All Chapters of Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri: Chapter 61 - Chapter 70
204 Chapters
Bab 33B Bukan Anakku
Bab 33B Bukan anakkuBug. Sebuah bogeman mendarat di rahang Refan. Disusul pukulan mengarah ke perut. Refan tercengang dengan tindakan tiba-tiba dari abangnya. Ia tidak mungkin melawan tanpa alasan jelas. Dengan pasrah Refan menerima pukulan dari abangnya hingga membuat wajahnya lebam. "Tunggu, Bang! Apa yang terjadi? Kenapa Abang memukul gue? "Brengs*k kamu, Fan. Sudah kubilang awasi dan jaga Syila. Kenapa kamu malah membuatnya hamil, huh!" Zein mencengkeram erat kerah Refan dan mengayunkan kembali kepalan tangan kanannya. Namun pukulan itu hanya tertahan di udara. Urat-urat rahangnya sudah menonjol menahan emosi. "Berkali-kali aku bilang jangan bawa perasaan saat mengawasinya." "Tapi dia istriku, Bang. Aku berhak melakukannya. Abang sendiri yang bilang masih mencintai Sania. Abang juga yang memintaku menikahinya." "Sttt. Aku bilang nikahi Syila dan juga awasi dia. Bukan menghamilinya, brengs*k!" "Bang! Syila sudah menghancurkan perusahaan kita. Apa perasaan abang pada Syila mu
Read more
Bab 34A Tidak Usah Perhatian
Bab 34A Tidak usah perhatianSesampainya di kontrakan, Syila meraup oksigen banyak-banyak untuk menetralkan napasnya. Selama berjalan cepat, ia tidak menyadari sedang hamil muda. Beruntung tidak terjadi apa-apa seperti jatuh terpeleset. "Alhamdulillah sudah aman sekarang, maafkan bunda ya, Nak!" Syila mencoba berkomunikasi dengan calon bayinya meski masih berusia sangat muda. Ia mengusap perutnya supaya tidak terjadi kram. Napasnya sudah mulai normal lagi, ia meraih botol mineral dan menenggaknya. Nyatanya segelas jus alpukat tidak bisa membuang dahaga saat harus berjalan cepat menuju tempat tinggalnya. Beberapa menit menyandarkan tubuh di kursi, Syila berniat merebahkan badan untuk menghalau rasa pusingnya yang sesekali masih datang menghampiri. Sebuah ketukan pintu terdengar mengusik keinginan tidurnya. Mau tak mau Syila harus bangun. "Mbak! Mbak Syila!" "Ya, Pak. Tunggu!" Syila bergegas memakai jilbab instannya, karena ada pemilik kontrakan mencarinya. Ia beranjak dari kasur
Read more
Bab 34B Tidak Usah Perhatian
Bab 34B Tidak usah perhatian"Fan, aku mohon jangan merecoki hubunganku dengan Mas Zein lagi. Meski kami tidak terlihat harmonis tapi aku mencintai suamiku, sangat mencintainya." Syila sengaja memancing amarah Refan dengan kalimat itu. Terlihat raut kecewa di wajah Refan membuat Syila menelan ludahnya. "Dengar Syila! Gue berhak ikut campur. Bisa jadi anak itu anak gue. Lu ingat kan saat...." "Hentikan! Jangan mengungkit aib yang kulakukan sama kamu. Itu kebodohanku, aku tidak akan terbuai lagi rayuanmu. Aku berdosa telah meghianatinya. Aku bahkan berbuat hina." Syila tertunduk menyesali perbuatannya. Lagi, Refan merasakan nyeri menyerang dadanya. Hatinya seolah teriris sembilu. Luka tak berdarah itu tak kasat mata. "Syila, apa lu akan percaya apa yang gue katakan?""Apa?!" desak Syila dengan tatapan sinis. "Sebenarnya gue suami lu. Gue adalah ayah bayi itu. Jadi gue berhak ikut campur. Lu nggak usah merasa bersalah ataupun berbuat dosa." Syila bagai tertampar oleh ucapan Refan.
Read more
Bab 35A Musibah
Bab 35A MusibahKembali Syila mengintip, terlihat Refan menyandar di dinding bangunan lain di depan kontrakannya. Ia melihat Refan menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Tubuhnya menyandar di tembok dan perlahan luruh ke tanah. "Refan!" Syila memekik sambil menutup mulut agar tidak terdengar oleh Refan. Tubuh pria itu limbung hingga kemudian berjongkok. Hampir saja Syila menuju pintu keluar, tetapi terdengar suara melengking pemilik kontrakan. Ia mengurungkan niat keluar dan melihatnya lewat balik jendela saja. Tidak disangka, Refan sudah berdiri dibantu pemilik kontrakan. Syila mengamati obrolan keduanya. Sampai sesuatu diulurkan Refan entah apa itu. Beberapa menit kemudian pria itu berlalu dengan langkah pelan hingga punggungnya pun berangsur menghilang. Di tempat lain, Sania terlihat geram akibat fakta yang didengarnya saat menguping pembicaraan Zein dengan Syila. Ia meminta izin pulang lebih dulu pada Zein yang masih harus lembur. Alhasil, Sania diantar Alex dan mereka mampir
Read more
Bab 35B Musibah
Bab 35B Musibah"Mer, apa kamu tahu tempat tinggal Syila?" Merry yang tidak siap ditanya gelagapan menjawab. Ia tidak tahu apakah Syila berkenan kalau bosnya tahu tempat kontrakannya. "Maaf, Pak. Saya tidak berhak menjawab." "Saya bos kamu, Merry. Mau menjawab atau besok angkat kaki dari perusahaan ini?" "Ckk, atasan selalu mengancam." Merry mengguman sambil mengernyitkan keningnya. "Tapi Pak Zein janji jangan sakiti Syila! Saya mohon Pak Zein mengasihaninya. Kalau perlu tolong Syila disuruh pindah kosnya." "Itu urusan saya. Kamu nggak usah khawatir." Merry tersenyum lega mendengarnya. Ia segera berpamitan pulang dengan membungkukkan sedikit badannya setelah memberitahu alamat tinggal Syila. Baru beberapa langkah Zein memanggilnya kembali. "Iya, Pak. Ada lagi yang bisa dibantu?" "Apa selama ini kalian sering bertemu untuk mengobrol?" "Eh itu, Pak. Hmm, saya...." "Apa kamu tahu kalau Syila sedang hamil?" Merry ternganga, suami Syila ternyata sudah mengetahuinya. Ia berucap s
Read more
Bab 36A Ruang Operasi
Bab 36A Ruang OperasiSyila menyibukkan diri di restoran milik Heru. Ia meminta izin untuk memegang pekerjaan bagian kasir sebab badannya belum sepenuhnya pulih. Sesekali ia memijit kepalanya untuk mengurangi denyut nyeri."Syil, kamu lagi nggak enak badan?" tegur teman kerjanya.""Nggak kok, Mas. Kemarin aja habis pusing." Syila menjawab sambil menata beberapa lembar nota ke dalam tempatnya."Oh, ya sudah. Kalau butuh istirahat di kamar dalam sana aja. Pak Heru menyediakan kamar khusus karyawan kalau sedang kurang enak badan.""Iya, Mas. Terima kasih. Nanti aku coba kalau butuh istirahat ya.""Oke. Jangan diporsir!Syila mengulum senyum. Melihat perhatian teman-temannya, Syila merasa punya keluarga di sini. Menjelang sore pengunjung belum kelihatan ramai, biasanya setelah Maghrib mereka berduyun-duyun. Syila mempunyai kesempatan untuk menundukkan kepalanya di meja lalu matanya memejam sebentar.Beberapa menit menikmati istirahat, ponselnya berbunyi. Ada nama Merry tertera di layar."
Read more
Bab 36B Ruang Operasi
Bab 36B Ruang Operasi"Kamu sudah hubungi keluarganya?" tanya Merry."Belum, Merr. Aku nggak ada kontaknya. Tadi polisi...""Selamat malam, Mbak.""Malam, Pak. Ada apa, ya?" Syila terkejut ada dua petugas polisi mendatanginya. Ternyata itu polisi yang menangani kecelakaan Zein."Apa Anda keluarga dari Pak Zein?""Iya, Pak. Saya istrinya." Raut wajah Syila berubah khawatir."Ini ponsel Pak Zein barangkali ibu membutuhkan menghubungi keluarga.""Terima kasih banyak, Pak.""Kondisi Pak Zein bagimana?""Suami saya sedang masuk ruang operasi. Kata dokter ini salah satu jalan menyelamatkannya.""Baiklah. Lain kali saya akan kemari lagi. Terkait kecelakaan, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Besok saya harap ibu berkenan kami temui.""Siap, Pak. Kalau boleh tahu apa penyebab kecelakaan suami saya?" tanya Syila lirih. Sejujurnya ia tidak siap mengetahui penyebab musibah ini. Merry masih mencoba menenangkan Syila."Ada indikasi kecelakaan ini disengaja, teapi kami masih mendalami. Ibu t
Read more
Bab 37A Maafkan
Bab 37A Maafkan"Sebenarnya waktu kamu memintaku mengawasi Sania. Ada sesuatu yang belum aku beritahukan sama kamu.""Apa?""Sania....""Kenapa dengan Mbak Sania, Merr?" Syila menatap lekat sahabatnya. Ada rasa bersalah yang terlukis di wajah Merry yang bisa ditangkap oleh mata Syila."Aku melihat Sania mengobrol serius dengan Pak Alex. Pria itu tidak memanggil Sania dengan sebutan nona seperti biasa, tetapi hanya langsung nama.""Oh, aku pikir apa, Merr. Biasa aja mungkin Pak Alex suka lupa. Dia memanggilku aja pakai nona tapi aku nggak mau. Ya aku minta panggil nama aja." Syila menanggapi santai pengakuan Merry."Bukan hanya itu, Syila. Tapi keduanya membicarakan rencana tentang menghancurkan perusahaan.""Apa?!""Iya, Syil. Aku tidak salah dengar.""Kenapa kamu baru bicara sekarang?" Wajah Syila berubah geram. Sekarang ia menyadari kebenaran kalau Sania wanita bermuka dua. Di depan bertingkah seperti putri cantik dengan tutur halus dan sopan, dibelakang wanita itu menjelma bak ular
Read more
Bab 37B Maafkan
Bab 37B Maafkan"Silakan masuk! Pasien sudah bisa ditunggui maksimal satu orang, supaya nanti saat sadar pasien ada yang menemani.""Baik, suster," ucap keduanya bersamaan."Fan, kamu masuk dulu saja lihat kondisi Mas Zein. Nanti gantian biar aku yang menungguinya.""Baiklah." Refan mengalah demi Syila. Ia bergegas melihat kondisi abangnya suapaya Syila bisa cepat bergantian dengannya."Bang, kenapa jadi begini? Apa yang sebenarnya terjadi?" Refan duduk mendekati brankar tempat Zein membujur dengan mata terpejam. Selang oksigen dan infus masih menempel di tubuhnya. Pun alat rekam jantung juga masih terpasang di sana. "Apa ini terjadi karena abang marah sama gue? Jawab, Bang!" Refan menitikkan air mata saat melihat Zein tak bergerak sedikitpun. Memorinya terlempar saat masa kecil awal masuk SD, abangnya sering masuk rumah sakit karena terdeteksi jantung lemah. Refan menunggui di luar sambil menunggu abangnya ditangani dokter. "Bang, gue nggak mau abang merasakan sakit lagi seperti dul
Read more
Bab 38A Tetap Perhatian
Bab 38A Tetap Perhatian"Kamu mau membunuh putraku? Kamu menyukai Refan dan ingin menyingkirkan abangnya, hah?""Astaghfirullah, Mi." Syila terbelalak mendengar ucapan Hira. Ia hanya bisa mengelus dadanya."Mi, Bi. Apa-apan ini? Syila nggak salah apa-apa. Abang yang minta tolong Refan buat jagain Syila. Abang sedang fokus dengan masalah perusahaan."Syila tidak menyangka Refan yang berpamitan pergi ternyata kembali lagi. Pria itu telah menyelamatkannya dari masalah pelik. Hatinya mencelos, setitik rasa bersalah menghantuinya. Bagaimanapun juga Refan masih tetap perhatian padanya. Padahal Syila sudah mati-matian membenci pria yang membodohinya itu."Fan? Apa benar begitu? Tapi Sania bilang....""Sania nggak tahu apa-apa. San! Jangan bicara sembarangan sama umi abi! Kamu nggak kasian perjuangan abang?""Iya, Maaf, Fan. Maafkan Sania ya Mi, Bi." Sania berucap lirih, pun hatinya ikut meradang menahan amarah di dada yang ia tujukan pada Syila."Minta maaf yang benar, San. Kamu juga salah m
Read more
PREV
1
...
56789
...
21
DMCA.com Protection Status