"Sudah waktunya panen ini besok, Bar," celetuk Pak Jagal yang kebetulan letak sawahnya bersebelahan dengan sawah milik Akbar. Milik mendingan Bapak Akbar maksudnya."Mau panen manual apa gimana?" tanya Pak Jagal lagi. Akbar nampak berpikir. Panen manual maka akan butuh banyak tenaga, tentu juga upah. "Kalau mau pakai mesin Dos, biar besok sekalian digarap sama Pak Min setelah garap sawahku.""Boleh juga, Pak," sahut Adam. "Nanti aku ke rumah Pak Min, biar besok sekalian digarap sama beliau.""Ya, bagus itu. Sayang kalau panen manual, capek dapat, uang upah juga bisa dua kali lipat, belum kamu harus masukin padi ke dalam karung sendirian. Dobel capeknya, Bar."Akbar mengangguk membenarkan. "Terima kasih sarannya, Pak Jagal.""Ya, sama-sama. Emak Lamba bilang perkebunan di ujung sana mau dijual. Benar begitu?"Akbar menoleh dengan cepat. Dia menatap Pak Jagal dengan pandangan penuh kebingungan. Kapan Emaknya datang ke rumah pria paruh baya ini?"Emak yang bilang sendiri, Pak?"Pak Jagal
Last Updated : 2023-01-10 Read more