Babang ojol berlari mendekatiku. Dag dig dug jantungku berdegup kencang saat melihatnya, dia terlihat begitu manis setelah membuka helmnya. Duh, bisa diabetes ini, Mas. “Ada apa, Mas? Aku ‘kan udah bayar!” Lagi, dia tersenyum kepadaku. Ya Allah, meleleh hati ini. Dia mengulurkan tangan kanannya kepadaku. Apakah dia mau kenalan? Tahan senyum, Syifa! Jangan bertingkah bodoh. “Helmnya, Neng,” ucapnya sambil tersenyum. Sial, pipiku sudah semerah kepiting rebus. Rasanya aku ingin mengubur diriku hidup-hidup. “Maaf, Mas. Kelupaan.” Aku segera melepas helm dan mengembalikan kepadanya. “Meskipun jelek begini, harganya mahal, Neng. Lebih mahal daripada gaji saya sehari.” Aku melihat helm hitam dengan kaca bening itu. Di belakangnya ada tulisan ‘H*nda' yang sudah sangat familiar. Dasar babang ojol tukang bohong, helm gratisan aja bilangnya mahal. Dikiranya aku bohoh? Heh! “Iya-iya, maaf, Mas. Saya ‘kan udah bilang kalau lupa. Saya buru-buru, dose
Last Updated : 2022-12-21 Read more