Beranda / Romansa / Balada Duda - Janda / 37. Kesalahpahaman

Share

37. Kesalahpahaman

Penulis: Chida
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari semakin sore, enggan rasanya Regantara berlama-lama duduk di ruangannya bersama seorang wanita yang baru beberapa kali bertemu. Kenal dekat pun tidak, bahkan almarhumah istrinya saja hanya sepintas lalu mengenalkannya pada Regantara.

"Permisi, Pak."

Pak Dadang masuk dengan membawa satu gelas jus tomat dan kopi yang Rubi buatkan sekalian untuk Regantara tadi saat Pak Dadang datang meminya jus.

"Kopi untuk Pak Regan, dan jus tom— ya ampun, maaf Bu."

Gelas berisi jus tomat terlepas begitu saja dari tangan Pak Dadang.

"Astaga!" pekik Ayu terkejut dan berdiri dari tempat duduknya.

"Maaf Bu, maaf saya nggak sengaja," ucap Pa Dadang ketakutan.

Regantara memberikan tisue pada Ayu agar dia membersihkan bajunya.

"Sudah Pak Dadang bisa keluar sekarang," ujar Regantara memberikan kode pada office boy tua itu untuk pergi dari ruangannya.

"Bersihkan di toilet saja, Yu," titah Herman Hendarso sang Ayah.

"Ayu permisi dulu," ucap wanita bertubuh proposional itu.

"Maafkan karyawan s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (24)
goodnovel comment avatar
Nury
tolong bi jangan salahkan Pak re..salahkan ajaa Jusnya..wkwkww
goodnovel comment avatar
Cece_Jeje
Ruby dgrin kata hati ya Percaya m nas regan ...
goodnovel comment avatar
Muti
Masih khawatir sama Ayu dan bapaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Balada Duda - Janda   38. Kamulah Satu-Satunya

    "Lauknya mau pakai apa?" tanya Rubi siang itu saat melayani karyawan untuk makan siang. "Ayam goreng aja, Mbak Rubi," ujar gadis itu. "Mbak Rubi ...." "Iya?" "Denger-denger, Mbak Rubi lagi deket ya sama Pak Regan? Duh, seneng banget pasti ... jadi pengen," ujar gadis itu tersenyum malu-malu. "Biasa aja," kata Rubi pun tersenyum. "Tau nggak Mbak, banyak loh yang suka lirik-lirik Pak Regan di kantor. Sayangnya Pak Regan itu cuek, dingin banget. Kalo ngomong sama bawahan yang cewek aja jarang banget saling tatap," katanya lagi. "Mbak ... antri di belakang udah rame," celetuk Bono. "Eh iya, maaf ya. Eh Mbak Rubi, jangan kasih kendor ya ... pepet terus, langka loh dapet duda, kaya, ganteng, mapan, setia lagi ... duh, aku kok mau ya," ujarnya mengelus dadanya. "Bisa aja, ayo ... antriannya sudah panjang, Mbak." Rubi ikut tertawa kecil. Rubi masih sibuk melayani para karyawan, meski satu per satu dari mereka sudah ada yang kembali ke ruangan masing-masing. "Sstt, Mbak." Bono memang

  • Balada Duda - Janda   39. Ibu Tiri?

    Siang itu Regantara bergegas masuk ke ruang meeting, dia baru saja tiba di Jakarta. Semalam Wahyu memberitahukan untuk datang ke Jakarta karena mendadak akan diadakan rapat petinggi perusahaan termasuk Regantara diantaranya. "Selamat siang, maaf terlambat," ujar Regantara. Semua mata memandang padanya, hanya dia yang terlambat masuk ke ruangan itu. Meeting sudah berjalan sekitar setengah jam yang lalu. Regantara mengikuti rapat yang membahas tentang kepemilikan saham yang di revisi oleh Wahyu serta keterlibatan investor baru untuk kemajuan perusahaan mereka. "Sempat waktu itu saya mengatakan pada keluarga saya untuk menjual perusahaan ini, karena saya lelah. Saya pikir sudah waktunya saya istirahat di rumah, tapi bagaimana saya akan istirahat dan menikmati masa tua saya jika perusahaan yang saya dirikan selama 30 tahun ini ternyata belum kokoh berdiri," jelas Wahyu. "Dengan adanya investor baru, mudah-mudahan membawa kemajuan untuk perusahaan ini," tambahnya lagi. "Oleh sebab itu

  • Balada Duda - Janda   40. Kerjasama Tak Terduga

    "Ibu tiri? Siapa?" Irma muncul dari balik pintu rumah."Mama?" Regantara terkejut saat Irma muncul dari dalam rumah. Tangan Regantara masih menggenggam tangan mungil Kayma, besar harapannya gadis kecilnya itu tidak mengatakan apapun pada sang nenek. Karena waktunya memang belum tepat untuk Regantara jujur pada keluarga istrinya."Oma ...." Kayma lari ke pelukan Irma."Kay, kenapa?" tanya Irma sedikit membungkuk."Kay lapar," ujar bibir mungil itu.Regantara bernapas lega saat mendengar ucapan Kayma."Loh tadi nggak makan sama Papa?" Irma melirik pada Regantara."Enggak, tadi belum lapar sekarang lapar," ujar Kayma menyunggingkan senyuman."Kamu itu ... ayo." Irma tertawa kecil lalu menggandeng Kayma masuk ke dalam rumah.Pukul sembilan malam, Kayma dan Arsa baru saja terlelap. Regantara meraih ponselnya di atas nakas, membuka pintu kaca penghubung teras balkon, sejak tiba di Jakarta Regantara belum sempat menghubungi Rubi."Halo," ucap Regantara lembut saat sambungan telepon itu terj

  • Balada Duda - Janda   41. Malam Bersamamu

    Rubi mendesah kala Regantara mulai menciumi lembut puncak dadanya. Rubi bergerak tak beraturan merasai setiap sentuhan di setiap titik sensitifnya dari Regantara. Rasanya baru setengah jam yang lalu dia berdiri di depan pintu apartemen Regantara sambil membawa tempat makan malam. Regantara menariknya masuk, memberikan ciuman bertubi-tubi pada wajah dan merebahkannya di atas sofa.Napas mereka saling terengah, Regantara melepaskan kaos putih yang dia kenakan, sementara kancing kemeja Rubi sepenuhnya sudah terbuka. Mata Rubi menatap Regantara, tubuh lelaki itu begitu sempurna baginya. Regantara kembali membungkukkan tubuhnya, menautkan kembali bibirnya dengan bibir Rubi. Tangan Rubi kembali melingkar di leher kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan, Regantara berhasil membawa Rubi duduk di atas pangkuannya.Tangan Regantara membelai lembut punggung belakang Rubi dan seketika melepaskan pengait bra milik Rubi. Perlahan satu per satu kemeja serta bra Rubi jatuh ke lantai. Mata Regantara

  • Balada Duda - Janda   42. Kesibukan Yang Menyesatkan

    "Bi," panggil Ibu Widya di depan pintu kamar Rubi yang tidak tertutup."Iya, Bu?" Rubi menutup buku laporan keuangan usahanya lalu membenarkan posisinya duduk di tempat tidur."Ada Nak Regan di depan, temui sana. Sekalian ajak makan malam saja, Ibu baru selesai membuat rendang daging," ujar Widya."Ada Mas Regan? Kok nggak bilang kalo mau kesini," ujar Rubi beranjak dari tempat tidur dan merapikan pakaiannya. "Ibu kira kalian janjian sore ini, kan malam Minggu," goda Widya."Ibu bisa aja." Rubi tersipu malu."Tama sama Ibu mau ke tempat Budhe Pur, ada acara syukuran anaknya si Joko ulang tahun ke satu. Kamu nggak apa-apa Ibu tinggal sama Mbok Inah?""Iya, enggak apa-apa, Bu. Ibu pergi naik apa? Ibu pesan taksi online aja, ben ora ngerepotin Bono. Kasian dia bolak-balik ngurusin semuanya.""Ya sudah hati-hati ya Bu." Widya mengangguk-angguk lalu keluar dari kamar Rubi diikuti oleh Rubi yang melangkah di belakangnya.Ruang tamu sore itu sida ramai dengan celoteh Tama, anak lelakinya i

  • Balada Duda - Janda   43. Jangan Diulangi Lagi, Mas

    "Ikut aja, enggak enak juga masa klien nggak kita jamu," kata Ayu pada Regantara saat mereka berada di sebuah restoran.Regantara melirik jam tangannya, waktu menunjukkan setengah delapan malam. Siang tadi dia sudah mengirim pesan pada Rubi agar tidak menunggunya makan malam nanti."Kemana?" tanya Regantara beranjak dari tempat duduknya."Aku tau salah satu club di Semarang yang bagus, kita kesana aja," ujar wanita itu denga wajah penuh semangat."Club?""Iya club malam, menurut kamu kita harus kemana? Makan sudah, membawa mereka melihat pabrik dan suasana Semarang juga sudah. Lagi pula umur mereka belum tua, masih pantas di ajak ke tempat seperti itu. Tenang aja, aku traktir," katanya lagi meninggalkan Regantara lalu menghampiri tamu mereka seharian ini."Ck, ada-ada aja," batin Regantara akhirnya mau tak mau mengikuti kemauan investor serta rekan bisnis barunya itu."Betulkan sudah buka," kata Ayu saat mereka berjalan masuk ke club malam.Suara musik terdengar keras, suasana belum b

  • Balada Duda - Janda   44. Aku Mau, Bi ....

    Rubi masih tertidur pulas dengan lengan Regantara sebagai bantal kepalanya. Regantara memandangi wajah ayu wanita yang sekarang berada di sisinya itu. Sudah sedari tadi saat dia membuka matanya, sudut bibirnya mengembang, mengetahui wanita yang saat ini dicintainya itu rela bermalam dan menungguinya hingga terlelap dalam keadaan mabuk.Rubi menggerakkan tubuhnya ketika di sadarinya cahaya matahari masuk melalui celah tirai. Regantara buru-buru menutup matanya, dia pura-pura kembali tidur. Rubi terperangah melihat posisi Regantara sudah menghadap ke arahnya. Dada besar lelaki itu masih tertutup selimut, Rubi menikmati keindahan wajah Regantara yang begitu sempurna. Alis tebal, hidung yang mancung, rahang yang tegas, rambut yang sedikit ikaal serta kulit wajah yang tidak terdapat goresan.Rubi membelai lembut wajah Regantara, mulai dari kedua mata Regantara, lalu jarinya menelusuri batang hidung yang mancung turun ke bentuk bibir yang sedikit tebal dan seksi. Rambut-rambut halus di seki

  • Balada Duda - Janda   45. Menabuh Genderang Perang

    Bunyi bel apartemen Regantara menghentikan aktivitas pasangan yang sedang di mabuk cinta itu. Rubi mendorong tubuh Regantara pelan, dan menutup area sensitifnya. Sementara Regantara mengancingkan kembali celana yang dia kenakan dan membantu Rubi turun dari atas meja makan. "Kamu nunggu seseorang?" tanya Rubi sambil memakai kembali pakaian dalamnya dan membenarkan mini dress. "Enggak, ini hari Minggu ... aku cuma nunggu kamu seperti biasanya." "Coba di lihat, aku teruskan masak sarapan kamu dulu." Regantara membuka pintu apartemennya, lelaki bertubuh sedang dengan kaos berwarna hitam berdiri membelakangi pintu apartemen. "Bono?" Bono membalikkan tubuhnya dan tersenyum tak enak hati apalagi saat di lihatnya Regantara tak mengenakan kaos. "Eh Pak Regan," kata Bono sambil menggaruk kepalanya yang mungkin tidak terasa gatal itu. "Masuk ...." Bono masuk ke dalam apartemen Regantara, matanya memandang interior apartemen itu dan berdecak kagum. "Duduk, Bon," pinta Regantara. "Bi ..

Bab terbaru

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 15 : Takdir Cinta

    Sudah hampir setahun keluarga Regantara tak datang kembali ke Jakarta, dan khusus tahun ini bertepatan dengan hari ulang tahun almarhum Debby mereka kembali datang. Sebelum sampai di rumah mantan mertuanya, Regantara menyempatkan diri berkunjung ke makam istri pertamanya. Regantara dan Rubi beserta ke empat anak mereka duduk bersimpuh bersisian dengan gundukan tanah berbalut rumput yang di rawat dengan baik. "Apa kabar, Ma?" Suara lirih Kayma membuka keheningan diantara mereka. Sambil mengusap nisan sang Ibu, mata gadis itu pun berkaca-kaca. Ingin rasanya dia bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini. Terlebih tentang cerita antara dia dan Tama, jika pun waktu bisa kembali dan berjalan tidak seperti saat ini, bisa jadi jodohnya adalah Tama. "Arsa, pimpin doa," ujar Regantara. Beberapa saat Arsa memimpin doa, Rubi ikut menaburkan bunga di atas gundukan tanah itu lalu dia merangkul pundak Kayma mengusapnya lembut. "Papa tinggal sebentar ya, Bunda dan anak-anak jika ingin men

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 14 : Menutup Masa Lalu

    "Sudah berapa lama kenal Kayma?" tanya Tama dengan napas memburu sambil men-dribel bolanya."Setengah tahun," jawab Saka berusaha meraih bola yang berada di dalam kekuasaan Tama."Sejauh apa?" tanya nya lagi memutar tubuhnya menghindari gerakan Saka."Sampai saat ini masih berteman dan mungkin sebentar lagi akan lebih dari sekedar teman."Tama menghentikan gerakannya, matanya menatap tajam ke arah Saka. Denga satu kali gerakan dia melambungkan bola basket dan tepat masuk ke dalam ring."Benar kata Arsa, permainan Mas Tama keren juga," ujar Saka bergantian memainkan bola yang sudah berada di tangannya.Tama mengindahkan perkataan Saka, masih terngiang di telinganya ucapan Saka yang baru saja terlontar."Lalu menurut kamu, Kayma suka sama kamu?" Tama sekarang bergantian memperebutkan bola di tangan Saka."Ibarat kata orang tua dulu, alon alon waton kelakon. Semua melalui proses Mas, dan kami sedang dalam proses itu," jawab Saka memutar tubuhnya dan memasukkan bola ke dalam ring."Keren

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 13 : Pertanyaan Di Hati

    Pukul sembilan lebih lima belas menit Tama berdiri di ambang pintu rumah besar milik Regantara. Kehadiran dirinya membuat kaget seisi rumah. Rubi berlari memeluk anak pertamanya itu, tangis rindunya tak dapat lagi di bendung."Kenapa nggak bilang kalo pulang, Nak?" Rubi masih memeluk tubuh tegap itu."Surprise, Bunda." Rubi melepaskan pelukannya, memberi ruang pada Tama untuk melepas rindu juga pada Regantara. "Sebenarnya Papa sudah tau dari Ayah kamu," ujar Regantara memeluk erat tubuh putra tirinya. "Tapi Papa nggak tau kamu sampainya hari ini." Regantara menepuk pundak Tama. "Sudah besar kamu, Nak." Mata binar memancarkan kebanggaan dari mata Regantara."Mas Tama," ucap Qiara yang juga menangis karena haru."Adik Mas Tama sudah besar, peluk dong.""Mas Tama ...." Qiara menangis karena rindu, saat di tinggal oleh Tama umurnya masih 6 tahun masih terlalu muda melepas kepergian kakak kandungnya itu."Kangen, ya?" Qiara pun menjawab dengan anggukan. Mata Tama mengarah pada sosok tubu

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 12 : Kangen Rumah

    Ghea duduk menunggu di taman kota tak jauh dari apartemen mereka, tadi sepulang dari kampus dia mengabari Tama untuk menemuinya di sana. Alasannya, agar bisa langsung makan untuk malam ini di luar. Karena minggu ini dia berjanji akan mentraktir Tama."Hai." Suara Tama mengagetkan Ghea. Gadis berambut sebahu itu menoleh. Hari itu, entah mengapa dia melihat Tama lebih tampan dari biasanya."Kok ganteng ...." Kali ini Ghea memutar tubuhnya memastikan Tama memang benar-benar beda hari itu."Kan mau di traktir, emang nggak boleh ganteng?""Jangan ganteng-ganteng, kalo aku naksir gimana?" candanya."Haha ... jadi ada kabar apa?" tanya Tama sambil menyodorkan minuman kaleng oeghangat tubuh."Duduk sini." Ghea menepuk sisi sebelah kirinya lalu mengeluarkan amplop dari tas punggungnya. "Ini.""Apa?""Masih ingat kan kalo aku pernah cerita aku mengajukan beasiswa lagi untuk melanjutkan belajar di negara ini?""Iya," jawab Tama sambil membuka amplop itu dan perlahan membacanya. "Ghe, ini serius?

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 11 : Pilihan Aku Jatuh Di Kamu

    "Jadi?" tanya Hesti sambil menunggu Kayma membereskan buku-bukunya."Jadi sih, tapi kamu temenin ya. Enggak enak kalo sendirian, nanti kesannya aku ada apa-apa.""Ya ampun, Kay. Ada apa-apa juga enggak apa-apa, selagi dia masih single bukan milik siapa-siapa. Ya lanjut aja," kata Hesti ikut meraih tas punggungnya."Emang enggak ada apa-apa, Hes. Kamu jangan mulai deh.""Kamu mau sampe kapan sih mikirin Mas Tama?"Kayma masih terus berjalan di koridor sekolah, kakinya selalu berat melangkah jika nama Tama di sebut."Enggak ada hubungannya sama Mas Tama, Hes.""Ya jelas ono, wong kamunya aja gagal move on. Pangeran di depan mata aja ketutup," sungut Hesti. "Sing tak pikirke ki Bunda, pasti sedih lihat kalian seperti ini. Saudara bukan, kekasih juga bukan tapi masih memendam cinta. Ayolah, Kay ... Saka juga nggak jauh lebih baik dari Mas Tama. Mas Tama boleh saja jadi cinta pertama kamu tapi, mungkin Saka atau lelaki-lelaki di luar sana yang akan menjadi masa depan kamu."Kayma menghenti

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 10 : Masih Ingat Dia

    Ghea beranjak dari tempat tidurnya, sudah dua hari ini dia merasakan tubuhnya sedang tidak baik-baik saja, apalagi di tambah dengan halangan yang biasa setiap bulan kaum wanita dapatkan. "Just a minute," ujarnya dengan suara yang sedikit berat. Ghea membukakan pintu apartemennya. Tama sudah berdiri membawa beberapa paper bag makanan. "Masih pagi, Tam ... masuk," ucapnya mempersilahkan Tama untuk masuk. "Aku bawain sarapan pagi," kata Tama yang langsung menuju dapur. "Setelah makan minum obatnya." Tama menyalakan kompor untuk memasak air. Sejak dua hari lalu saat Ghea mengatakan dia sakit, Tama lah yang mondar-mandir memastikan keadaan gadis itu. Maklum saja Ghea adalah perantau luar negara yang tidak mempunyai siapa-siapa. Dan Tama merasa mempunyai kewajiban karena mereka hidup sendiri di negara orang. Ghea menguncir rambutnya hingga tinggi menampakkan leher jenjangnya, dia masih terduduk lemas di sofa. "Di minum teh nya, makan ini." Tama memberikan sebungkus sandwich pada Ghea

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 9 : Membuka Hati

    Kayma masih mengenakan piyamanya pagi itu, dia berdiri di sandaran pintu kaca besar yang menghubungkan ruang makan pada taman samping rumah. Suara riuh Qiara yang bersorak tadi membangunkannya. Pandangannya jatuh pada tubuh atletis Saka yang tak mengenakan kaos, hanya dengan celana pendek Tama yang dia berikan semalam. Saka sedang asyik men-dribel bola basket dan mengecoh gerakan Arsa. "Yeay ... Qia tim Abang Saka. Semangat Abang," sorak Qiara. "Abang?" Kayma bergumam. "Eh Kak Kay udah bangun." Qiara menghampiri Kayma lalu menggandeng tangan sang Kakak dan duduk di kursi panjang. "Iya, soalnya kamu berisik," kekeh Kayma sambil mengusak rambut Qiara. Saka menghentikan permainannya, matanya menatap Kayma lalu tersenyum. Tubuh berpenuh peluh itu begitu terlihat silau terkena pantulan matahari. "Qiara kalo udah gede pengen punya pacar kayak Abang, ganteng baik lagi." "Anak kecil, mikirnya." Kayma meraup wajah Qiara. "Emang Kakak nggak suka ya? Kalo Kakak nggak suka nanti Qia bilang

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 8 : Menginap

    "Apa kabar, Kay?" Saka mengulurkan tangannya pada Kayma."Baik," jawab Kayma masih tak percaya lelaki berseragam itu ada di supermarket. "Kok ada di sini?" tanya Kayma sambil mengerutkan keningnya."Mm ... belanja," jawab Saka bohong."Hah?""Aku ... itu, belanja ... iya belanja.""Oh ....""Kamu, sendirian?""Sama Bunda di sana ... oh iya aku butuh butter dan mayonaise." Cepat-cepat Kayma meraih barang yang di minta oleh Rubi. "Saka, maaf ya aku harus pu—""Saka? Wah kebetulan sekali ketemu di sini. Sedang libur tugas?" Rubi berjalan menghampiri mereka."I-iya Tante, libur.""Kapan masuk?""Besok, Tante ....""Kalo gitu ikut Tante, makan malam di rumah, ya.""Tapi—""Tante nggak terima penolakan loh, kamu pulang sekarang juga ngapain, kan libur?""Iya, tapi—"Mata Saka sekilas menatap Kayma, rasanya kemarin saat Rubi menelponnya skenarionya hanya makan malam tidak ada menginap di rumah keluarga mereka."Kay, ayo kita antri di kasir. Saka, bisa minta tolong di dorongan troli nya ya,"

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 7 : Suatu Kebetulan

    "Hah? Cowok berseragam ... si Mas-mas Taruna? Serius?" Hesti terkejut saat Kayam menceritakan bahwa dia dan pemuda berseragam bernama Saka saling kenal. "Oh, bapaknya siap namanya?" "Saka." "Nah iya si Saka itu ternyata bapaknya satu komunitas dengan Papa Regan?" "Iya, kemarin sebelum mereka pulang, Papa mengundang keluarga Saja untuk makan siang di resto Bunda." "Ya ampun, Kay. Jodoh emang nggak kemana ya." "Jodoh apaan?" "Jodoh Mas Taruna lah .... Terus ada kelanjutannya?" tanya Hesti penasaran. "Kemarin minta nomer hp." "Aduh duuuh, Kay. Mbok kamu kasih?" "Enggak." "Laaah ... yo ngopi, Kay. Di kasih to yah, emang kenapa sih? Buka hati Kay, anggaplah berteman dulu kan nggak harus pacaran. Emang kamu bisa pastiin Mas Tama di sana nggak punya pacar?" Kayma terdiam, apa pula haknya memikirkan Tama. Bahkan lelaki yang pernah mengisi hatinya itu pun tak pernah sedikitpun menanyakan kabarnya atau sekali saja menelpon untuk mendengar suaranya. "Tapi dia kasih nomer hp nya?" H

DMCA.com Protection Status