“Ndhuk, kamu sudah sadar, Ndhuk?” Intan mengerjapkan matanya. Tampak samar-samar wajah buliknya duduk di sisi ranjang sedang menatapnya. “Ayo sarapan dulu. Kamu belum sarapan, jadinya masuk angin. Nanti habis mandi, bulik dandani, biar agak seger,” titah Bu Ratni, adiknya ibu Intan. Intan makin tidak mengerti. Orang-orang ini bicara apa. Apakah dia masih di bawah alam sadarnya? Tetapi dia sadar, dia harus kuat jika hendak bertanya. Dengan badan tak bertenaga seperti ini, dia tak berdaya. Bahkan, bicarapun lidah terasa kelu. “Sarapan dulu, Dik Intan.” Lastri meletakkan sepiring nasi dengan lauk di meja belajar, yang terletak di sebelah ranjang Intan. Bulik Ratni membantu Intan duduk.“Kamu mesti kangen nasi urap kan?” Intan mendelik. Emang dia hidup dimana, bisa kangen nasi urap. Kalau pun kangen juga bisa bikin sendiri, gampang. Mungkin, buliknya pikir, Jakarta itu semacam luar angkasa, yang nggak nemu kelapa parut. Jadi bikin urap saja sulit. Intan menyendok nasi lauk urap da
Last Updated : 2023-06-09 Read more