"Ada apa, Cik?" tanyaku panik."Cici mohon, Van. Buruan kamu ke sini. Keadaan Abang semakin mengkhawatirkan. Baru saja dia kejang-kejang. Mungkin kalau kamu datang dia akan sembuh, ataupun pergi dengan tenang. Sepertinya dia sedang menunggu kamu, Rivani!" jawab Cik Alin di sela isak tangisnya.Aku menatap wajah Mas Erlangga, kembali meminta izin untuk ke rumah sakit dan kali ini pria dengan garis wajah tegas itu mengangguk mengiyakan.Buru-buru melepas pakaian solat yang masih melekat, mengambil sweater dari dalam lemari dan segera mengenakannya."Mas antar," kata suami dengan intonasi lembut serta mata berembun."Apa tidak merepotkan kamu, Mas?" "Kamu itu tanggung jawab Mas. Ayo!" Dia merentangkan tangan, mentautkan jari jemari kami lalu berjalan beriringan keluar dari kamar."Sar, titip anak-anak. Saya sama Mas Erlang mau ke rumah sakit!" kataku kepada Sari."Iya, Bu. Hati-hati."Mas Erlang segera membuka pintu untukku, menutupnya kembali ketika aku sudah duduk dan mengenakan sabuk
Read more