Semua Bab Balada Duda - Janda: Bab 31 - Bab 40

165 Bab

31. Di Gigit Vampire

"Ibu bilang, sebaiknya hubungan kita di resmikan entah itu perkenalan keluarga atau sekedar tunangan," ujar Rubi saat menyiapkan makan malam untuk Regantara di apartemennya. "Lalu kamu jawab apa?" Regantara baru saja selesai membersihkan dirinya saat Rubi datang membawakan makanan seperti biasa. "Aku bilang kita masih penjajakan," ucap Rubi meletakkan mangkuk berisi sop ayam serta satu mangkok lagi berisi telur balado. "Sambelnya jangan banyak-banyak nanti maag kambuh lagi," ujar Rubi mengingatkan. Regantara menarik tubuh Rubi hingga duduk di pangkuannya. Rubi melingkarkan tangannya di bahu Regantara. "Kenapa bilang kita masih penjajakan? Kenapa nggak bilang aku memang serius ingin menikahi kamu," ucap Regantara mengeratkan pelukannya. "Kita baru berhubungan lebih dari satu bulan," kata Rubi. "Lalu kenapa? Kita sudah dewasa Bi, sudah pernah berkeluarga sebelumnya. Mungkin Ibu juga menghindari omongan orang-orang di sekitarnya." "Poto Mbak Debby, kamu simpan dimana?" Rubi mengal
Baca selengkapnya

32. Pelaku Di Balik Semua Ini

"Bon, udah selesai ya ... di belakang sudah beres, sisa roti aku taro di meja belakang. Buat Tama sekolah besok," ujar Rini sebelum toko roti mereka tutup malam itu. "Ok, aku masih nunggu Mbak Rubi biar sekalian hitungan untuk bayar sewa ruko dan mobil," ujar Bono menghitung pendapatan toko malam ini. "Tak pulang, Bon ... lampu depan aku matikan ya," kata Meli yang sudah bersiap di pintu keluar. "Sip, makasih Mel." Bono mengacungkan ibu jarinya. "Bon, tunggu ya aku masih ngurus Pak Regan, 15 menit lagi aku kesana." Pesan chat Rubi. Suara lonceng dari pintu masuk pun berbunyi, Bono masih asyik memainkan ponselnya tanpa menoleh ke arah pintu karena dia pikir Rubi yang datang. "Katanya 15 menit lagi, Mbak ... baru chat udah nongol," ujar Bono. "Apa kabar, Bon?" Suara itu membuat Bono menoleh seketika, tangannya perlahan menjatuhkan tas pinggangnya ke lantai dengan menendangnya sedikit ke dalam. Laci kasir mendadak dia kunci dan memasukkannya ke dalam saku celananya. "Wah, Mas D
Baca selengkapnya

33. Torehan Luka Masa Lalu

"Laporannya akan kami proses, berkas-berkas akan kami pelajari dan selidiki, terimakasih atas kepercayaan Bapak dan Ibu," ujar salah satu polisi di bagian penyidik POLRES Semarang."Sama-sama, Pak. Kami tunggu kabarnya segera," ujar Regantara menyambut uluran tangan polisi tadi.Rubi, Bono dan Regantara mengunjungi kantor polisi siang itu untuk membuat pengaduan atas kejadian yang menimpa Bono. Dimas di tetapkan sebagai salah satu DPO (daftar pencarian orang) oleh kepolisian setempat setelah pengaduan siang itu."Tapi kamu udah ngerasa baikan, kan Bon?" tanya Rubi."Iya, Mbak ... sudah baikan, tapi hari ini aku ada janji dengan orang.""Mau kemana?" Rubi menutup pintu mobil."Mau jual motor, Mbak. Biar uangnya bisa bantu Mbak Rubi bayar sewa ruko. Walopun sedikit tapi tolong nanti di terima ya, Mbak," ujar Bono dengan wajah sedih."Ya ampun, Bon. Itu biar nanti aku yang pikirkan, kamu nggak usah mikir sampai ke situ." Rubi sampai memutar tubuhnya menatap lelaki yang duduk di kursi te
Baca selengkapnya

34. Mencoba Meluluhkan Hati

Tama memeluk erat tubuh sang Bunda, menciuminya lembut sampai Rubi membuka matanya perlahan. Mata itu masih terlihat sembab, ya Rubi menangis semalam. Banyak hal yang dia pikirkan termasuk kehidupan Tama nanti."Hei," sapa Rubi dengan suara serak bangun tidur."Bunda tidurnya nyenyak?" tanya Tama menatap mata sang Bunda.Rubi mengangguk, membalas pelukan Tama sama eratnya."Tama pagi ini latihan baske, kan?" Rubi baru teringat Minggu pagi ini jadwal pertama kalinya Tama mengikuti club basket."Minggu depan aja, Bun. Tama mau temenin Bunda seharian ini," ujar lelaki kecil yang masih memakai piyama tidur bergambar Spongebob."Bunda udah nggak kenapa-kenapa, Bunda udah sehat udah seger kok. Jadi, Tama hari ini tetap harus latihan basket. Ingat, kemarin Tama kan yang minta, jadi Tama harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang Tama mau," ujar Rubi."Tapi Tama boleh kan peluk Bunda sebentar lagi," ucap Tama."Oh anak Bunda, udah gede masih manja," ujar Rubi tersenyum lalu menggoyang-goyangk
Baca selengkapnya

35. Mengakrabkan Diri

Tok tok tok Rubi cepat-cepat melepaskan tautannya, merapikan rambut serta pakaiannya. Mbok Inah berdiri di samping mobil Regantara dengan daster kebesaran."Mbok," sapa Rubi saat pintu mobil terbuka."Tak kira ngopo kok yo ora medun-medun (turun-turun)," kata Mbok Inah."Oh itu—""Mbok Inah, pulang dulu ya," ujar Regantara dari dalam mobilnya."Nggih, Mas Regan ... ati-ati," jawab Mbok Inah."Ayo Mbok, kita masuk," ajak Rubi lalu melemparkan senyum terkulum pada Regantara.*****Regantara baru tiba malam itu di Jakarta, kedua anaknya sudah terlelap tidur. Baru saja dia akan membuka pintu kamarnya, Irma muncul dari kamar miliknya bersama Wahyu."Regan," sapa Wahyu. "Baru sampai?""Iya, Pa ... baru saja, Papa sama Mama belum tidur?""Belum, sengaja nunggu kamu. Kamu ada waktu sebentar untuk kita bicara?" tanya Wahyu."Iya, Pa." Regan mengikuti langkah kaki Wahyu ke ruang kerjanya bersama Irma. Sudah lama sekali Regantara tak menapaki kakinya ke ruangan kerja mertuanya itu, dulu biasa
Baca selengkapnya

36. Siapa?

"Sakit, Tante," rengek Arsa. "Sakitnya cuma sebentar, besok sudah sembuh," ujar Rubi sambil membersihkan luka Arsa. "Tante tiup, ya?" Arsa pun mengangguk. "Kayma sama Tama ayo, gantian mandi," ujar Yanti pada dua anak yang lainnya. "Arsa nanti mandi nya gimana? kan sakit kalo kena air." Lagi-lagi Arsa merengek sambil memegangi lututnya yabg terluka. "Mau Tante mandiin?" tanya Rubi sambil melirik Regantara yang menahan senyumnya. "Tapi jangan kena air ya, Tante." "Nanti Tante coba, ya. Sekarang ayo kita mandi," ujar Rubi beranjak dari tempat duduknya mengantarkan Arsa. Setengah jam berkutat dengan tiga anak sekaligus ternyata membuat wanita itu cukup kelelahan. Regantara datang ke kamar Rubi yang sudah penuh dengan gelak tawa anak-anak mereka. "Papa order in nasi goreng tuh, pada makan yuk," ujar Regantara mendapati kamar itu sudah seperti kapal pecah sementara wajah Rubi sudah di hiasi bedak bayi oleh Kayma. "Masa Tante kalah lagi," kata Rubi dengan wajah cemberut. "Wes Mbak
Baca selengkapnya

37. Kesalahpahaman

Hari semakin sore, enggan rasanya Regantara berlama-lama duduk di ruangannya bersama seorang wanita yang baru beberapa kali bertemu. Kenal dekat pun tidak, bahkan almarhumah istrinya saja hanya sepintas lalu mengenalkannya pada Regantara. "Permisi, Pak." Pak Dadang masuk dengan membawa satu gelas jus tomat dan kopi yang Rubi buatkan sekalian untuk Regantara tadi saat Pak Dadang datang meminya jus. "Kopi untuk Pak Regan, dan jus tom— ya ampun, maaf Bu." Gelas berisi jus tomat terlepas begitu saja dari tangan Pak Dadang. "Astaga!" pekik Ayu terkejut dan berdiri dari tempat duduknya. "Maaf Bu, maaf saya nggak sengaja," ucap Pa Dadang ketakutan. Regantara memberikan tisue pada Ayu agar dia membersihkan bajunya. "Sudah Pak Dadang bisa keluar sekarang," ujar Regantara memberikan kode pada office boy tua itu untuk pergi dari ruangannya. "Bersihkan di toilet saja, Yu," titah Herman Hendarso sang Ayah. "Ayu permisi dulu," ucap wanita bertubuh proposional itu. "Maafkan karyawan s
Baca selengkapnya

38. Kamulah Satu-Satunya

"Lauknya mau pakai apa?" tanya Rubi siang itu saat melayani karyawan untuk makan siang. "Ayam goreng aja, Mbak Rubi," ujar gadis itu. "Mbak Rubi ...." "Iya?" "Denger-denger, Mbak Rubi lagi deket ya sama Pak Regan? Duh, seneng banget pasti ... jadi pengen," ujar gadis itu tersenyum malu-malu. "Biasa aja," kata Rubi pun tersenyum. "Tau nggak Mbak, banyak loh yang suka lirik-lirik Pak Regan di kantor. Sayangnya Pak Regan itu cuek, dingin banget. Kalo ngomong sama bawahan yang cewek aja jarang banget saling tatap," katanya lagi. "Mbak ... antri di belakang udah rame," celetuk Bono. "Eh iya, maaf ya. Eh Mbak Rubi, jangan kasih kendor ya ... pepet terus, langka loh dapet duda, kaya, ganteng, mapan, setia lagi ... duh, aku kok mau ya," ujarnya mengelus dadanya. "Bisa aja, ayo ... antriannya sudah panjang, Mbak." Rubi ikut tertawa kecil. Rubi masih sibuk melayani para karyawan, meski satu per satu dari mereka sudah ada yang kembali ke ruangan masing-masing. "Sstt, Mbak." Bono memang
Baca selengkapnya

39. Ibu Tiri?

Siang itu Regantara bergegas masuk ke ruang meeting, dia baru saja tiba di Jakarta. Semalam Wahyu memberitahukan untuk datang ke Jakarta karena mendadak akan diadakan rapat petinggi perusahaan termasuk Regantara diantaranya. "Selamat siang, maaf terlambat," ujar Regantara. Semua mata memandang padanya, hanya dia yang terlambat masuk ke ruangan itu. Meeting sudah berjalan sekitar setengah jam yang lalu. Regantara mengikuti rapat yang membahas tentang kepemilikan saham yang di revisi oleh Wahyu serta keterlibatan investor baru untuk kemajuan perusahaan mereka. "Sempat waktu itu saya mengatakan pada keluarga saya untuk menjual perusahaan ini, karena saya lelah. Saya pikir sudah waktunya saya istirahat di rumah, tapi bagaimana saya akan istirahat dan menikmati masa tua saya jika perusahaan yang saya dirikan selama 30 tahun ini ternyata belum kokoh berdiri," jelas Wahyu. "Dengan adanya investor baru, mudah-mudahan membawa kemajuan untuk perusahaan ini," tambahnya lagi. "Oleh sebab itu
Baca selengkapnya

40. Kerjasama Tak Terduga

"Ibu tiri? Siapa?" Irma muncul dari balik pintu rumah."Mama?" Regantara terkejut saat Irma muncul dari dalam rumah. Tangan Regantara masih menggenggam tangan mungil Kayma, besar harapannya gadis kecilnya itu tidak mengatakan apapun pada sang nenek. Karena waktunya memang belum tepat untuk Regantara jujur pada keluarga istrinya."Oma ...." Kayma lari ke pelukan Irma."Kay, kenapa?" tanya Irma sedikit membungkuk."Kay lapar," ujar bibir mungil itu.Regantara bernapas lega saat mendengar ucapan Kayma."Loh tadi nggak makan sama Papa?" Irma melirik pada Regantara."Enggak, tadi belum lapar sekarang lapar," ujar Kayma menyunggingkan senyuman."Kamu itu ... ayo." Irma tertawa kecil lalu menggandeng Kayma masuk ke dalam rumah.Pukul sembilan malam, Kayma dan Arsa baru saja terlelap. Regantara meraih ponselnya di atas nakas, membuka pintu kaca penghubung teras balkon, sejak tiba di Jakarta Regantara belum sempat menghubungi Rubi."Halo," ucap Regantara lembut saat sambungan telepon itu terj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status