Home / Romansa / Istri Haram Sang CEO Dingin / Chapter 1 - Chapter 6

All Chapters of Istri Haram Sang CEO Dingin : Chapter 1 - Chapter 6

6 Chapters

SATU

Malam ini seorang penjaga kediaman keluarga Evander Yudho yang tengah tertidur pulas di pos ronda merasa terganggu saat telinganya mendengar suara tangisan bayi."Owek.. Owek.. Owek..""Uuuh! Suara apaan sih?! Berisik sekali."Penjaga itu bernama Diman. Dalam posisi tidur sambil duduk di kursi Diman enggan untuk membuka matanya, walaupun telinganya mendengar suara tangisan itu."Owek.. Owek.. Owek.."Sekali lagi suara tangisan itu terdengar ditelinganya. Mau tidak mau Diman akhirnya membuka perlahan pelupuk matanya."Hooaaamm!"Diman menguap lebar lalu mengarahkan pandangannya ke sekeliling arah, berusaha mencari dimanakah sumber suara tangisan bayi itu berasal.Tapi saat Diman sudah benar-benar sadar, justru suara tangisan itu sudah tidak terdengar lagi.Diman beranjak dari duduknya sambil melingkarkan kain sarung yang ia pakai ke pinggangnya."Aduh..! Apa aku tadi bermimpi ya? Ah, tapi perasa
Read more

DUA

"Ini malingnya Pah!"Stevie menunjuk kearah hidung mancung Evand dengan telunjuknya."Loh kok Papah sih Mah? Maksudmu apa?"Evand di buat kesal oleh Stevie istrinya, seketika dia mengerutkan kening dan memasang raut wajah cemberut."Makanya! Bangun dulu! Sadar dulu, baru dengerin baik-baik. Biar tau jelas apa yang Mamah omongin.""Ya sudah, cepat beritahu kenapa Mamah bangunin Papah pake' teriak maling segala. Untung Papah nggak jantungan, coba kalo punya penyakit jantung, siapa yang repot?"Evand menggerutui Stevie, dia masih merasa kesal dengan cara istrinya membangunkannya tadi.Siapapun pasti akan kesal jika ada yang membangunkan tidur dengan cara seperti itu, apa lagi yang di ucapkan itu cuma bohongan."Iya! Mamah minta maaf. Sekarang ayo kita kebawah, ke kamar Sumi."Daripada menjelaskan kepada suaminya, lebih baik langsung mengajaknya untuk pergi ke kamar asisten rumah tangga mereka saja, agar me
Read more

TIGA

Saat Evand ingin membuka amplop surat itu tiba-tiba Stevie mencegahnya, hingga Evand refleks menghentikan gerakan tangannya dan menoleh."Memangnya kenapa?""Tidak apa-apa, buka nya nanti saja Pah, di kamar kita."Evand tidak jadi membukanya, dia kembali memasukkan amplop surat beserta kotak perhiasan itu ke tempat semula."Ya sudah, kita bawa saja bayi ini ke kamar." Ajaknya pada Stevie."Nanti kalau Diman pulang, langsung antarkan ke kamar ya Sum, dan jangan lupa cuci bersih dulu botol susunya," lanjutnya pada Sumi."Baik Tuan.""Ayo Mah."Evand mengajak sang istri lekas keluar dari kamar Sumi. Stevie pun mengikutinya dengan membawa bayi mungil itu di dalam gendongannya.Evand membawa keranjang bayi lalu merangkul pundak Stevie sambil berjalan bersama, menuju kamar mereka yang berada di lantai dua.Di dalam kamar, Evand sudah tidak sabar ingin mengetahui isi dari amplop surat tersebut beserta
Read more

EMPAT

Detak jantung Sumi seakan berhenti berdetak saat Isabella menanyakan jati dirinya. Empat belas tahun Sumi maupun Diman berusaha menutup mulut mereka, bahkan mereka sudah berjanji tidak akan memberitahukan siapa Bella sebenarnya kecuali Evand atau Stevie sendiri yang mengatakannya."Kenapa Non Bella bertanya seperti itu? Tentu saja Non adalah anak Mamah dan Papahnya Non,""Bibi udah janji gak akan bohong kan?"Sumi mengangguk cepat. "Tentu saja Bibi nggak bohong Non! Mana berani Bibi bohong sama Non Bella. Kalau Non Bella nggak percaya! Sebaiknya Non tanyakan sendiri saja sama Mamah dan Papahnya Non."Bella terdiam, dia menimbang-nimbang apa yang di ucapkan oleh Sumi. Sepertinya saran Sumi bagus juga, lebih baik bertanya langsung kepada kedua orang tuanya. Pikir Bella.Bella mengulas senyum tipis, setelah itu dia kembali bersuara. "Iya deh, nanti Bella tanya langsung sama Mamah dan Papah. Ya udah, Bella balik ke kamar dulu ya Bik,"
Read more

LIMA

Setengah jam kemudian, suasana kediaman Evand sudah sangat ramai. Para tamu undangan masing-masing datang dengan membawa putra putri mereka.Malam ini cuaca sangat mendukung, bulan sangat terang bahkan bertabur bintang di langit. Evand baru saja keluar dari salah satu salon kecantikan yang cukup terkenal, milik teman sang istri."Pah, sebenarnya kita mau kemana sih? Kok Papah cuma ajak Bella?! Kenapa Papah nggak ajak Mamah juga?! Atau kak Clara sama kak Rissa," tanya Bella.Bella terheran-heran kenapa sejak sore hari Evand hanya membawa dirinya seorang untuk jalan-jalan, bahkan Evand membawanya ke sebuah salon mewah untuk merias dirinya hingga mengubahnya menjadi seperti seorang putri. Memakai gaun indah dan juga mengubah model rambutnya menjadi tertata rapi dan cantik.Evand membukakan pintu mobil untuk Bella, lalu lekas menjawab. "Kakak-kakak mu nggak bisa ikut karena mereka ada les privat di sekolahnya. Mamah juga nggak bisa, ada arisan sama te
Read more

ENAM

Sejak malam itu, Bella lebih banyak murung. Dia merenungi hidupnya yang begitu menyakitkan. Pantas saja selama ini kakak-kakaknya bersikap dingin dan kasar padanya, ternyata yang menjadi penyebabnya adalah karena dirinya hanyalah seorang anak angkat. Pikir Bella.Tapi Evand dan Stevie sudah meyakinkan dirinya, bahwa sampai kapanpun Bella akan tetap menjadi putri mereka.__________________________________Hingga kini, enam tahun kemudian.Usia Bella sudah menginjak dua puluh tahun, dia bahkan sudah menjadi gadis dewasa yang sangat cantik dan mempesona.Pagi ini, Bella akan melakukan interview di salah satu perusahaan terbesar di kotanya. Dia bersikeras tidak ingin bekerja di perusahaan Evander, padahal Evand maupun Stevie sudah memintanya untuk bekerja di perusahaan mereka, tapi Isabella menolak karena tidak ingin membuat kakak-kakaknya berpikiran negatif tentang dirinya.Bekerja di perusahaan Ayah mereka hanya membuat Clara
Read more
DMCA.com Protection Status