Home / Pernikahan / Bukan Indahnya Berbagi / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bukan Indahnya Berbagi: Chapter 21 - Chapter 30

100 Chapters

Bab 21 (Hikam)

"Fatma, terimakasih sudah menerima Rizki kembali, Nak," Umi merangkul Fatma seusai acara seserahan. Rizki menyanggupi proses persiapan pernikahan dilaksanakan dengan cepat. Aku sendiri yang meminta hal itu untuk membuktikan apakah Ia serius atau tidak. Hari ini Abah dan Umi mendampingi Rizki pada acara seserahan. Awalnya mereka meminta agar persiapan dilaksanakan lebih lama lagi agar bisa melaksanakan pesta yang lebih besar."Tidak usah, Umi. Menikah itu yang penting syarat rukunnya terpenuhi, bukan pestanya," tanggapku."Sekarang banyak wedding organizer yang bisa bekerja dengan cepat walaupun mahal, kalau Mas Rizki menghendaki bisa menggunakan jasa-jasa tersebut. Kita tidak perlu waktu yang lama untuk menunda akad nikah," ujar Salis menengahi.Istriku memang suka mendatangi bazar event organizer dan lebih banyak tahu dari pada diriku. Tapi mendengar kata-kata 'walaupun mahal' dari Salis aku bergidik, bagiku standar mahal versi Salis sangat jauh dari pada orang pada umumnya. Ia suda
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Bab 22 (Hikam)

"Oh, yang menang timnya itu toh, timnya Reza yang sampai sekarang nggak punya anak?""Belum punya anak? Mandul?""Mandul? Impotensi mungkin?""Gimana toh? Terakhir dengar, katanya dia mau poligami.""Wah, hebat. Satu istri tidak cukup?""Sudah, sudah. Jangan banyak ngomongin urusan orang. Kita konsentrasi saja ke open tender berikutnya," aku berusaha menghentikan obrolan anak buahku yang menjurus ke ghibah.Aku mengerti anak-anak buahku tidak puas dengan hasil lelang barusan, seperti diriku. Nasib buruk sedang menimpaku, aku kalah telak dari timnya Reza. Kecewa? Tentu saja. Tapi aku tidak berhak menjelek-jelekkan lawan mainku, apalagi mengusik urusan rumah tangganya.Sembari berusaha ikhlas, lima hari penuh aku berkonsentrasi untuk mengikuti open tender berikutnya, riset, media presentasi, dan lain-lain kusiapkan semua. Aku terlonjak ketika handphone-ku tiba-tiba berdering, ada apa Salis menelpon tengah malam?"Hallo, Rez." Ternyata Hannan."Iya, Han?" Untuk apa Hannan telepon malam-m
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Bab 23 (Hikam)

Dua hari aku dan Rizki menyimpan wasiat ini, rasanya sangat berat. Kehilangan saingan bisnis sekaligus seorang sahabat membuat perasaanku seperti ada yang ganjil. Aku benar-benar membutuhkan jalan keluar untuk menyikapi hal ini. Jika wasiat itu benar-benar kami laksanakan maka salah satu di antara aku atau Rizki akan berpoligami. Jika tidak beruntung maka rumah tangga kami akan berantakan, perempuan mana yang mengikhlaskan suaminya menikah dengan perempuan lain."Mas, kita harus bagaimana? Ada titik terang?" Tanya Rizki kepadaku."Kita selesaikan dulu hajatmu dengan Fatma, baru kita urus yang ini," jawabku pada Rizki."Tapi Putri tidak memiliki masa 'iddah, Mas," bantahnya, kebiasaan Rizki yang menurutku susah untuk diajak bicara secara dewasa. Putri memang tidak memiliki masa 'iddah karena Ia belum pernah dicampuri oleh almarhum Reza, tapi bukan itu permasalahan yang kumaksud."Tapi itu tidak mendesak, Riz. Wasiat Reza tidak menyebutkan waktu yang spesifik. Jika Kau menunda menikahi
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Bab 24 (Hikam)

Rizki sudah tidak mau lagi diajak bicara tentang wasiat Reza. Ia takut pembicaraan ini akan diketahui Fatma dan masalah yang dulu akan terulang kembali. "Bukannya aku lepas tanggung jawab, Mas. Tapi demi kemaslahatan rumah tangga kami," jawabnya.Sedangkan Putri sebelumnya menyerahkan keputusan ini pada kami, dinikahi olehku ataupun oleh Rizki sama baiknya. Hanya saja Ia tidak mau kami jodohkan dengan orang lain. Ia memilih salah satu di antara kami. Ini berarti secara tidak langsung Putri memilihku karena Rizki tidak punya pilihan lain selain memohon-mohon maaf bahwa istrinya tidak mau dimadu."Ayolah, Mas. Tenang saja, nanti biaya pernikahan semua aku yang nanggung tidak apa-apa," ucap Rizki kepadaku seperti sedang membujuk anak kecil."Perkara menikah itu bukan hanya tentang biaya menikah saja," sahutku kesal.Tiga hari tiga malam aku sholat istikhoroh lagi dengan niat karena Alloh, aku berkonsentrasi pada bacaan sholatku dan menepiskan segala kepenatan di kepala. Alloh Maha Tahu a
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Bab 25 (Hikam)

Seminggu yang lalu aku menikahi Putri tanpa pesta, tanpa kumpul-kumpul keluarga, dan tanpa mengundang siapapun. Hanya dua saksi, Rizki dan teman kerjanya Putri, wali nikah yang berasal dari wali hakim, penghulu, dan pencatat nikah, lalu terlaksanalah ijab qabul. Pernikahan ini adalah pernikahan yang cukup dingin dari semua pernikahan sepanjang hidupku, pernikahan siri.Aku dan Putri memutuskan untuk tinggal beda rumah, Ia tetap tinggal di rumah mantan suaminya sementara aku di rumah yang sama dengan Salis. Dalam seminggu ini pula aku baru bertemu dengan Putri tiga kali. Tak ada perjanjian apapun dalam pernikahan kami, aku mengerti situasi ini. Putri masih sangat mencintai almarhum Reza, Ia menikahiku bukan murni karena keinginannya sendiri. Ia sangat mencintai Reza hingga apapun yang Reza inginkan, Putri lakukan. Termasuk menikah dengan diriku.Aku menemui Putri setiap jam pulang dari kantor, Salis tak mencurigaiku sedikitpun karena Ia sudah biasa kutinggal lembur. Tapi bagaimanapun
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

Bab 26 (Hikam)

"Mas Hikam mau ke mana?" Salis menghentikan langkahku.Saat aku harus mengambil tindakan meninggalkan rumah yang kami tempati menuju rumah istri keduaku, di sinilah sikap adilku diuji. Aku harus menjawab dengan jujur kepada Salis walaupun setelahnya Ia pasti akan cemburu."Ke tempat Putri, ada sesuatu yang harus aku lakukan," jawabku kemudian."Kok buru-buru?""Orangtuanya Putri mau datang," dan aku harus melakukan sesuatu."Lho, emangnya kenapa kalau mau datang? Bukannya lumrah kalau orangtua mendatangi rumah anaknya?" Salis masih belum melepaskan tangannya dari lenganku. Kukira Salis sudah paham apa yang kumaksud, tapi ternyata Ia masih melontarkan pertanyaan yang jawabannya sudah kukatakan berulang kali."Datangnya kapan sih, Mas?" Tanyanya lagi sembari bergelayut di pundakku. Jika sudah begini Ia tidak akan mau dialihkan dengan cara apapun."Dua hari lagi," sahutku. "Tapi aku harus ngobrol dengan Putri gimana tabiat orangtuanya. Salis bisa kamu ….""Tidak. Dua hari lagi masih lama
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

Bab 27 (Hikam)

"Aku akan ke kantor sekarang," ucapku pada Putri setelah sarapan bersama-sama. Hari ini Ia memilih bekerja dari rumah."Tapi nanti siang bisa pulang ke sini lagi kan, Mas?" Putri mengingatkanku bahwa orangtuanya akan datang. Tentu saja aku tidak lupa."Kira-kira jam berapa Mama akan ke sini?" Aku memastikan waktunya agar bisa keluar kantor dengan tepat waktu."Jam pulang sekolah, mungkin jam tiga sore," jawabnya.Ibunya Putri bekerja di sebuah lembaga pendidikan Kristen tempat sekolah Putri dulu."Baiklah, nanti aku ke sini sehabis dzuhur," janjiku.Saat tiba di kantor, aku sudah disuguhi setumpuk berkas di meja kerjaku. Terdapat surat permohonan kerja sama beserta lampiran-lampirannya dari sebuah proyek yang sebelumnya dimenangkan oleh almarhum Reza saat open tender waktu itu. Aku sebagai salah satu pengusaha pemasok bahan bangunan di kota ini tersenyum penuh syukur karena akan ada rejeki di depan mata.Namun sebelum aku bisa bernafas dengan lega, ada sebersit rasa khawatir jika nant
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

Bab 28 (Hikam)

Proses permohonan poligamiku di kantor Departemen Agama tidaklah singkat, aku masih harus menjelaskan dengan detail meskipun semuanya sudah kupaparkan di dokumen. Mungkin saja petugas tersebut sangat berhati-hati, aku harus bersabar dan tetap berbaik sangka. Semua hal yang menyangkut privasiku ditanyakan, dari keluarga, lingkungan, hingga pekerjaanku."Istri pertama dan calon istri kedua bisa dipanggil ke sini untuk dimintai keterangan?" 'Mengapa tiba-tiba harus begini?' Batinku. Kukira sudah cukup dengan melampirkan surat persetujuan yang sudah ditandatangani mereka berdua."Harus sekarang, Pak?" Tanyaku memastikan. Mereka semua masih sibuk dengan urusan masing-masing."Kalau surat izinnya mau dipercepat ya hari ini, Pak," jawabnya. "Kami butuh keterangan langsung dari yang bersangkutan, Pak. Urusan poligami begini bakal panjang urusannya kalau hanya dari keinginan sepihak." Petugas bicara panjang lebar menanggapi pertanyaanku.Aku menghela nafas sebelum memencet fitur panggilan ke
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

Bab 29 (Hikam)

"Qabiltu Nikakhaha wa Tazwijaha, Delta Putri Ketvira Imanuella linafsii bimahrin madzkurin, Haalan!"Salis memutuskan untuk tidak datang ke ijab qabulku dengan Putri di KUA. Sebenarnya ini hanya ijab qabul ulang untuk formalitas dokumentasi, hubunganku dengan Putri sudah sah secara agama semenjak nikah siri. Demi melindungi Putri dengan hubungan pernikahan yang terbuka aku dan Ia harus memiliki surat nikah."Langsung pulang ke rumah?" Tanyaku padanya setelah selesai akad. Rizki dan temannya Putri yang menjadi saksi sudah lebih dulu pergi karena harus masuk kerja."Iya, Mas. Ganti baju dulu, habis itu langsung berangkat kerja," jawabnya.Aku mengantarkan Putri ke rumah dan kembali mengantarnya lagi ke kantornya. Di jam yang hampir memasuki makan siang, aku bergegas ke kantor untuk memeriksa pekerjaan yang sudah kutitipkan pada staf-stafku."Bro, Bro, lihat story Instagramnya Putri nih," ucap seseorang yang sedang bergerombol di sebuah lorong. Aku tidak menyangka sebegitu tenarnya Putri
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

Bab 30 (Hikam)

Saat aku tiba di halaman rumah, kulihat Aghni sedang bermain mobil-mobilan. Tentu saja itu barang mainannya Ikhda karena anak itu tertawa riang di belakang adik sepupunya yang sedang mendorong mobil sebesar bantal. "Assalamu'alaikum, Aghni. Assalamu'alaikum Ikhda," sapaku sambil mengecup dahi mereka satu persatu."Wa'alaikumussalam, Pak Dhe," pekik Ikhda. Balita itu sudah jauh lebih besar dari terakhir kali aku melihatnya. Ia juga sudah bisa menjawab salam dengan sempurna. Aghni dengan wajah berbinar-binar meraih kantung keresek yang kubawa."Aghni, jawab apa sama Ayah?" Aku merangkul satu-satunya anak perempuanku."Ikum salam," jawabnya singkat. "Nah, anak pintar. Aunty Fatma di mana sekarang?" Tanyaku padanya untuk melatih ingatan."Di dalam," sahut Ikhda."Hmm, baiklah. Pak Dhe mau nengok Bundamu dulu. Ini Pak Dhe bawakan kue lapis, tapi cuma satu. Nanti kamu bagi dua sama adikmu, ya," pesanku pada Ikhda. Ia mengangguk sembari memandangi keresek yang kubawa. Aku sengaja memberik
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status