Home / Pendekar / SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA : Chapter 11 - Chapter 20

162 Chapters

11. Dendaka dan Somala Diusir dari Padepokan

Jayamanik merangkapkan kedua telapak tangannya seraya berkata, "Baik, Guru. Apa yang Guru perintahkan akan aku laksanakan dengan baik."Tanpa berlama-lama lagi, Jayamanik langsung pamit kepada Ki Ageng Penggir, saat itu juga dirinya langsung menemui Bisama, Sena, dan kedua kawan baiknya yakni Braja dan Kolada.Mereka langsung mengadakan pembicaraan penting terkait rencana mereka yang akan segera mengusir Dendaka dan juga Somala."Bedebah! Ternyata, merekalah yang menjadi dalang di balik hilangnya Ramandika," geram Bisama."Sedari awal, aku sudah merasa curiga dengan sikap yang ditunjukkan oleh Dendaka dan Somala terhadap Ramandika. Ternyata memang benar, dugaanku tidak meleset," desis Braja."Kita harus segera meminta keterangan lebih jelas dari Dendaka dan Somala terkait kejahatan yang sudah mereka lakukan terhadap Ramandika. Aku ingin mengetahui apa sebenarnya yang menjadi alasan mereka, sehingga mereka tega membuat Ramandika menderita," ujar Bisama dengan raut wajah penuh amarah.H
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

12. Ramandika Hendak Kembali ke Kampung Halamannya

Setelah kedua pemuda itu pergi dari Padepokan Lembah Naga, Ki Ageng Penggir langsung memerintahkan kepada Sena dan Braja, supaya besok ikut bersama Jayamanik menjemput Ramandika yang ada di kediaman Jayamanik."Kau dan Braja, besok pagi harus ikut dengan Jayamanik untuk menjemput Ramandika, karena aku khawatir dengan keselamatan Ramandika," ujar Ki Ageng Penggir di sela perbincangannya dengan murid-murid seniornya."Baik, Guru." Sena dan Braja menjawab serentak sambil menjura hormat kepada sang guru."Kita harus melindungi Ramandika! Dia masih lemah dan masih belum memiliki keahlian ilmu bela diri, keselamatannya sewaktu-waktu bisa saja terancam," kata Ki Ageng Penggir.'Apakah ada yang spesial di dalam diri Ramandika, sehingga guru sangat perhatian terhadap Ramandika?' batin Sena tampak bingung melihat sikap gurunya yang begitu perhatian terhadap Ramandika.Meskipun demikian, Sena tidak merasa iri. Dia justru sangat menyukai Ramandika yang selama kenal dengan dirinya memiliki sikap b
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

13. Ramandika Berangkat ke Gurusetra

Malam harinya ....Ramandika langsung menemui Sena, untuk membicarakan terkait rencananya yang akan pulang ke kampung halamannya."Sena, buka pintunya!" kata Ramandika ketika sudah berada di depan pintu kamar kawannya itu."Iya, tunggu sebentar!" sahut Sena bergegas bangkit dan langsung membuka pintu kamarnya."Ada apa, Ramandika?" tanya Sena memandang wajah Ramandika."Aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu," jawab Ramandika lirih. "Tapi, hanya kau saja yang boleh tahu," sambungnya."Baiklah, di sini hanya ada kita saja berdua, tidak ada siapa-siapa lagi."Sena pun langsung mempersilakan Ramandika untuk duduk di kursi yang ada di beranda kamarnya."Duduklah!""Iya, Sena." Ramandika duduk berhadap-hadapan dengan pemuda yang selama ini sudah baik terhadap dirinya dan juga banyak membantu ketika dirinya dalam kesulitan.Setelah duduk, Ramandika langsung membicarakan terkait rencana dirinya yang akan pulang ke kampung halamannya malam itu."Apakah kau sudah izin kepada guru?" tanya Sena
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

14. Ramandika Diserang Dua Orang Pria Bertubuh Kekar

Ki Ageng Penggir menghentikan langkahnya, lalu berpaling ke arah Sena yang sudah ada di belakangnya."Ada apa, Sena?" tanya Ki Ageng Penggir."Mohon maaf, Guru. Apakah Guru mencari Ramandika?" jawab Sena balas bertanya."Iya, tapi dia sudah tidak ada di kamarnya.""Mohon maaf, Guru. Sebenarnya Ramandika itu sudah berangkat ke Gurusetra, tapi hanya untuk beberapa hari saja," kata Sena setelah berada di hadapan sang guru. "Tadi malam dia pamit kepadaku," sambungnya lirih dengan sikap penuh hormat."Ya, aku sudah tahu," jawab Ki Ageng Penggir. Setelah itu, ia langsung berlalu dari hadapan Sena."Ya, Dewata agung! Ternyata guru sudah mengetahuinya," desis Seba memandang ke arah pria paruh baya yang sudah berlalu dari hadapannya. "Tapi, kenapa guru tidak marah?" sambung Sena tampak bingung.***Siang itu, Ramandika sudah tiba di perbatasan wilayah kerajaan Dongkala dengan wilayah kerajaan Gurusetra.Karena merasa lelah, maka Ramandika langsung istirahat sejenak di tepi sungai yang berbatas
last updateLast Updated : 2023-04-14
Read more

15. Pertarungan Ramandika dengan Dua Orang Pria Jahat

Dua orang pria tersebut kembali mentertawakan Ramandika, seakan-akan mereka tahu bahwa Ramandika adalah seorang pemuda lemah, sehingga mereka tidak mau tunduk dan menuruti seruan Ramandika.'Aku tidak bisa bertahan di sini, mereka adalah orang-orang kuat yang bukan tandinganku,' kata Ramandika dalam hati.Dengan demikian, Ramandika mulai mencari celah untuk kabur dari tempat itu. 'Aku harus mengelabui mereka,' batin Ramandika mulai merancang strategi."Hei, Ki Sanak! Jika kalian ingin mendapatkan pedang ini, maka kalian harus bertarung denganku satu lawan satu. Tidak boleh main keroyokan!" tantang Ramandika mulai menemukan gagasan untuk mengelabui dua orang pria tersebut."Baiklah, jika itu yang kau mau. Kau hadapi aku saja!" jawab pria berikat kepala merah.Ramandika menarik napas dalam-dalam, ia mulai tegak dan bersiap, seakan-akan dirinya benar-benar akan menghadapi pria tersebut. Padahal, Ramandika sudah menemukan cara untuk berlari menjauhi dua orang pria itu.Dengan gerakan yang
last updateLast Updated : 2023-04-14
Read more

16. Ditolong Makhluk Gaib

Mendengar perkataan Ramandika, dua orang pria itu tampak geram sekali, sehingga mereka pun kembali melakukan serangan.Salah seorang dari mereka bergerak cepat hendak menghajar wajah Ramandika dengan pukulan yang sangat keras. Namun, Ramandika berhasil mengelak dari serangan pria tersebut.Kemudian, Ramandika balas melakukan serangan, hingga orang tersebut jatuh tersungkur di hadapannya.Melihat kawannya berhasil dijatuhkan oleh Ramandika, maka pria yang satunya lagi kembali maju hendak melancarkan serangan."Bedebah!" bentak pria itu langsung melancarkan serangan beruntun terhadap Ramandika.'Ternyata orang ini sangat kuat sekali,' kata Ramandika dalam hati.Ramandika pun akhirnya mundur beberapa langkah, karena semakin terdesak oleh serangan orang tersebut."Aku tidak akan membiarkanmu lari, Anak muda!" bentak pria itu terus melancarkan serangannya terhadap Ramandika.Pukulan bertubi-tubi hinggap di kepala Ramandika, hingga dirinya jatuh lagi, kepalanya membentur batu padas hingga m
last updateLast Updated : 2023-04-16
Read more

17. Ramandika Ditemukan Dalam Keadaan Pingsan

Di tempat terpisah ....Ki Ageng Penggir tampak gelisah, ia memiliki firasat buruk tentang Ramandika. Ia berpikiran bahwa Ramandika tengah dalam kesulitan. Hingga dirinya pun segera memanggil Bisama dan Sena."Mohon maaf, Guru. Ada apa gerangan, Guru memanggil kami?" tanya Bisama sambil menjura hormat kepada sang guru."Aku memiliki firasat buruk tentang Ramandika. Aku khawatir dia belum sampai di Gurusetra karena mengalami hambatan dalam perjalanannya," jawab pria paruh baya itu. "Meskipun aku tahu bahwa Ramandika memiliki pelindung dalam dirinya, akan tetapi aku tetap mencemaskannya. Seperti yang kalian ketahui bahwa Ramandika belum terlalu mahir dalam menguasai ilmu kanuragan," imbuh pria paruh baya itu penuh kecemasan."Jika Guru memerintahkan kami untuk menyusul Ramandika, maka kami siap melaksanakan perintah Guru," kata Bisama tampak siap menerima tugas yang akan diberikan oleh gurunya."Iya, Guru. Aku juga siap menyusul Ramandika ke Utara," timpal Sena ikut angkat bicara."Baik
last updateLast Updated : 2023-04-16
Read more

18. Ramandika Sudah Siuman

Kuntala mengangguk pelan, ia pun berpikiran sama seperti apa yang dipikirkan oleh rekannya itu, bahwa benar jika pedang milik orang yang mereka temukan di hutan itu memiliki kekuatan gaib yang sangat besar.Usai mengobati Ramandika, Ki Dewanda langsung meminta Sandika dan Kuntala agar mengganti pakaian Ramandika dan membersihkan tubuhnya yang kotor.Demikianlah, maka Sandika dan Kuntala pun langsung melaksanakan tugas sang tabib, mereka membersihkan tubuh Ramandika dan mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih."Sebentar lagi dia akan siuman, sebaiknya kau langsung berikan minuman ini jika dia sudah sadar!" pinta Ki Dewanda menyerahkan segelas air yang sudah ia bacakan mantra-mantra."Baik, Ki," jawab Sandika meraih gelas dari tangan Ki Dewanda."Sungguh malang sekali nasib pemuda ini," desis Ki Ranggala memandangi wajah Ramandika yang masih dalam kondisi tak sadarkan diri. "Kau tenang saja! Pemuda ini memiliki kekuatan khusus dalam tubuhnya. Meskipun dia sendiri tidak mengetahuinya
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

19. Kawan Baru Ramandika

Setelah Ramandika selesai minum, Ki Ranggala meluruskan pandangannya ke wajah Ramandika, kemudian bertanya, "Sebenarnya kau ini siapa? Dari mana asalmu?""Aku Ramandika, aku penduduk kerajaan Gurusetra yang sudah beberapa bulan tinggal di Lembah Naga," jawab Ramandika lirih."Lembah Naga? Untuk apa kau tinggal di sana?" tanya Ki Ranggala mengerutkan keningnya."Di sana aku tinggal di sebuah padepokan silat," jawab Ramandika.Ki Ranggala, Sandika, dan Kuntala tampak kaget mendengar jawaban Ramandika. Seperti yang mereka ketahui, bahwa Lembah Naga adalah tempat yang sangat angker dan jarang dijamah oleh manusia. "Setahuku, Lembah Naga adalah lembah yang sangat berbahaya, tak ada seorang pun manusia yang berani menginjakkan kaki di tempat tersebut. Tapi mengapa ada sebuah padepokan di lembah itu?" tanya Kuntala mulai angkat bicara.Ramandika tersenyum-senyum saja melihat sikap ketiga orang yang ada di hadapannya itu. Kemudian menjawab pertanyaan Kuntala, "Awalnya pun aku berpikir sama s
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more

20. Keberanian Kuntala

Setelah membeli bahan makanan yang akan dimasak untuk jamuan Ramandika. Kuntala bergegas melangkah kembali menuju pulang ke kediaman Sandika.Namun, dalam perjalanan menuju pulang, Kuntala bertemu dengan empat orang pria yang tiada lain merupakan anak buah Santanu dari kelompok Elang Hitam.Kelompok tersebut adalah kelompok pendekar jahat di wilayah kerajaan Dongkala, yang beroperasi di sekitar wilayah perbatasan. Selama ini, mereka sangat meresahkan warga. Bahkan, dua anggotanya adalah orang yang sudah menganiaya Ramandika.Keempat orang pria itu tampak sinis ketika melihat Kuntala tengah berjalan hendak melewati tempat mereka yang tengah duduk santai di bawah pohon besar yang ada di pinggir jalan yang dilewati oleh Kuntala, mereka terus memperhatikan langkah Kuntala."Kalian lihat pemuda itu!" desis salah seorang dari mereka kepada tiga orang kawannya."Ya, aku kenal dia. Pemuda itu namanya Kuntala kerabatnya Ki Ranggala yang dulu pernah kita curi ternaknya," sahut salah seorang kaw
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status