanita itu keluar. Apakah dia ketiduran setelah mandi?Tidak tahan untuk lebih lama menunggu, aku membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci.“Helena kamu masih mandi?” tanyaku.“Iya, Mas Harris ngapain di situ?”“Nungguin kamu.”“Keluarlah, nanti aku menyusul.”“Cepatlah,”Senyap. Di kamar mandi pun tidak ada suara. Mungkin Helena sedang mengganti pakaiannya. Terpaksa aku kembali menunggu.“Helena, kamu baik-baik saja?” teriakku lagi. Sudah lima menit, belum ada tanda-tanda Helena akan keluar dari kamar mandi.“Mas Harris pergilah!” balasnya. Aku penasaran, ada apa sebenarnya dengan dia? aku berjingkat dari pembaringan, kemudian melangkah ke pintu kamar mandi.“Helena, aku tahu kamu sudah selesai mandinya, kutunggu dua menit lagi. Kalau tidak keluar juga kudobrak nih.” ancamku.“Apaan sih? Mas keluar dulu aja.” “Tidak. Aku menunggumu.”"Please!""No! Kamu keluar." Sen
Read more

#19. Mantan Dan Keluarga Barunya

PART 19. Mantan Dan Keluarga Barunya Hari Sabtu aku masih harus masuk kerja. Karena jatahku libur adalah Sabtu depan. Bagi karyawan lapangan sepertiku, jatah liburnya hanya peroleh seminggu sekali, sesuai pembagian dari atasan. Pekan ini jatahku sudah kuambil hari Selasa lalu, jadi Sabtu dan Minggu aku harus masuk kerja. Pukul 07:00 aku sudah rapi dengan seragam kerjaku. Tentu saja memakai bra dan celana dalam, karena semalam aku sudah mengeringkannya di mesin pengering. Saat keluar kamar aroma makanan yang lezat langsung tercium olehku. Saat aku turun, kulihat, Mas Harris sudah ada di dapurnya. Dapur yang mungkin hanya digunakan oleh dia sendiri untuk memasak makanan sederhana, karena di belakang masih ada satu dapur lagi yang perabotannya lebih komplit dari yang ada di sini. "Aku memesan beberapa stell pakaian untukmu semalam." Ucap Mas Harris begitu melihatku datang mengenakan seragam kerja. Dia pasti belum tahu kalau aku mau masuk kerja. "Terima kasih." balasku, seraya terseny
Read more

#20. Rombongan Mama

Part 20. Rombongan Mama (POV Harris) Kalau ditanya apakah aku bahagia saat ini, jelas aku sangat bahagia karena berhasil membawa Helena pulang dan tinggal bersamaku. Tetapi aku pasti sudah menyusahkannya, karena membuat dia terusir dari kontrakan dengan cara direndahkan seperti itu. Sementara di tempat kerja, aku belum tahu apa yang terjadi setelah beberapa karyawan melihat kami berpelukan. Aku belum ingin mengetahuinya. Bagiku itu tidak penting. Biar saja. Namun aku tidak tahu, apakah bagi Helena itu mengganggu atau tidak. Aku membuka-buka website butik terkenal di kota Jakarta. Memilih beberapa pakaian wanita. Meskipun aku laki-laki, aku paham fashion wanita yang kekinian. Aku juga membeli beberapa baju harian untuk Helena, tanpa melibatkannya. Biarlah Helena istirahat, aku saja yang memilih pakaian ini, toh aku juga yang akan memandangnya saat dia berpakaian nanti. Tidak lupa kupesan juga pakaian dalam untuknya dari toko yang berbeda. Awalnya mereka menolak untuk packing malam ini
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status