Home / Romansa / Pewaris CEO yang Terbuang / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pewaris CEO yang Terbuang: Chapter 11 - Chapter 20

71 Chapters

Aku Ingin Tahu Siapa Dirimu

Setelah menimbang-nimbang, Rose memutuskan untuk tetap melukis Taj Mahal. Ia tidak peduli menang atau kalah. Toh di kelas melukis banyak mahasiswa yang memiliki bakat luar biasa. Yang terpenting adalah mengerjakan tugasnya dengan sepenuh hati. Seorang seniman sejati harus bisa mengendalikan emosi, bukan membiarkan diri terlarut di dalamnya. Rose mulai mencampur cat minyak dan menggoreskan kuasnya di atas kanvas. Tidak ada gunanya ia terlalu mencemaskan Luke. Belum tentu juga pria itu mengenalinya karena mereka baru satu kali bertemu. Itupun dalam keadaan yang berbeda. Sementara itu, Mr. Zack dan Luke sudah sampai pada gadis yang duduk di samping kiri Rose. Mereka berhenti untuk menanyakan apa yang akan dilukis gadis itu. "Jean, apa yang akan kamu lukis?" tanya Mr. Zack. "Saya akan melukis Machu Picchu, Sir." "Pilihan yang bagus. Selamat bekerja, Jean," puji Mr. Zack. "Semoga berhasil," timpal Luke memberikan semangat. Ia berlalu mengikuti Mr. Zack menuju ke kursi Rose. Rose sud
Read more

Berdebat

Rose sontak menoleh. Sekarang ia tahu benar siapa orang yang menahan tangannya."Tuan Luke, Anda mau apa? Tolong lepaskan saya. Jika saya berteriak maka orang-orang di kampus ini akan berdatangan dan membawa Tuan ke kantor polisi," ancam Rose.Luke terkekeh pelan. Ia mengendurkan genggamannya lalu melepaskan tangan Rose."Jangan terlalu percaya diri, Rose. Aku tidak berminat padamu. Aku hanya ingin bertanya kenapa sekretaris Miss Black kuliah di fakultas seni. Ini tidak masuk akal."Luke menajamkan sorot matanya seolah ingin menguliti Rose hidup-hidup. Jika saja mentalnya tidak terlatih, tentu Rose akan lari dari tempat ini secepatnya. Namun, itu untungnya tak terjadi. Melihat itu, senyum sinis tersungging di wajah Luke."Denzel mengatakan kalau kamu adalah mahasiswi semester akhir. Aku kira latar belakang pendidikanmu berkaitan dengan bisnis atau arsitek, sehingga kamu diterima bekerja di perusahaan ayahku. Tapi, aku menemukanmu di kelas melukis. Lalu siapa yang konyol disini, Miss B
Read more

Memancingnya dari Tempat Persembunyian

Luke menambah kecepatan mobilnya agar lekas sampai di kantor Brown Group. Sengaja ia tidak menghubungi Denzel terlebih dahulu. Ia akan memberikan kejutan besar kepada pria itu sekaligus memeriksa apa yang sedang dikerjakannya di kantor.Luke yakin bila Denzel telah meraup banyak keuntungan dari perusahaan. Pasalnya selepas kepergian ayahnya, Denzel-lah yang menjalankan roda perusahaan tanpa ada yang mengawasinya. Mungkin juga ia menjalin hubungan gelap dengan Miss Black sehingga mendapatkan kekuasaan yang tak terbatas.Kala itu Luke tidak mempedulikan soal harta warisan karena masih menemani ibu angkatnya menjalani kemoterapi di rumah sakit. Ia juga tidak berminat mengurusi perusahaan karena disibukkan oleh berbagai macam kegiatan kuliah.Begitu tiba di kantor Brown Group, Luke langsung menuju ke lantai sepuluh. Security maupun resepsionis tidak ada yang berani menghalangi langkahnya. Mereka tahu bahwa pria ini adalah putra pemilik perusahaan. Jika tidak menghormatinya, tentu mereka a
Read more

Jalan Keluar

Setelah Luke pergi, Denzel mengayunkan tinjunya ke udara. Rasanya ia ingin menghantam wajah pemuda itu jika saja ia tidak harus menjaga image di depan Rose. Berani-beraninya ia memerintah seorang Denzel Adams tanpa merasa sungkan sama sekali.Luke kini telah memperlihatkan taringnya. Ia harus menyingkirkan putra angkat Louis Brown ini sebelum menjadi duri dalam daging. Dia tidak akan membiarkan Luke mengacaukan rencananya untuk membalas dendam kepada keluarga Brown.***Seorang lelaki berkepala botak menenteng tas kopernya keluar dari bandara. Ujung mantel panjangnya bergerak-gerak tertiup angin. Pria itu menengok ke segala arah untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya.Ia berjalan menuju ke sebuah mobil merah yang telah menantinya di parkiran bandara."Cepat masuk, Hendrick!" panggil seorang wanita berambut ikal seraya menurunkan jendela mobilnya.Pria bernama Hendrick itu membuka bagasi mobil lalu memasukkan kopernya. Selanjutnya ia membuka pintu mobil dan duduk di sebelah kursi
Read more

Pindah ke Mansion (Part 1)

"Luke pasti akan curiga padaku," ucap Rose ragu-ragu. "Tidak usah mencemaskan itu Nona. Saya akan membuatkan surat kuasa atas nama Miss Black untuk menjadikan Nona sebagai perwakilannya di mansion. Ingat Nona sekarang adalah Rose Carter, bukan Roseanne Black." "Terima kasih, Daddy. Aku bisa tenang sekarang. Besok aku akan segera pindah ke mansion," ucap Rose mengakhiri panggilannya. Rose menyimpan ponselnya di dalam laci. Malam ini ia akan meminta izin kepada pamannya untuk pindah rumah. Meskipun berat baginya untuk berpisah dari sang paman, Rose harus melakukannya demi mempertahankan mansion warisan ayahnya. "Uncle," panggil Rose sambil mengetuk pintu kamar pamannya. Tak lama pintu terbuka dari dalam. Namun yang muncul di ambang pintu justru Lily, bukan Josh. Dengan wajah masam, Lily menatap Rose. "Kenapa mengganggu kami malam-malam? Kamu tidak lihat jam berapa sekarang?" tanya Lily ketus. "Maaf, Auntie ada hal mendesak yang harus aku bicarakan dengan Uncle Josh." Mendengar su
Read more

Pindah ke Mansion (Part 2)

Rose memasukkan kopernya ke bagasi mobil. Setelah menyalakan mesin mobilnya, Rose melambaikan tangan sekali lagi sebelum meninggalkan Lily dan Chloe.Chloe membalas lambaian tangan Rose. Rasa senang membuncah di hatinya. Pasalnya ia bebas menguasai rumah Rose dan tidak perlu membagi kasih sayang ayahnya kepada sepupunya itu. Berbeda dengan Lily yang terus memandangi mobil Rose hingga menghilang dari jalan."Mommy tidak rela kehilangan Rose?" tanya Chloe menatap ibunya."Tidak, Chloe. Mommy ingin tahu sebenarnya Rose pindah kemana. Hanya ada dua kemungkinan. Pertama dia ke rumah ayah kandungnya, kedua dia ke apartemen Tuan Denzel. Menurutmu bagaimana?"Chloe mengangkat pundaknya."Ah, aku malas menjawab pertanyaan Mommy. Aku tidak peduli Rose kemana dan tinggal dengan siapa. Itu urusannya sendiri. Aku mau siap-siap ke kampus," ujar Chloe meninggalkan ibunya yang masih berdiri di pintu."Dasar anak itu, tidak bisa diajak kerja sama. Lain kali aku akan meminta bantuan orang lain saja unt
Read more

Diikuti Pria Misterius

Dengan diantarkan oleh Benjamin, Rose turun dari lantai atas untuk menemui Hendrick Brown. Meskipun jantungnya berdebar-debar, Rose tetap menunjukkan sikap tenangnya. Ia tidak akan membiarkan siapapun tahu bahwa ia adalah Miss Black, sang pemilik mansion.Ketika mendengar langkah Rose, Hendrick segera menoleh. Pandangan matanya lekat memandangi gadis muda yang cantik itu."Apakah kamu sekretarisnya Miss Black?" tanya Hendrick mengamati satu per satu bagian wajah Rose hingga ke rambut hitamnya yang panjang."Iya, Tuan, saya Rose Carter," kata Rose seraya membungkukkan badannya.Hendrick mengulurkan tangannya untuk menyalami Rose."Perkenalkan aku Hendrick Brown. Aku adalah adik dari Louis Brown sekaligus pamannya Miss Black. Aku dengar dari pemberitaan kalau keponakanku itu menetap di luar negri. Apa kamu tahu di negara mana dia tinggal dan berapa nomor ponselnya?" desak Hendrick. Ia belum melepaskan tangan Rose dari genggamannya."Saya tidak tahu, Tuan. Saya belum pernah berhubungan s
Read more

Pertengkaran Pertama

Rose berlari menuju ke pinggir jalan. Beruntung terdapat beberapa pejalan kaki yang lewat sehingga menghalangi pandangan pria berhodie hitam itu. Ketika sampai di area parkir, Rose langsung masuk ke mobilnya. Tanpa membuang waktu, ia menyalakan mesin mobil lalu mengemudikan mobilnya ke jalan raya. Laju mobil Rose sama dengan kecepatan irama jantungnya yang berdebar kencang. Sesekali ia melihat dari kaca spion untuk memeriksa apakah pria misterius itu mengejarnya. Tidak ada yang mencurigakan. Semua mobil yang ada di belakangnya adalah mobil biasa. Meskipun begitu, Rose tidak mengurangi kecepatan mobilnya. Yang diinginkannya saat ini hanyalah sampai di mansion secepat mungkin. Entah berapa lama Rose berkendara hingga akhirnya ia tiba di mansion keluarga Brown. Di depan gerbang, mobil Rose tiba bersamaan dengan sebuah mobil Roll Royce berwarna hitam. Melihat kedatangan kedua mobil itu, security mansion bergegas membukakan gerbang. Si pengemudi Roll Royce membunyikan klakson berulang k
Read more

Pertemuan di Panti Asuhan (Part 1)

Rose tidur dengan nyenyak karena fisik dan mentalnya terlalu lelah. Semalaman ia tidak keluar dari kamar. Esme memberitahu Rose bahwa pada malam hari para pelayan akan tinggal di paviliun yang terletak di belakang mansion. Ini artinya di dalam mansion hanya ada dirinya dan Luke. Karenanya Rose tidak mau mengambil resiko untuk berurusan dengan pria itu. Baru pada pagi hari, Rose membuka pintu kamarnya ketika jam sarapan tiba.Rose sudah berpakaian rapi dengan atasan berwarna kuning cerah dipadu bawahan hitam. Hari ini ia akan melepas kepenatan dengan berkunjung ke panti asuhan St. Bernadeth. Rose ingin sekali melupakan semua peristiwa menakutkan yang dialaminya kemarin."Selamat pagi, Nona," sapa Esme dan Benyamin."Pagi," jawab Rose tersenyum.Di ruang makan, Luke sama sekali tidak terlihat. Dan hal itu membuat Rose sangat lega. Ia bisa menikmati sarapan dengan tenang tanpa gangguan dari pria itu."Nona, ingin sarapan apa? Bubur, roti panggang, atau omelette?" tanya Esme."Roti pangga
Read more

Pertemuan di Panti Asuhan (Part 2)

Sambil menunggu sang donatur datang, Rose berkeliling di bangunan tua itu. Ia melihat kamar tidur anak-anak yang tertata rapi namun dengan seprai dan selimut seadanya. Begitu pula dengan menu makan sederhana yang akan disajikan untuk makan siang mereka. Semua kenyataan ini mengingatkan Rose pada nasibnya sendiri sebelum ia menjadi pewaris Brown Group.Hati Rose tergerak untuk meringankan beban penderitaan anak-anak panti. Mulai bulan depan ia akan meminta Denzel menyumbangkan sejumlah dana secara teratur untuk membiayai pendidikan mereka."Suster, boleh saya mengajarkan anak-anak untuk menggambar dan mewarnai?" tanya Rose meminta izin kepada Suster Kepala."Silakan Nona Rose. Anak-anak pasti senang sekali."Setelah mendapat izin, Rose langsung berjalan ke pekarangan untuk menemui anak-anak yang sedang bermain."Apa hari ini kalian mau belajar menggambar?" seru Rose."Mau," jawab mereka serempak."Kalau begitu ayo kita masuk ke dalam dan bawa bingkisan kalian masing-masing."Rose dan G
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status