Beranda / Romansa / PESONA MAS IPAR / #14. Dalam Dekapan Mas Ipar

Share

#14. Dalam Dekapan Mas Ipar

Penulis: Ida Raihan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PART 14. Dekapan Mas ipar

Pelukan Mas Harris kurasakan semakin erat. Hati kecilku mengingatkan, ini berdosa. Tetapi aku menikmatinya. Aku menikmati rengkuhan ini. Aku rindu seseorang mendekapku. Aku haus pelukan setelah dua tahun tidak lagi kurasakan.

"Kamu pasti mengalami masa berat selama ini." Ucapnya. Aku mengangguk. Dengan air mata yang masih terus berjatuhan. Jas hitam yang Mas Harris pakai basah oleh air mataku. Dua puluhan menit kami berdiri dalam posisi itu. Perlahan Mas Harris melepaskan dekapannya.

"Kenapa Mas melakukan ini?" Tanyaku. Mataku bergerak mengitari area matanya. Dia sudah tidak mengenakan masker kainnya. Entah kapan dia melepasnya.

"Aku merindukanmu." Sahutnya. Sama seperti yang kulakukan, kedua matanya juga menelanjangi wajahku. Rindu macam apa yang berada di balik ucapannya?

"Mas tidak menyuruhku duduk?" Kataku mencairkan suasana. Pria itu tersenyum. Jantungku terasa berhenti berdetak. Senyumnya masih manis seperti dulu. Aku menghitung maju. Jika mereka selis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PESONA MAS IPAR   #15. Kerinduan

    PART 15. Kerinduan (Pov Author) Dimas keluar ruangan bosnya dengan rasa bahagia. Dia tidak pernah menduga bahwa hari ini adalah keberuntungannya. Harris memberinya cek senilai seratus juta. Pikirannya melayang pada kejadian satu tahun lalu. Ketika mereka baru menghabiskan waktu keliling kota Bekasi. Harris terlihat kelelahan ketika akhirnya menyerahkan selembar poto kepada Dimas. "Siapa dia?" Tanya Dimas. "Temukan dia untukku." Sahut Harris. Dahi Dimas berkerut menatap Harris. "Namanya Helena Anstasya. Umur 25 tahun." Sejak itu mereka terus mencari, namun tidak ada jejak Helena. Di sosial media terlalu banyak yang namanya Helena, namun tidak satu pun yang mencirikan pemiliknya adalah Helena yang dimaksud Harris. Hingga dua tahun berlalu. Pagi tadi, sekitar jam 10:00 Harris mengajak 4 orang stafnya, termasuk Dimas dan HRD, turun lapangan. Melihat-lihat kondisi pemasaran, sekaligus memberi ucapan kepada pendatang baru yang menyewa dua ruangan untuk memasarkan produk camera CCTV mere

  • PESONA MAS IPAR   #16. Hotel Atau Kostan

    PART 16"Jangan pergi lagi, Helena. Tetaplah di sini bersamaku."___________Kami menikmati makan siang dengan sangat terlambat. Waktu di ruangan Harris sudah menunjukkan angka 15:00. Aku mengunyah dengan sangat pelan, sampai makanan di mulutku benar-benar halus baru kutelan. Itu harus kulakukan, karena jika tidak, maagku bisa kambuh dadakan. Tidak seru kan jika sampai maag kambuh, di kala sedang bertemu kakak ipar setelah dua tahun berpisah?"Kamu terlihat baik-baik saja, Helena." Komentar Harris. Tatapannya hangat namun menggoda."Kenapa? Mas berharap Helen tidak baik-baik saja?" Sahutku jutek."Kenapa kamu bekerja?" Lanjutnya."Kenapa tidak? Siapa yang akan menghidupi Helen jika tidak bekerja?" Sahutku."Kamu bisa membangun usaha." Balasnya. "Atau setidaknya, lima ratus juta yang kukirimkan ke rekeningmu, cukup untuk biaya hidupmu dua tahun ini. Kamu kan hemat." Aku terhenyak. Jadi uang lima juta itu dia yang transfer?"Uang itu masih utuh. Helen tidak menyentuhnya." Kulihat Mas Ha

  • PESONA MAS IPAR   #17. Membawamu Pulang

    PART 17. Pilih Hotel Atau Kostan? (POV Harris) Kostan Helena sangat kecil. Hanya terdiri dari satu ruang utama yang dia pakai untuk menerimaku saat ini. Tidak ada perkakas lain, selain sebuah meja kecil yang di atasnya terdapat rice cooker ukuran satu liter, kompor listrik, dan setrikaan. Terletak di salah satu sudut dinding. Di sampingnya berdiri dispenser, dengan air galon merk terkenal, sama dengan yang biasa kami konsumsi di rumah dan kantor. Di sampingnya lagi, sebuah rak piring kecil, yang hanya ada satu piring, satu mangkuk, satu cangkir, satu sendok, serta satu teflon. Sementara di kamarnya yang tanpa penutup itu, hanya ada ranjang ukuran single. Satu lemari plastik ukuran kecil, dan sebuah kaca yang menggantung di dinding. "Kamu tinggal di tempat ini selama dua tahun itu, Helena?" Tanyaku, seraya menoleh kepadanya. "Iiih, jangan masuk-masuk ke kamar orang!" Teriaknya, mencoba menghalangiku dari melihat kamarnya. "Sudah selesai." Sahutku. Seraya menabrak tubuhnya yang co

  • PESONA MAS IPAR   #18. Harmoni

    Part 18. HarmoniSudah lima belas menit, aku menunggu di depan pintu kamar Helena, tetapi belum ada tanda-tanda wanita itu keluar. Apakah dia ketiduran setelah mandi?Tidak tahan untuk lebih lama menunggu, aku membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci.“Helena kamu masih mandi?” tanyaku.“Iya, Mas Harris ngapain di situ?”“Nungguin kamu.”“Keluarlah, nanti aku menyusul.”“Cepatlah,”Senyap. Di kamar mandi pun tidak ada suara. Mungkin Helena sedang mengganti pakaiannya. Terpaksa aku kembali menunggu.“Helena, kamu baik-baik saja?” teriakku lagi. Sudah lima menit, belum ada tanda-tanda Helena akan keluar dari kamar mandi.“Mas Harris pergilah!” balasnya. Aku penasaran, ada apa sebenarnya dengan dia? aku berjingkat dari pembaringan, kemudian melangkah ke pintu kamar mandi.“Helena, aku tahu kamu sudah selesai mandinya, kutunggu dua menit lagi. Kalau tidak keluar juga kudobrak nih.” ancamku.“Apaan sih? Mas keluar dulu aja.” “Tidak. Aku menunggumu.”"Please!""No! Kamu keluar." Sen

  • PESONA MAS IPAR   #19. Mantan Dan Keluarga Barunya

    PART 19. Mantan Dan Keluarga Barunya Hari Sabtu aku masih harus masuk kerja. Karena jatahku libur adalah Sabtu depan. Bagi karyawan lapangan sepertiku, jatah liburnya hanya peroleh seminggu sekali, sesuai pembagian dari atasan. Pekan ini jatahku sudah kuambil hari Selasa lalu, jadi Sabtu dan Minggu aku harus masuk kerja. Pukul 07:00 aku sudah rapi dengan seragam kerjaku. Tentu saja memakai bra dan celana dalam, karena semalam aku sudah mengeringkannya di mesin pengering. Saat keluar kamar aroma makanan yang lezat langsung tercium olehku. Saat aku turun, kulihat, Mas Harris sudah ada di dapurnya. Dapur yang mungkin hanya digunakan oleh dia sendiri untuk memasak makanan sederhana, karena di belakang masih ada satu dapur lagi yang perabotannya lebih komplit dari yang ada di sini. "Aku memesan beberapa stell pakaian untukmu semalam." Ucap Mas Harris begitu melihatku datang mengenakan seragam kerja. Dia pasti belum tahu kalau aku mau masuk kerja. "Terima kasih." balasku, seraya terseny

  • PESONA MAS IPAR   #20. Rombongan Mama

    Part 20. Rombongan Mama (POV Harris) Kalau ditanya apakah aku bahagia saat ini, jelas aku sangat bahagia karena berhasil membawa Helena pulang dan tinggal bersamaku. Tetapi aku pasti sudah menyusahkannya, karena membuat dia terusir dari kontrakan dengan cara direndahkan seperti itu. Sementara di tempat kerja, aku belum tahu apa yang terjadi setelah beberapa karyawan melihat kami berpelukan. Aku belum ingin mengetahuinya. Bagiku itu tidak penting. Biar saja. Namun aku tidak tahu, apakah bagi Helena itu mengganggu atau tidak. Aku membuka-buka website butik terkenal di kota Jakarta. Memilih beberapa pakaian wanita. Meskipun aku laki-laki, aku paham fashion wanita yang kekinian. Aku juga membeli beberapa baju harian untuk Helena, tanpa melibatkannya. Biarlah Helena istirahat, aku saja yang memilih pakaian ini, toh aku juga yang akan memandangnya saat dia berpakaian nanti. Tidak lupa kupesan juga pakaian dalam untuknya dari toko yang berbeda. Awalnya mereka menolak untuk packing malam ini

  • PESONA MAS IPAR   #21. Rengkuhan Dosa

    PART 21. Rengkuhan Dosa"Kamu menyembunyikan siapa di lantai atas?" Tanya Mama. Yaa Tuhan, adakah yang bisa kusembunyikan dari Mama? Bagaimana Mama bisa tahu aku menyembunyikan Helena di kamarku? Kenapa Mama selalu saja tahu?"Ma?" Suaraku bergetar._________________________Aku langsung berlari ke kamarku begitu mobil yang mereka kendarai keluar dari gerbang. Sesampainya di kamar, aku terkejut mendapati Helena sedang menungging di atas kasur dengan pipi tergeletak tak berdaya. Tatapannya kosong. "Helena apa yang terjadi?" Kudorong tubuhnya hingga berguling. "Mereka sudah pergi, apakah kamu baik-baik saja?"Helena masih bergeming. Dari matanya dua bulir bening menggelinding jatuh."Helena." Aku bingung. Wanita itu bangkit, kemudian duduk tegak. Tangan kirinya ia letakkan di kedua lututnya. Wajahnya tampak kuyu dan penuh kebencian."Biarkan dia pergi." Ucapnya lirih, tetapi air matanya semakin deras mengalir. "Dia jahat sekali.""Arsen?" Tanyaku hati-hati. Helena mengangguk. Aku mende

  • PESONA MAS IPAR   #22. Rencana Harun Dan Putri

    PART 22. Rencana Harun Dan Putri(POV Author)Senin yang cerah. Tiga orang sedang sarapan di restoran tidak jauh dari H&H Mall. Mereka adalah, Harun, Dimas, dan Putri. Mereka sedang berdiskusi sesuatu yang penting. Setidaknya menurut Harun."Ini demi masa depan kita semua,” kata Harun.Putri Ayuningtyas, satu-satunya wanita di antara mereka, sesekali menyesap mocca susu hangat di depannya, lalu memutar-mutar cangkirnya di meja dengan gerakan pelan dan elegan. Matanya mengawang, sesekali menyipit dengan sinis. Seperti menyimpan dendam dan luka."Aku tidak boleh kalah, Mas." Ucapnya geram."Tenang saja, kamu akan dapatkan apa yang kamu inginkan." Sahut Harun.Harun tahu sekali, sepupunya itu sedang tidak enak hati. Sedangkan Dimas, hanya sesekali saja melirik kelakuan kedua saudaranya itu. Hubungan kekerabatan mereka termasuk dekat. Usia Harun dan Dimas tertaut tidak terlalu jauh. Hanya tiga bulanan saja. Tahun ini mereka sudah 39 tahun. Sedangkan Putri, baru berusia 27 tahun. Seusia He

Bab terbaru

  • PESONA MAS IPAR   #40. Kekalahan (Tamat Sesi 1)

    PART 40. Kekalahan Putri meraung, memprotes, kenapa ayahnya begitu tega mengotori cintanya yang tulus terhadap Harris. Dia hampir mendapatkan bossnya itu, setelah sekian panjang perjalanan yang penuh emosi dan kesabaran. Harris hampir saja menikahinya jika tidak karena ayahnya yang meminta syarat macam-macam. Dua ratus juta bagi Harris sangat ringan dan tidak akan menjadi masalah. Putri bisa mendapatkan lebih dari itu jika sudah menjadi istri Harris. Terbayang bagaimana dia dan Harun terus-menerus mengupayakan untuk menaklukkan hati Harris, selama dua tahun lebih, lamanya. Dan ketika semuanya sudah di ambang keberhasilan, justru ayahnya sendiri yang menghancurkan mimpinya dengan permintaan yang rendahan. Harga diri Putri sangat terluka. "Maafkan ayahmu, Putri. Dia tidak tahu." Kata ibunya seraya mengusap-usap rambut putrinya yang sedang bersandar di bahunya sambil menangis perih. Pagi itu, Harris langsung yang menghubungi Putri, memintanya bertemu di salah satu restoran favoritnya

  • PESONA MAS IPAR   #39. Menjadi Nyonya Harris

    PART 39. Menjadi Nyonya HarrisHelena mengerjap. Melawan silau dari lampu ruangan. Mencoba mengingat, apa yang terjadi."Kamu sudah sadar, Nyonya Harris?" Suara yang terasa begitu lekat dengan ingatannya terdengar tidak jauh darinya. Nyonya Harris, Siapakah?“Di mana aku?” gumamnya lirih.“Kamu ada di rumah sakit, Sayang. Kamu pingsan di hari pernikahan kita.” “Pernikahan kita?” Helena mengernyitkan keningnya, beberapa kali mengerjap dan berusaha keras menerna keadaan.“Saya terima nikahnya Helena Anastasya Binti Rahardi..” Oh… Helena mendesah. Ucapan Harris saat ijab qabul kembali terngiang. Kedua matanya mulai bisa menyesuaikan.“Mmm,” Pria di depannya mengangguk dengan wajah berbinar bahagia, "pernikahan kita, Sayang.""Siapa kamu?" Tanya Helena pelan, dan hampir tak terdengar. Ditatapnya sayu pria yang tengah membelai rambut, dan memeluk tubuhnya itu."Helena? Apa yang terjadi? Ada apa denganmu?" Pria itu gugup, jantungnya berdebar. Lalu dengan cepat dia memijit tombol cemas."Do

  • PESONA MAS IPAR   #38. Pernikahan Harris

    PART 38. Pernikahan HarrisTiga puluh menit perjalanan, kami sampai di sebuah gedung yang dipenuhi bunga warna putih di mana-mana. Mas Harris menarik tanganku masuk ke salah satu gedung yang tampak rapi dan bersih. Seorang wanita setengah baya langsung menyambutnya dengan ramah."Rias dia semaksimal mungkin." Mas Harris menyerahkanku kepada wanita tersebut. Wanita itu menatapnya dengan pandangan yang tak kumengerti."Jangan khawatir, secantik apa pun wanita yang hadir di gedung ini, tidak akan pernah ada yang dapat mengalihkan hatiku dari pengantin wanitaku." ucap Mas Harris, seraya melirikku angkuh.Aku kembali memejamkankedua mata. Akan ada berapa banyak lagi rasa sakit yang akan kuterima darinya? Harus kah dia berkata seperti itu di depanku? Yaa Tuhan, ini salahku. Mengapa aku masih mau ikut dia ke sini, hanya untuk dilecehkan seperti ini? Apa lagi yang bisa kuharapkan? Sekali lagi, aku membiarkan air mataku mengalir ke pipi."Lalu bagaimana dengan bajunya, Pak?" Tanya wanita itu.

  • PESONA MAS IPAR   #37. Ajakan Terakhir

    PART 37. Ajakan TerakhirTiga hari aku di rumah Ibu di Bekasi. Selama itu pula aku lebih banyak di dalam kamar. Jika keluar, aku sudah pastikan, wajahku tertutup kosmetik secara sempurna, untuk menutupi bengap di mata akibat terlalu banyak menangis. Tiga hari begitu cepat, itu artinya empat hari lagi pernikahan Mas Harris akan terjadi. Ah, nyeri sekali membayangkan itu."Kamu ambil libur berapa hari, Na, kok masih di rumah?" Tanya Mama ketika aku baru keluar dari kamar siang ini."Ini mau berangkat, Ma." Sahutku. Walau aku belum tahu mau ke mana, tetapi aku tidak mau keluargaku tahu jika aku sudah keluar dari perusahaan, aku tetap harus berpura-pura berangkat kerja."Sana makan dulu." Kata Ibu."Iya, Ma." Aku berjalan ke meja makan. Ibu mengikutiku, membuka penutup makanan dan mengambilkan piring. Ibu selalu begitu, meskipun aku berusaha mencegah, Ibu tetap melakukannya. Ibu ikut duduk di kursi seberang meja."Kamu nggak ingin cerita apa-apa gitu, Na, sama Mama?" Tanya Mama. Aku menat

  • PESONA MAS IPAR   #36. Upaya Monica

    Part 36. Upaya MonicaPutri baru keluar dari rumahnya, ketika seorang wanita dewasa dengan penampilan rapi dan elegan muncul di depannya, serta menghalangi langkahnya.“Siapa ya?” sapa Putri.“Mau ke kantor?” balas wanita itu kalem. Putri hanya manatapnya penuh selidik.“Kenalkan, namaku Monica, kita berangkat bersama?” Wanita itu menawarkan, seraya mengulurkan tangannya. “Saya tidak bepergian dengan orang asing.” Balas Putri angkuh, tanpa menerima uluran tangan Monica.“Saya bisa pastikan, sebentar lagi saya bukan lagi orang asing, karena kita berada di perusahaan yang sama,” terang Monica. Sekali lagi, Putri menatapnya penasaran.“Tidak perlu khawatir, kita memang belum pernah bertemu, karena aku baru kemarin datang dari Singapura dan langsung ke kantor Mas Harris.”Mas Harris? Siapa wanita ini, dan mengapa memanggilnya dengan sebutan Mas? Putri semakin penasaran sekaligus curiga.“Saya mengetahui semua data karyawan di Harmoni. Maksudku, H&H Group. Dan kulihat kamu yang paling dek

  • PESONA MAS IPAR   #35. Mantan Yang Kembali

    Part 35. Mantan Yang KembaliSejenak kita tinggalkan Harris, Helena, dan Putri. Kita berpindah ke sebuah gedung mewah di salah satu bilangan elite Kota Jakarta Selatan.Monica menatap hampa halaman gedung yang dipenuhi rumput Jepang berwarna hijau. Sesekali ia mendesah berat. Hatinya sungguh tercabik setiap kali menatap kartu undangan yang tergeletak di samping secangkir cappuccino di atas meja. Ia sungguh tidak percaya, jika Harris yang ia perkirakan bakal mencari, mengejar dan memohon cintanya kembali, ternyata justru menyebar undangan pernikahan, dengan seorang gadis muda bernama Putri Ayuningtyas. Tidak, Monica tidak boleh membiarkan pernikahan mereka terjadi."Maaf membuatmu lama menunggu," seorang pria enam puluhan tahun muncul tidak jauh darinya."Apa kabar, Paman?" Sapa Monica datar."Apa yang membuatmu kembali ke sini, Keponakanku?" Pria yang dipanggil paman balik bertanya. Sekali lagi Monica mendesah. Matanya menatap hampa selembar kartu undangan yang tadi. Pria di depannya

  • PESONA MAS IPAR   #34. Rahasia Harris

    (POV Harris)"Kenapa Anda tiba-tiba ingin bertemu dengan Putri, Pak?" Dimas tampak cemas dengan keputusanku."Aku tidak bisa terus begini, Dimas. Helena sepertinya memang bukan takdirku." Sebenarnya sakit mengatakan itu, tetapi aku harus menunjukkan bahwa aku bukan seorang pria yang bisa dikendalikan oleh cinta. Aku tidak mau peroleh predikat bucin. Walau kenyataannya aku memang sangat mencintai Helena, dan tubuhku juga hanya bisa menerima Helena saat ini. Aku lebih baik mengambil keputusan menikahi wanita yang jelas-jelas mencintai dan mengejarku, dari pada menunggu Helena yang hatinya tetap milik Arsen."Dia bahkan akan membunuhku." Gumamku kesal."Apakah Anda sudah memikirkan dengan reaksi tubuh Anda nantinya?" Tanya Dimas. "Anda harus mengkonsumsi obat yang merusak jantung dan kepala, seumur hidup Anda.""Tak apa. Aku sudah tua juga. Mungkin takdirku memang seperti ini." Terdengar konyol dan pasrah bukan? Ya, aku memang tidak berdaya saat ini."Pak, saya mohon jangan lakukan itu."

  • PESONA MAS IPAR   #33. Fakta Tentang Harris

    PART 33. Fakta Tentang HarrisAku terbangun ketika jam di kamar Mas Harris sudah berada di angka 08:55. Mas Harris sendiri sudah tidak ada di sampingku. Aku terkejut. Apakah Mas Harris benar-benar mengunciku? Mataku nanar menatap pintu. Segera kusingkap selimut, aku berlari ke pintu dan membukanya dengan kasar. Seketika tubuhku terjerembab ke belakang.Gustiii… aku begitu ketakutan. Padahal Mas Harris tidak mengunci pintunya.Mas Harris muncul di ambang pintu dengan masih mengenakan handuk kimononya. Tangan kirinya sedang menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil berwarna putih. Alisnya terangkat sebelah menyaksikanku duduk di lantai."Kamu kenapa?" Tanyanya, mengulurkan tangan membantuku bangun. Benarkah dia sudah tidak marah? Aku membatin."Terima kasih." Kataku. Mas Harris tidak menanggapi. Aku melangkah keluar kamar.Di kamarku, aku menatap wajah di cermin. "Setelah ini kamu mau ke mana lagi, Helena? Mau berbuat apa?" Pertanyaan itu muncul di benakku. Aku mendesah berat.

  • PESONA MAS IPAR   #32. Memilih Dia

    PART 32. Memilih DiaAku menangis sepanjang perjalananku menuju rumah Amell. Sedih pada nasibku sendiri, kenapa aku harus mengalami kejadian seperti ini lagi? Faiz meneleponku, tetapi aku mengabaikannya. Pria itu selalu mencariku jika aku tidak kelihatan di tempat kerja. Dia selalu menunjukkan perhatian dan kekhawatirannya jika aku tidak muncul.Dulu aku pekerja yang sangat baik. Aku hampir tidak pernah libur sebelum kedatangan Mas Harris. Pak Harun tidak pernah memerhatikanku. Tidak mengenalku dan tidak pernah peduli. Tetapi semua berubah sejak pertemuanku kembali dengan Mas Harris. Aku jadi sering libur tanpa berkabar karena bersamanya. Bahkan sering meninggalkan lapangan di tengah-tengah kewajiban yang belum tuntas. Salah satunya beberapa waktu lalu, saat Arsen tiba-tiba muncul di depanku.Aku menarik napas panjang. Menyandarkan kepala di jok taksi. Kupejamkan mataku untuk menetralisir luka yang mengoyak. Kuabaikan juga saat ada panggilan masuk dari Mbak Mia. Namun saat panggilan d

DMCA.com Protection Status