Home / Romansa / Calon Istri Tuan Muda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Calon Istri Tuan Muda: Chapter 11 - Chapter 20

108 Chapters

11. Oh. Manis Sekali

“Sudah. Kamu bisa pergi ke kamarmu sekarang, Vana. Kita akan makan siang bersama,” kata nenek.“Ah. Baik. Terima kasih,” balas Vana seramah mungkin.Gadis itu melirik sekitarnya beberapa saat. Mulai dari sang ratu, lalu menatap putra dan menantunya yang merupakan orang tua dari Fandra, lalu pada saudaranya kakak dan adik juga kakak ipar dari Fandra mereka semua tersenyum pada Vana. Senyum tulus yang menyambut hadirnya dengan baik. Meskipun bingung, Vana menundukan kepalanya sekilas dan bangun dari duduknya.Tiga pelayan yang berdiri tak jauh dari nenek itu bergerak memberi jalan pada Vana sambil tetap menundukan. Begitu Vana lewat ketiganya mengekor. Entah akan pergi ke mana dia karena yang lain masih tetap di sana.Berjalan melewati pintu yang tadi Vana lalui bersama Fiona. Tapi langkahnya terhenti ketika pembahasan mulai terdengar lagi dari arah depan. Entah apa yang menahan langkah Vana sampai gadis itu tak bergerak. Untunglah dia tersembunyi begitu juga tiga pelayannya.“Nenek su
last updateLast Updated : 2023-02-25
Read more

12. Rencana Vana

Ruang ballroom itu ada banyak pilar, tapi di tengahnya kosong melompong hanya ada gambar bunga teratai dari lantai marmer dan meja bundar di tengah. Lampu hias Kristal yang cukup besar terdapat tiga menggantung di langit- langit. Tangga berlapis karpet merah selebar tiga meter menuju atas, di samping tangga itu terdapat sebuah sofa. Dari balik pilar rupanya terdapat beberapa pintu dan entar datangnya dari pintu mana Fandra ada di sana.Kedua tangan kekarnya melingkar di pinggung Vana yang kecil berbalut dress. Untuk beberapa saat mereka terdiam. Tatapan Fandra juga tertuju pada wajah Vana.Ketiga pelayan yang menyaksikan masih tegang tapi menonton apa yang terjadi dengan diam. Dua dari mereka bahkan menahan senyumnya.Yang pertama kali sadar adalah Vana. Dia segera melepaskan tangan Fandra dari pinggangnya dan mundur dua langkah sambil menundukan pandangannya dari pria itu. Bagaimanapun juga Vana malu.“Woah. Siapa ini?” Suara baritone dari arah belakang Fandra mengusik keduanya untuk
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more

13. Mencari Kelemahan

Kembali turun mengelilingi ruang demi ruang yang ada di mansion itu, Vana nyaris bosan tapi dia memperhatikan ruangan dan merekamnya dalam otak. Mungkin dia yang akan pergi sendirian nanti, bagaimana kalau tersesat.Ruang makan itu berada di bangunan utara sementara kediaman nenek berada di barat begitu juga kediaman, maksudnya kamar ibu dan ayah Fandra berada di barat supaya bisa mengontrol nenek dengan mudah. Tentu saja, setiap ruangan itu ukurannya besar dan luas, Vana tidak bisa mengira-ngira berapa luasnya yang pasti seukuran orang kaya raya.Bila kediaman sang ratu di barat, ruang makan dan dapur di utara, ballroom dan segala macam untuk penyambutan tamu di timur, maka kediaman pangeran arogan di selatan.“Banyak sekali ruangannya,” desah Vana tanpa suara ketika kakinya terus berjalan sementara otaknya mengingat-ingat di mana saja para penghuni berada. “Selatan itu adem seharusnya, bukan panas. Tapi, dia dingin, masuk akal juga,” lanjutnya mendumel sendiri.“Lewat sini, Nona,” t
last updateLast Updated : 2023-03-04
Read more

14. Pindah Kamar

Ruang makan itu akhirnya hening dari semua kegiatan karena baru saja selesai menyantap hidangan yang tampaknya sangat enak sekali. Namun tidak bagi Vana yang sepanjang makan itu dia melamun. Barulah mengangkat wajah ketika semua orang selesai makan.“Nenek, ada yang ingin aku sampaikan,” katanya sebelum nenek bangun dari duduknya.Wanita tua yang menjadi ratu di rumah itu menatap Vana dengan heran begitu juga yang lain.“Ada apa, Vana? Apakah kamu tidak nyaman?” tanya nenek khawatir.“Ah, tidak. Bukan itu,” aku Vana sedikit salah tingkah.“Lalu, apa?”Tapi Vana ragu, dia mengitari meja makan itu yang semu piringnya kosong, hanya menyisakan lemak dan hiasannya.“Ah, kita bisa pindah ke ruang tengah. Kebetulan juga ada yang masih ingin kami sampaikan padamu,” ujar nenek yang mengerti. Vana tersenyum kecil. “Tolong siapkan buah untuk cemilan di depan,” titahnya pada pelayan.Seorang kepala pelayan mengangguk menyanggupinya.“Mari. Tapi, ini untuk yang mau mendengar saja, sekalian mengobr
last updateLast Updated : 2023-03-05
Read more

15. Kenangan

Hening. Semua orang diam setelah mendengar apa yang Vana katakan dan dia pun ikut diam, berpikir kembali apakah perkataannya salah atau tidak? Entahlah. Yang pasti, suasana hening itu membuat Vana merasa bersalah dan dia menundukan kepalanya.“Ekhem. Vana,” panggil Alifika melirik padanya.Vana mengangkat wajahnya, menatap.“Bolehkah bertanya sesuatu padamu?” lanjut Alifika masih menatap gadis itu.“Ya. Tentu, silakan,” jawab Vana.Senyum Alifika hadir dan mengangguk namun dia diam untuk beberapa saat lamanya tampak menimbang-nimbang sesuatu kemudian menarik napasnya dan menatap Vana sekali lagi, lebih intens dari sebelumnya.“Apakah, kamu sungguh, tidak apa-apa bertunangan dengan Fandra?” tanyanya hati-hati.Mendengar pertanyaan yang dilontarkan itu Vana terdiam. Pertanyaan yang membuat Vana sendiri mempertanyakan keputusannya untuk datang ke mansion itu. Untuk apa dia berada di sana dan apa keputusannya? Vana sama sekali tidak atau mungkin belum menjelaskannya. Masih ada banyak yang
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

16. Menjual Diri

Aturan yang disebutkan kali ini adalah tentang pelatihan menjadi seorang putri. Keluarga Alatas adalah kalangan atas yang sering kali mendapat sorotan media. Bagai keluarga kerajaan. Setiap perempuan yang ada di keluarga itu harus digambarkan sefeminim mungkin bak putri bangsawan.Vana yang menyimak semua penuturan akan aturan yang berlalu menatap dirinya sendiri, menilainya. Apa yang salah dengan tampilannya? Apakah harus berubah menjadi seseorang yang bahkan bukan dirinya? Vana nyaman menjadi dirinya sendiri, sedikit tomboy dan ala kadarnya serta sesungguhnya, dia tidak mau diatur.“Asal kalian bisa menjaga keselamatan Ibu dan adik, aku bersedia.” Mata Vana terpejam ketika dia teringat kembali alasannya berada di sana. Bukan karena desakan keluarga Alatas, atau ibunya, melainkan keputusannya sendiri dengan gantinya yang lebih mudah.Dia sadar, tidak akan bisa melindungi keluarga kecilnya yang tinggalkan dua pria gagah, ayah dan kakeknya yang selalu ada kala mereka masih hidup. Namun
last updateLast Updated : 2023-03-10
Read more

17. Reaksi Tak Terduga

Tanpa ekspresi apa pun. Baik dari Vana atau dari seseorang yang berdiri di pembatas balkon. Tinggi menjulang dengan raut wajah yang datar, khas sekali Tuan Muda Arogan itu. Vana tak berkedip, entah mengapa selalu terpesona pada tatapan sang tuan muda secara tak sadar tentunya.Fandra sendiri diam, pandangannya menatap Vana yang berada di lantai bawah. Sunyi, hanya terdengar suara mesin AC atau alat elektronik lain yang berada di ruangan itu. Sorot mata yang tajam menusuk tapi kosong itu seolah menghipnotis Vana untuk diam di tempatnya.“Bagaimana ini?” bisik Nina khawatir. Tapi Asisten Pelayan Diara hanya diam, mengangkat tangannya untuk memberi isyarat agar mereka diam. Rupanya Fandra tak sendiri, muncul Arvan tak lama kemudian dan mendapati Vana di bawah sana. Senyum jahilnya hadir di wajah.“Halo gadis kecil,” sapanya dengan suara baritonnya yang memantul-mantul di ruangan itu menyadarkan Vana dari diamnya.Arvan melambaikan tangannya antusias bahkan tak menggubris tatapan tajam n
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

18. Kamar Baru

Vana bertanya-tanya reaksi apa yang Fandra tunjukan tadi. Keningnya mengerut dan diam sepanjang jalan. Para pelayan di belakangnya juga tak berusaha menghentikan atau menegurnya. Tapi Pelayan Diara pamit lebih dulu tanpa memberitahu Vana dan menyerahkan pengawasan pada Pelayan Mega.   Sadar kalau dirinya kembali melamun, Vana menarik napas panjang dan membuangnya kasar. Mereka berada di lorong balkon yang mengarah ke gedung selatan, istana Fandra. Tapi langkahnya terhenti ketika ekor matanya menangkap pergerakan.   Lorong balkon itu menghadap sudut timur, tempat parkir yang luas di depan taman. Meskipun terhalang pepohonan cemara, Vana bisa dengan jelas melihat gerak langkah Fandra yang terburu menuju mobil yang terparkir. Namun, sebelum pria itu masuk ke mobil, sesaat dia terdiam dan kembali pandangan mereka sama-sama bertemu lagi.   Tak hanya Vana yang menyadari keanehannya, bahkan Fandra sendiri pun merasa aneh setela
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

19. Siksaan

Vana harus menyesuaikan dirinya dengan kehidupan yang sama sekali berbeda dari yang sebelumnya. Bangun pagi sekali adalah kebiasaannya, namun di rumah besar itu baru para pelayan yang telah sibuk dengan pekerjaannya, para tuannya masih terlelap. Gadis itu kesulitan, tentu saja. Lebih-lebih dengan gaya hidup orang kaya yang begitu teratur dan bak putri raja dengan pelayan yang membantu.Jam menunjukan pukul lima lewat empat puluh delapan menit saat Vana membuka tirai yang menutup jendela kamarnya. Ada balkon kecil di sana, dia buka pintu agar udara pagi yang sejuk bertamu ke kamarnya, memberikan ketenangan dalam gelisah yang diraskannya.“Apakah pilihanku salah?” bisiknya mendadak ragu akan keputusannya.Mata dengan iris coklat terang itu menerawang jauh pada awan-awan tipis putih yang membentuk garis tipis di langit. Bersandar di bingkai pintu sambil melipat kedua lengan. Vana melamun, memikirkan ulang alasannya berada di sana.“Aku yang bersedia untuk menepati janji. Kutukar keamanan
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more

20. Pelukan Dari Belakang

“Kau taruh di mana matamu, hah?” Suara berat itu lebih dulu menusuk gendang telinga Vana. Teguran yang terdengar begitu sinis, sarat akan ketidaksukaanya terhadap gadis itu.Mulut gadis itu terkatup rapat, bibirnya bergerak-gerak lalu mencebik kemudian perlahan mengangkat wajahnya untuk menatap wajah datar nan dingin di depannya.“Mataku di tempatnya. Mana tau kau keluar juga,” bela Vana menatapnya sengit.“Oh. Di tempatnya? Kau, nyaris menabrakku, Gadis Kampungan!”Gigi Vana mengatup, rahangnya mengeras setiap kali Fandra menyebutnya Gadis Kampungan. Entah pria itu sengaja atau tidak, tapi itu berhasil membuat Vana marah tak terima dengan panggilan Fandra untuknya.Mengepalkan kedua tangannya, memejamkan mata sesaat, Vana kembali menatap Fandra dingin.“Astaga, Tuan Muda Arogan yang Tak Berhati. Jika matamu melihat, lantas, mengapa berhenti di depanku, hah? Kau, memang sengaja membuatku kesal, bukan?” tuduhnya dengan tatapan tajam menusuk Fandra yang tak kalah menatapnya tajam.Fandr
last updateLast Updated : 2023-03-14
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status