Home / Pernikahan / Dia Istriku Bukan Pembantu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dia Istriku Bukan Pembantu: Chapter 21 - Chapter 30

48 Chapters

Bab 21

Ibu menoleh."Loh ini emas Ibu," kata beliau kemudian seraya mengambil emas itu dari tanganku. "Kurang ajar si Kania, selain nyuri sertifikat ternyata dia juga nyuri emasku. Apa jangan-jangan dia ambil semuanya? Gawat." Ibu bergegas masuk ke dalam kamarnya.Aku dan Ranti mengekor setengah kepo.Di kamarnya ibu buru-buru membuka lemari dan mengeluarkan semua tempat perhiasan miliknya.Gila kupikir ibu hanya punya satu tempat perhiasan, tahunya ada banyak tempat perhiasan sampai bertumpuk beliau keluarkan.Aku dan Ranti sampai melongo dengan alis terangkat."Hah kemana emasku? Kemana ini? Kemana yang ini? Kemana yang di sini?" Ibu mulai panik, dibukanya satu persatu tempat perhiasan yang sudah kosong melompong itu di atas kasurnya."Kania ... kamu bener-bener ular, ular berkepala manusia yang sudah nyuri di rumahku, awas saja kau Kania." Wajah Ibu tampak murka. Merah seperti bara api.Sementara aku berusaha menahan tawa, kuingat dengan bangganya ibu pamerkan semua emas saat akan tahlil
Read more

Bab 22

"Gini ya Abang sayang, kontrakan ini tuh kontrakan Ranti, warisan dari nenek pihak bunda. Sebetulnya diwariskan untuk Ranti dan A Hasjun tapi A Hasjun bilang semuanya buat Ranti aja karena A Hasjun cowok dia bisa kerja keras sendiri."Keningku mengernyit menanggapinya."Serius? Kok Abang baru tahu?""Ishh ya serius atuh Bang, emang selama ini Ranti pernah bayar kontrakan?"Waduh, iya juga sih selama kami tinggal di sini emang Ranti gak pernah terlihat bayar kontrakan.Ouh pantes aja dulu pas pertamakali pindah ke sini ada tetangga nyapa kayak udah kenal banget sama Ranti."Pantesan gaji sedikit tapi selalu cukup Ran.""Itu lah alesannya, karena Ranti gak pernah bayar kontrakan, mau bayar gimana? Ini kontrakan Ranti haha." Ranti terbahak-bahak menertawakanku."Eh tapi kenapa semua orang harus bayar ke Pak Sugih? Jadinya kan Abang ngira ini kontrakan milik dia," tanyaku lagi."Sejak dikelola sama nenek dan kakek kontrakan ini emang dirawat sama Pak Sugih Bang, dulu nenek dan kakek tingg
Read more

Bab 23

"Iya, jadi rencannya usaha kami ini akan kami berikan pada anak kami, Ranti dan Ridho untuk diolah berdua," kata Bunda lagi.Refleks wajahku dan wajah Ranti berseri."Bunda serius?" tanya Ranti tak percaya."Serius sayang, semua orang yang hadir di sini jadi saksinya."Aku dan Ranti bersorak senang bagai anak kecil."Yee kita punya usaha keren Abang, kita jadi orang kaya beneran sekarang," kata Ranti sambil berjingkrak-jingkrak memelukku karena saking senangnya."Iya Ran iya Abang janji akan bantu kamu mengelola bisnis kita sebaik mungkin."Kenapa aku dan Ranti sangat senang? Karena saat kami menikah kami memang punya cita-cita ingin membuka usaha yang agak kerenan, entah apa, tapi kami ingin sekali buka di salah satu mall di Jakarta ini."Kalau usaha itu launching kamu berhenti aja dari kerjaan kamu Rid," sahut Ayah."Baik Yah, baik." Aku menyetujui dengan senang hati.Semua orang tampak bahagia melihat kami bahagia, kecuali keluargaku utamanya ibu yang mendadak resah dan berkeringat
Read more

Bab 24

"Ya Tuhan." Brak.Aku melompat dari kasur saat kudapati Mbak Kania ada di sampingku dengan selimut yang membalut tubuh polosnya."Apa-apaan ini?"Kupegangi kepalaku yang masih terasa nyeri dan berat."Kok bisa aku di sini sama dia?"Kuingat-ingat kembali kejadian terakhir saat aku meminum teh buatan Mbak Kania. Tapi setelah mataku buram aku justru tak ingat apa-apa lagi dan saat kupaksakan untuk meningatnya kepalaku terasa makin sakit."Aku kenapa ini? Ya Tuhan."Kutengok lagi Mbak Kania yang masih tidur lelap di dalam selimut miliknya.Cemas, takut dan bingung jadi satu. Pasalnya bahaya kalau sampai Mas Haris tahu, ia pasti akan sangat murka dan salah paham.Tanpa berpikir lagi segera kupunguti pakaianku yang sudah berserakan di lantai."Arghh di mana kolorku?" Kuedarkan pandangan ke sekitar.Dan sialnya kolorku ada di dekat kepala Mbak Kania. Perlahan akhirnys kakiku kembali mendekat ke bibir ranjang.Saat kutarik kolor itu ...."Eh hei udah bangun sayang?" Mbak Kania malah membuk
Read more

Bab 25

"Mauku? Kamu tanggung jawab Ridho," jawabnya dengan senyuman miring.Aku melotot."Perempuam stres, tanggung jawab gimana maksudnya ha?""Nikahi aku, jadikan aku yang kedua."Geram, ingin sekali ku putar kepalanya sampai copot lalu kulempar kepalanya itu seperti yang kulakukan pada mainan barbie milik Suci waktu masih kecil."Dasar ipar stres, aku tahu kamu sengaja menjebakku 'kan?" Mbak Kania tertawa puas."Apapun alasannya nyatanya kamu udah tidur sama aku Ridho, dan--kamu harus nikahi aku," tegasnya lagi dengan tatapan tajam."Bedebah."Mbak Kania lagi-lagi tertawa. "Kenapa? Bukannya gak ada masalah seorang lelaki menikahi lebih dari satu wanita?""Ya memang, tapi bukan menikahi perempuan yang sepertimu juga, sudah ular, otak jahat, istri kakakku pula, dasar ipar stres," umpatku."Aku akan ceraikan Mas Haris yang kere dan gak punya pendirian itu, dan kita menikahlah," ujarnya dengan tatapan lekat.Tanganku mengepal, sudah tidak aneh, wanita licik ini pasti ingin masuk dalam hidup
Read more

Bab 26

"Eh ini teh kamu kenapa Nia? Ada apa? Kok nangis begini?" Bunda mulai panik karena si ipar ular itu menangis tak henti-hentinya.Aku di balkon juga mulai panik, entah bagaimana jika si ipar ular itu mengatakan hal yang tidak-tidak pada Bunda, argh sial nya punya ipar macam si Kania."Bunda ... hiks hiks hiks tolongin Kania Bunda hiks.""Tolongin apa? Kenapa? Apa Haris melakukan KDRT?" cecar Bunda lagi seraya mengguncang kedua pipi si ipar ular.Aku makin cemas dan berkeringat, entahlah padahal di rumahku ini setiap sudutnya sudah kupasang AC."Jangan sampe, jangan sampe dia berbuat ulah, si ular itu emang harus kuberi pelajaran," gerutuku.Sekilas kulihat mata si ular itu berputar ke arahku, sejurus dengan itu ia juga menyunggingkan senyuman kemenangan."Cihh dasar ipar stres, pagi-pagi udah buat rusuh," desisku."Mbak Kania kenapa sih? Dateng-dateng nangis gitu, ngomong yang jelas Mbak," sahut Ranti kecut."Ranti ... udah gih kamu pergi ke belakang," kata Bunda."Ya udah sini biar ba
Read more

Bab 27

"Oh Mbak Kania, ada apa?" Mataku melebar, secepat kilat kurebut ponsel itu dari tangan Ranti."Abaaang apa sih?" tanyanya kesal.Cepat kumatikan sambungan telepon."Maaf sayang.""Maaf maaf, itu Mbak Ranti yang telepon, ada apa dia telepon ke nomor Abang? Jadi penasaran kan gara-gara Abang rebut gitu aja hape nya." Ranti merajuk.Aku menarik napas dalam dan menyiapkan diri untuk bicara."Udahlah gak penting, palingan dia mau curhat masalah Ibu," balasku beralasan.Ranti menjebik lalu kembali pergi ke atas kasur.Ufhh untunglah Ranti percaya padaku, kalau enggak bisa-bisa aku mati tercekik karena belum menyiapkan segala alasannya.Tapi sampai kapan? Sampai kapan aku akan hidup dalam ketakutan begini?Kutengok Ranti lagi, setelah aku berpikir agak lama mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk memberitahu Ranti soal ini.Bergegas aku duduk di bibir ranjang sebelahnya."Ran ....""Hm apa, Bang?" Ranti yang masih sibuk dengan ponselnya hanya menjawab seadanya.Aku menarik napas dal
Read more

Bab 28

Ranti memicingkan mata, tampak rahang-rahangnya mengerat hebat dengan jari-jari mengepal kuat."Jangan Ran, jangan percaya sama si ular ini, dia bedebah!" semburku akhirnya saat Ranti sedang menatap serius wanita itu."Silakan kau katakan apa pun tentang Mbak, Rid, tapi nyatanya kamu sudah menanam benih di sini," tunjuk Mbak Kania pada perutnya."Enggak! Aku gak pernah merasa melakukan apa-apa, kau yang jebak aku, kau yang-""Baik," sambung Ranti.Aku menoleh dengan tatapan cemas."Baik? Apa ini sayang? Abang-""Kalau Mbak Kania mau dinikahi oleh suamiku, Mbak Kania harus bisa membuktikan apa yang Mbak Kania bicarakan itu.""Ini, kamu lihat foto ini Ranti."Si ular lalu menyodorkan ponselnya pada istriku."Sayang jangan percaya, dia ini ular, ular berkepala manusia.""Oke, jadi berhubung Mbak Kania punya bukti aku izinkan suamiku menikahimu tapi dengan syarat.""Ranti." Aku menolak keberatan, tapi entah kenapa istriku terus saja bicara seolah tak mendengarkan ucapanku lagi."Syarat? S
Read more

Bab 29

"Tos."Plak. Kedua telapak tangan kita beradu, pasangan kompak dilawan.Selesai memastikan Mbak Kania pergi kini giliran menjelaskan semuanya sama Ayah dan Bunda.Ranti mengajakku ke kamar mereka."Mau ngapain lagi kamu bawa suamimu yang gak tahu terimakasih ini kemari Ranti?" Ayah langsung mencecar tanpa ampun."Begini Ayah, Ranti mau bicara sesuatu, tadi Ayah salah paham.""Salah paham?"Ranti pun mulai bercerita di depan Ayah dan Bunda, meski sekilas kutangkap rasa ragu di wajah mereka apakah cerita yang mereka dengar nyata adanya atau tidak tapi seenggaknya aku merasa lega karena Ranti sudah menjelaskan semua kejadian yang sebenarnya.-"Apa ceritamu ini bisa Ayah percaya? Kamu jangan terlalu mudah dikadalin sama laki-laki Ranti." Ayah memastikan lagi dengan tatapan menelisik.Ranti mengangguk lalu menatap wajah Ayah dengan yakin."Ranti yakin dan Ranti percaya sama Bang Ridho," ucapnya membuat sudut mata ini basah.Entahlah aku harus bersyukur dengan cara apalagi, punya pasangan
Read more

Bab 30

Wajah si Suci berubah masam. Cian deh rencananya meras kita gagal lagi. Tawaku dalam hati."Percuma ya ternyata undang kalian ke sini, bukannya uang Suci keganti malah Suci diintrogasi gak jelas begini," katanya lagi.Lagi-lagi aku tertawa puas dalam hati."Ya makanya kamu tuh kalau mau minta sesuatu itu dipikir dulu lah Suci, bukannya kami gak mau bayar rumah sakit ibu tapi kami juga butuh bukti, siapa yang tahu kalau kamu juga bohong kayak ibu," sahutku lagi."Bener," kata Mas Haris."Dah lah susah ngomong sama kalian, dah sama bubar semuanya bubar." Si Suci marah-marah lalu membanting pintu ke kamarnya.Alisku terangkat."Buang-buang waktu aja, tahu gitu meningan tidur di rumah," dengus Mas Haris.Ia lalu bangkit keluar."Mas, jadi ke rumah enggak? Jemput Mbak Kania." Ranti berteriak."Ya entar Mas ke rumah," ketusnya seraya menyalakan motor lalu pergi."Kenapa sih tuh orang? Kusut banget mukanya," tanyaku."Mungkin lagi pusing karena bininya mau kawin lagi sama adeknya haha." Ran
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status