Semua Bab Ayam Kampus Suamiku: Bab 1 - Bab 10

30 Bab

Part 1

"Pokoknya Ayu nggak mau, Buk. Ini kan jaman modern. Mana ada lagi jodoh-jodohan," sungutku pada Ibu dan Bapak yang kini duduk di hadapan. "Mau jaman apa pun itu, tetap aja anak nggak boleh ngelawan sama orang tua!" tegas Ibu.Aku terdiam. Memang seperti itulah Ibu. Tak ingin dibantah sama sekali. Aku memandang ke arah Bapak. Mencoba memelas. Namun rasa takut Bapak sama Ibu membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. "Ayu sudah punya pacar, Buk.""Memangnya siapa yang ngijinin kamu pacaran? Kan Ibu sudah bilang. Kelak kamu akan menikah sama Aryo. Anak juragan ayam. Titik!"Hish...Aku bangkit dan melangkah dengan mengentakkan kaki menuju kamar. Merasa kesal dengan keputusan Ibu dan Bapak yang tiba-tiba memaksaku menikah secepatnya. Dulu memang sayup-sayup terdengar, bahwa orang tuaku dan orang tua Mas Aryo akan menjadi besan. Hal itu karena Bapak dan Om Triman_Ayahnya Mas Aryo_adalah sahabat lama. Tapi itu dulu. Dulu sekali. Yang aku dengar pun pernikahan akan dilangsungkan setelah aku wi
Baca selengkapnya

Part 2

"Ayu?" Sekali lagi dia memanggil. Kali ini aku sengaja tak menyahut. Bingung harus mengatakan apa. Tiba-tiba rasanya hatiku tak rela menolak laki-laki sepersepuluhnya sultan ini. Begitu bodohnya jika sampai aku menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Ternyata tak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya. Pilihan mereka tetap yang terbaik. Aku masih memandangnya dalam diam. Menatap wajahnya lamat-lamat. Aroma bumbu ayam di penjuru ruangan ini semakin menambah kadar ketampanan wajahnya. Kenapa aku tak menyadari hal itu sebelumnya. Lalu sebuah notifikasi whatsapp membuatku tersentak.[Ayu, yang sabar ya. Aku udah dapet tumpangan. Sebentar lagi aku sampai. Kamu di mana?]Tiba-tiba saja pesan dari Sari membuatku merasa sedang berada dalam masalah. [Nggak jadi, Yu. Rencana kita batal,] balasku dengan cepat. [Kamu balik lagi aja. Mas Aryo nggak bisa berpindah ke lain hati katanya.][Maaf, ya, Sar.]Aku langsung menutup ponsel ke atas meja. Tak ada satu pun balasan yang masuk, meski
Baca selengkapnya

Part 3

"Mas, pulang kuliah, Ayu kerja di restoran, ya?" pintaku saat kami bersantai di balkon kamar. "Ngapain kerja, Yu. Kalau mau apa-apa bilang aja sama, Mas," sahutnya dengan lembut. "Biar nggak bosan, Mas. Dari dulu Ayu ingin sekali bekerja bantu Ibu sama Bapak. Tapi nggak pernah diijinin.""Itu kan karena kamu harus fokus kuliah dulu.""Lho, Mas kok tau?""Tau dong. Semua orang tua kan inginnya begitu.""Boleh ya, Mas?""Belum ada lowongan yang kosong, Yu. Lagian kan kamu kuliahnya pagi. Gimana mau kerja di kantor?"Kenapa sih Mas Aryo selalu peka. Selalu tahu tentang keinginan dan cita-citaku bekerja sebagai pegawai kantor. "Ayu kan belum jadi sarjana, Mas. Mana mungkin Ayu minta posisi di kantor."Lagi pula mana mungkin aku berani, sedangkan aku tahu bahwa Fandi sudah duluan bekerja di kantor mereka. Aku tidak mungkin bertemu dengannya. Apa lagi membiarkan Mas Aryo sampai tahu kalau kami pernah pacaran. "Boleh ya, Mas?" Aku kembali merengek. Dia diam sejenak, lalu tersenyum menga
Baca selengkapnya

Part 4

Oh, ya ampun! Bagaimana ini? Kenapa Fandi bisa ada di sini? Bukannya kemarin dia bertugas di kantor pusat? Kenapa tiba-tiba pindah ke tempatku? Dia mulai menyapa kami satu persatu dengan senyuman. Sampai pada akhirnya ia sampai ke arahku. Raut keterkejutan terlihat di wajahnya. Sejurus kemudian mata kami saling beradu. Aku langsung menunduk, menjatuhkan pandangan ke lantai. Apa-apaan ini. Kenapa dia harus berada di tempat ini. Kalau ketahuan sama Mas Aryo kami pernah pacaran, bagaimana? Bukan hanya dia yang terancam dipecat. Tapi juga posisiku sebagai Nyonya Bos Ayam, atau bahkan di hatinya. Aku harus apa? Atau aku saja yang resign dari tempat ini? Tapi aku baru saja beradaptasi. Atau sebaiknya aku jujur saja, agar Mas Aryo mengembalikan Fandi ke habitatnya semula di kantor pusat. Ah, tidak. Iya kalau Mas Aryo mengerti dan mengembalikannya baik-baik. Kalau ternyata dia marah dan cemburu, merasa dibohongi, dan akhirnya memecat Fandi, bagaimana? Kasihan juga Fandi. Kehidupannya jug
Baca selengkapnya

Part 5

Lagi-lagi Mas Aryo mempertanyakan hal-hal yang seharusnya tak perlu kujawab. Kupikir semuanya sudah berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Menikahi pengusaha muda merupakan hal keberuntungan buatku. Kenapa harus terusik karena masalah dengan Fandi?"Ayu lupa, Mas. Mahasiswa di sana kan banyak. Mana bisa Ayu tandai satu persatu. Apa lagi bukan teman seangkatan. Ayu kan jarang bergaul." Aku terpaksa berdusta demi kebaikanku dan juga Fandi."Oh, ya udah kalau nggak kenal." Mas Aryo tersenyum memandangku.Tapi kali ini senyumnya terkesan datar. Bibirnya tak sampai membentuk bulan sabit seperti biasa."Mas Aryo mau Ayu pijat?" bujukku, mengalihkan perhatian."Nggak usah, Yu. Mas nggak capek kok. Kita tidur aja, yuk.""Oh, ya udah, Ayu juga udah ngantuk kok.".Aku kembali mengangkat piring kotor bekas santapan gerombolan ibu-ibu arisan. Bayangkan, berapa banyak tisu yang mereka habiskan dan berserakan di atas meja. Air-air dalam gelas bertumpahan membasahi benda berbahan kayu tersebut. Mem
Baca selengkapnya

Part 6

Kenapa tiba-tiba Mas Aryo bertanya hal seperti itu? Apa karena dia mendengarkan ucapan Mbak super tadi? Kenapa aku sampai tak menyadari kehadirannya."Ini, Mas. Sepertinya ada yang cinlok," sahutnya sok imut.Bersikap sangat manis dan lemah lembut. Tak seperti saat menegur kami barusan.Sebentar-sebentar. Mas? Dia memanggil suamiku dengan sebutan Mas? Bukannya dia sendiri yang memarahiku barusan karena memanggil dan menyebut nama Fandi? Jadi benar, ternyata selama ini hubungan mereka memang sedekat itu. Ternyata selama ini aku memang belum mengenal Mas Aryo seutuhnya. Ternyata meskipun sudah menikah, Mas Aryo belum sepenuhnya menjadi milikku. Masih ada banyak rahasia dan kehidupannya yang belum kuketahui."Siapa?" selidik Mas Aryo."Sama-sama anak baru dong, Mas. Mereka cocok juga, ya?"Mas Aryo langsung melirik ke arahku. Lalu kembali menoleh ke arah Mbak super."Kenapa kamu bisa menyimpulkan kalau mereka terlibat cinta lokasi? Apa yang mereka lakukan?"Seketika aku langsung menoleh
Baca selengkapnya

Part 7

Sejurus dia menatapku dalam. Kemudian sedikit menahan tawa. Seolah apa yang aku katakan tadi adalah sebuah lawakan untuk menghiburnya."Kamu cemburu?" tanyanya tiba-tiba.Cemburu? Dia sedang bertanya apa aku merasa cemburu? Pertanyaan macam apa itu. Jelas-jelas seorang istri harus bertanya tentang kedekatan suaminya bersama wanita lain yang sama sekali belum di ketahuinya.Apalagi aku dan Mas Aryo menikah karena perjodohan. Pastilah di awal-awal pernikahan merupakan waktu yang tepat tuk saling mengenal satu sama lain. Dan juga mengenalkan orang-orang terdekat mereka."Kenapa, Mas? Apa Ayu nggak punya hak untuk bertanya? Atau memang Ayu nggak boleh tahu apa pun tentang kehidupan Mas Aryo sebelum menikah sama Ayu?""Mas cuman nanyak. Sebagai istri Mas, kamu cemburu nggak?""Ayu nggak tau. Ayu juga nggak tau gimana perasaan kita. Mas Aryo juga belum pasti langsung jatuh cinta sama Ayu secepat itu, kan? Bisa aja Mas Aryo nikahin Ayu karena nggak mau ngelawan perintah orang tua. Benar, ka
Baca selengkapnya

Part 8

Aku masih heran dengan apa yang Wina katakan barusan. Kenapa tiba-tiba dua karyawan itu menghilang? Ingin bertanya pada Mas Aryo, tapi tak bisa. Peraturan di sini, tak boleh memegang ponsel saat jam operasional berlangsung. Semua alat komunikasi itu dikumpulkan, dan hanya boleh diambil saat jam istirahat dan pulang kerja. Jadi, aku harus bertanya pada siapa lagi? Mbak super? Boro-boro dia mau jawab. Menyahut sapaanku pun belum tentu sudi. Kenapa bukan dia saja yang dipindahkan ke cabang lain. Kalau perlu, ke luar negeri sekalian. Biar tidak menggoda suami orang lagi.Tidak ada jalan lain, aku harus bertanya pada Fandi. Hanya dia satu-satunya orang yang punya jawaban atas pertanyaanku saat ini. Aku jadi curiga, jangan-jangan ini perbuatan Mas Aryo.Mungkin dia takut kalau aku akan kembali terpengaruh dengan pembicaraan mereka yang suka bergosip. Atau, agar supaya aku tak lagi mendengar dan tahu apa pun tentangnya yang tak boleh kuketahui.Ish... hal ini membuatku semakin pusing saja.
Baca selengkapnya

Part 9

Apa yang harus aku jawab? Sejenak aku bepikir. Tak ada gunanya aku bersikap egois pada orang lain. Aku yang notabenenya baru saja kenal dan memasuki kehidupan Mas Aryo, tak boleh gegabah dalam bertindak.Tak bisa begitu saja menyingkirkan orang-orang di kehidupan Mas Aryo sebelum mengenalku. Aku tak tahu berapa banyak pengorbanan orang-orang di sekitarnya, guna membuat kehidupan suamiku jadi seperti sekarang ini. Dan aku tiba-tiba saja datang dan bisa menikmati semuanya."Gimana, Yu? Apa Mas harus memindahkan Sinta?" tegur Mas Aryo, dengan tangan yang tidak terlepas dari bahuku.Sejenak aku menatap manik matanya. Ada sebuah ketulusan di dalam sana. Tak pantas rasanya aku bersikap meragukan dan sama sekali tak percaya padanya."Nggak usah, Mas. Ayu percaya kok. Mas Aryo nggak akan berbuat macam-macam di belakang Ayu." Aku mengungkapkan keputusanku."Betulkah? Kamu nggak marah?" "Enggak kok, Mas. Maafin Ayu, ya. Ayu udah salah sangka dan nuduh Mas Aryo macam-macam.""Iya, Yu. Mas juga
Baca selengkapnya

Part 10

"Lho, kok Alhamdulillah, Yu?" tanyanya heran."Eh, maksud Ayu, Alhamdulillah karena cuman kena macet, Mas. Ayu tadi cemas, takutnya Mas Aryo kenapa-napa. Untung cuman kena macet, doang." Lagi-lagi aku beralasan. Dan ini entah untuk yang ke berapa kalinya.Terkadang aku merasa bersalah juga. Selalu berusaha menutup-nutupi dan menyembunyikan masa laluku dari suami sendiri. Hal ini aku lakukan karena belum sepenuhnya mengenal suamiku saat ini. Belum tahu bagaimana perangainya jika tahu aku punya pacar sedang dalam masa perjodohan dengannya.Tidakkah itu artinya aku sudah berselingkuh, meskipun aku sempat lupa kalau ternyata kami telah dijodohkan? Aku juga takut kalau-kalau dia tidak terima dan menjadikannya alasan untuk menceraikan aku.Bagaimanapun juga, aku masih belum yakin dengan perasaan Mas Aryo padaku. Tugasku saat ini adalah membuat Mas Aryo jatuh cinta dan tidak berniat meninggalkanku. Setelah itu, baru aku akan berterus terang dan meminta maaf karena telah membohonginya."Oh,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status