Rani menoleh mendengar suara yang begitu akrab di telinga. Dunianya seakan berhenti pada saat itu. Ela, sahabatnya tiba-tiba datang dan menyapanya dengan begitu ramah. Rani terdiam, lidahnya kelu, bibirnya pun tak bisa lagi mengucapkan sebait tanya atau sapa. Netranya menyorot tajam pada sepasang tangan yang saling bertaut. Tangan itu, tangan yang sama yang setiap kali memberikan uluran bantuan di kala dia berada dalam putusnya harapan. Tangan itu adalah tangan yang sama, yang setiap kali mengusap punggungnya, menenangkan di saat tangis datang tidak diundang. Lalu kenapa, tangan itu memegang erat tangan Azlan-nya.Kebetulan macam apa ini? Kenapa Tuhan mempermainkan jalan hidupnya sedemikian kencang? Kenapa tak sekalian angin puting beliung datang, membawanya menjauh dari orang-orang di dekatnya yang penuh kemunafikan. Rani benci keadaannya saat ini. Rani enggan untuk mencari kebenarannya lagi. Rani telah kalah, bahkan tanpa tahu kapan genderang perang itu ditabuh. Rani menyerah, bahka
Read more