Beranda / Romansa / Calon Istri Tuan Muda / 20. Pelukan Dari Belakang

Share

20. Pelukan Dari Belakang

last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-14 11:45:46

“Kau taruh di mana matamu, hah?” Suara berat itu lebih dulu menusuk gendang telinga Vana. Teguran yang terdengar begitu sinis, sarat akan ketidaksukaanya terhadap gadis itu.

Mulut gadis itu terkatup rapat, bibirnya bergerak-gerak lalu mencebik kemudian perlahan mengangkat wajahnya untuk menatap wajah datar nan dingin di depannya.

“Mataku di tempatnya. Mana tau kau keluar juga,” bela Vana menatapnya sengit.

“Oh. Di tempatnya? Kau, nyaris menabrakku, Gadis Kampungan!”

Gigi Vana mengatup, rahangnya mengeras setiap kali Fandra menyebutnya Gadis Kampungan. Entah pria itu sengaja atau tidak, tapi itu berhasil membuat Vana marah tak terima dengan panggilan Fandra untuknya.

Mengepalkan kedua tangannya, memejamkan mata sesaat, Vana kembali menatap Fandra dingin.

“Astaga, Tuan Muda Arogan yang Tak Berhati. Jika matamu melihat, lantas, mengapa berhenti di depanku, hah? Kau, memang sengaja membuatku kesal, bukan?” tuduhnya dengan tatapan tajam menusuk Fandra yang tak kalah menatapnya tajam.

Fandr
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Calon Istri Tuan Muda   21. Tak Biasa

    Kepala pria itu bergerak maju lalu berbisik tepat di sisi telinga Vana yang masih diam di tempatnya. Sepertinya dia shock. “Bernapaslah,” bisiknya pada gadis itu yang membeku kaku di dekapan satu tangan Fandra sementara satu tangannya berpegangan pada besi di sisi tangga. Menelan ludahnya, Vana menurut dan mulai bernapas pelan. Embusan napas dari Fandra yang mengenai tengkuknya membuat gadis itu bergidik geli sekaligus menyadarkan. Seulas senyum miring tiba-tiba hadir di wajah Fandra. Dia melangkah, menggeser Vana di depannya tanpa melepaskan pelukan. Rupanya mereka sudah sampai di dasar tangga dan dengan mudah Fandra menggeser tubuh kecil Vana. “Kelihatannya kau menikmatinya, Nona?” sindirnya tepat di telinga Vana. Mata indah Vana membulat sempurna, beringsut dia melepaskan tangan besar Fandra, tapi entah bagaimana pria itu justru menarik tangan Vana sehingga tubuh gad

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Calon Istri Tuan Muda   22. Julukan

    Semua mata tertuju pada Vana yang seketika itu ingin sekali menghilang. Dalam hatinya dia merutuki Fandra, tuan muda menyebalkan itu membuat semua orang pasti salah paham. Sampai-sampai Vana tak punya tenaga untuk mengangkat wajahnya. Sungguh memalukan sekali, bukan?“Lihat saja. Aku akan membalasmu nanti. Dasar Tuan Muda Tak Berwajah,” rutuknya kembali menciptakan julukan yang kesekiannya untuk pria itu.Mudah sekali membuat julukan untuk Fandra karena memang cocok dengan semua panggilan yang Vana ciptakan, tak berhati, tak berwajah, dingin, arogan, angkuh dan lain sebagainya. Julukan itu tercipta lagi saat Vana kesal. Namun, mengapa dia tak terima ketika Fandra menyebutkan julukan untuknya.Sebenarnya, Vana bisa saja pergi keluar untuk melakukan aktivitas hariannya seperti sebelum dia memutuskan untuk pindah ke Mansion Alatas dan menukar janjinya untuk janji lain. Sayangnya, salah satu aturan mengatakan, Vana harus tetap di rumah dan menjalani latihan selama satu bulan minimal dan d

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Calon Istri Tuan Muda   23. Menjadi Dirimu?

    Sebenarnya ada banyak yang ingin Vana lakukan, banyak sekali. Sebagian dirinya merasa tak nyaman karena sejak kecil sudah terbiasa mandiri. Jadi saat nenek mengatakan itu langsung saja terpikirkan olehnya beberapa hal.“Kalau begitu Nenek, bolehkah aku menjadi diriku?” tanya Vana hati-hati.Nenek menolehkan wajahnya pada Vana yang tengah menatpnya, menunggu reaksi wanita tua yang berkuasa atas jalan yang dipijaknya.“Menjadi dirimu?” ulang nenek sedikit tidak paham maksud Vana.Vana mengangguk kecil. “Ya.” Dia menarik napas panjang dan dalam sebelum memulai menjelaskan maksud keinginannya itu. “Aku,” ekor mata Vana melirik nenek kemudian melanjutkan, “sejak kecil sudah biasa melakukan banyak hal sendiri bahkan sampai besar. Jadi, kalau Nenek tidak keberatan, bisakah aku menjadi diriku sendiri, dengan kata lain, aku ingin bebas,” ungkapnya masih dengan hati-hati.Tidak ada tanggapan untuk beberapa saat. Nenek masih melangkah sambil memikirkan permintaan Vana itu. Sementara Vana menungg

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-22
  • Calon Istri Tuan Muda   24. Pondok Ketenangan

    “Ayo lanjut jalan, ada yang ingin Nenek tunjukan padamu,” ujar nenek setelah beberapa saat mereka diam beristirahat.Vana menatap nenek ingin tahu dengan apa yang dimaksudnya. Tapi nenek tak mengatakan apa pun, hanya tersenyum dan mengajak Vana untuk melanjutkan jalan di bebatuan jalan setapak itu.“Tamannya luas, bukan? Melelahkan,” komentar nenek begitu kembali melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak yang di kanan kirinya terdapat hiasan bunga- bunga.“Sepertinya bangunan itu di kelilingi taman. Lahannya luas sekali, persis seperti lapangan golf,” papar Vana ikut berkomentar.Sepanjang mata memandang tempat itu menang hanya berupa lahan dengan rumput hijau dan taman bersama kawanan tumbuhan yang hiasi tempat itu. Luasnya tak terkira sampai- sampai ada mobil khusus di lapangan golf itu tapi tidak akan mungkin menjejakan rodanya di jalan setapak berbahan baru granit itu. Vana meragukan kalau ada yang menjelajahi tempat itu.Nenek tak mengatakan apa pun lagi setelahnya, diam sambi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • Calon Istri Tuan Muda   25. Kenyamanan Dari Ruangan

    Kendaraan taman itu akhirnya sampai di halaman bangunan arah barat yang Vana ketahui sebagai kediaman sang ratu. Sepanjang jalan itu nenek tak lagi bercerita hanya larut dalam pikiran dan kenangannya. Vana tak ingin menganggu maka dari itu ikut diam mengawasi kalau- kalau terjadi sesuatu pada nenek tapi syukurlah tidak. Seorang pria paruh baya yang merupakan penjaga di sana mengulurkan tangannya untuk membantu nenek turun dari kendaraan. Vana ikut turun di sisi lain tanpa bantuan. Perasaannya sedikit tidak enak, ada sesuatu yang mengganjalnya tapi entah apa itu. “Kamu pasti lelah, istirahatlah Vana. Terima kasih sudah menemani Nenek jalan- jalan setelah sekian lama,” katanya begitu Vana kembali mengapit lengan nenek. “Terima kasih kembali karena Nenek mengajakku jalan dan melihat pondok itu. Sesungguhnya aku jadi penasaran bagaimana dalamnya,” aku Vana. Nenek terkekeh. “Nanti kamu akan tahu e

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-25
  • Calon Istri Tuan Muda   26. Nona Ahli Dapur

    Matanya terbuka perlahan ketika mimpi menyentaknya. Vana terbangun dan dia menyesuaikan pengihatannya dengan sekitar kemudian tersadar kalau tertidur di ruangan milik Fandra.“Aku tidur berapa lama?” gumamnya sembari duduk lalu menguap. Dia menutup mulutnya dengan punggung tangan.Jam menunjukan pukul sebelas siang. Dahinya mengerut.“Ini waktu berjalan lambat atau cepat? Aku sama sekali tidak ingat,” katanya pada dirinya. Dia menurunkan kedua kaki dan menjejak karpet bulu sambil mengusap wajahnya.Setelah beberapa saat dia akhirnya bangun dari duduknya berjalan mendekati tangga untuk sampai di kamarnya. Wajahnya tampak kuyu karena baru bangun dari tidur. Begitu Vana berada di lantai atas dan melewati ruang perpustakaan dan melintasi ruang santai di lantai itu barulah dia mendapati para pelayannya tengah menunggu di salah satu sofa.“Nona,” seru Pelayan Mega sigap berdiri menyambut.Vana hanya mengangkat tangan sambil terus berjalan menghampiri mereka.“Duduk saja. Kalian pasti bosan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • Calon Istri Tuan Muda   28. Bermain Dansa

    Sore akhirnya tiba. Vana sudah berada di ballroom untuk melanjutkan latihannya. Dia selalu memegang janjinya sendiri. Dia harus bisa menjadi seorang putri agar bisa menjadi dirinya di luar sana, bebas menggapai impiannya lagi dan lagi. Sudah mendapatkan izin dari nenek dan ibu Fandra itu sudah cukup. Vana juga sudah menyusun jadwal. Dia berjanji untuk tidak terlalu sibuk di luar sana dan akan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.“Apakah harus ini? Yang kemarin aja belum,” kata Vana begitu melihat sepatu hak tinggi yang dia pegang.Sepatu itu model baru. Vana sudah sering melihatnya tapi tidak pernah memakainya. Dia begidik membayangkannya.“Nona sudah bisa yang kemarin, hanya tinggal menyeimbangkannya saja, itu tidak akan lama, kok,” kata Pelayan Diara yang bertanggung jawab atas pelatihan Vana.“Ugh. Kakiku bisa lecet kalau mengenakan ini,” keluhnya menyipitkan mata menatap sepasang sepatu hak tinggi yang haknya itu kira- kira setipis gagang sapu, kecil sekali dan bertali, Va

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Calon Istri Tuan Muda   29. Mendekap Rindu

    Untuk beberapa saat keduanya diam di posisi yang begitu dekat. Kedua tangan Fandra melingkar di pinggang Vana yang nyaris terjatuh karena tak sengaja bertabrakan dengan pria tinggi itu.“Ah, maaf,” ucap Vana ketika dia tersadar tak lama kemudian dan berusaha untuk melepaskan dirinya dari Fandra.Namun, satu tangan pria itu menolak untuk melepaskannya. Entah apa yang ada di pikiran Fandra tapi tatapan kosong itu jelas sekali sekarang sampai membuat Vana bingung karenanya.Kedua bola mata Vana membulat karena terkejut dengan apa yang Fandra lakukan. Satu tangan Fandra yang masih di pinggang gadis itu menariknya semakin dekat. Tak hanya Vana yang terkejut tapi juga para pelayan yang seketika memalingkan muka atau menundukan pandangan agar tak menyaksiksan apa yang terjadi. Itu sudah menjadi aturan yang Fandra tetapkan.Ada yang aneh dari Fandra. Kening Vana mengerut, dia merasakannya. Napas teratur yang sedikit berat itu seolah menahan bongkahan perasaan yang menghantam pria itu. Namun V

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04

Bab terbaru

  • Calon Istri Tuan Muda   108. (Akhir) Kau Milikku

    Sudah hampir satu bulan sejak Fandra pergi ke Jepang untuk urusan bisnisnya ternyata masalahnya rumit sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengurusnya. Ayah Fandra juga turut pergi satu minggu lalu untuk membantu karena masalahnya semakin besar membuat semua jadi khawatir.Cuaca belakangan ini tidak tentu, hujan deras turun dengan guntur dan kilat padahal siang masih berlangsung tapi hujan sudah turun. Keluarga Alatas menjadi resah tapi mereka saling menguatkan satu sama lain, mendoakan yang sedang berada di luar rumah.Hari ini pagi cerah, tapi saat siang hari mendung berat, langit gelap dengan gemuruh yang terdengar keras. Angin kencang pun tak mau tertinggal menyemarakkan badai yang hendak turun.Dengan semua kabar cuaca yang buruk itu membuat Vana menjadi tak tenang. Fandra tidak bisa dihubungi dua hari ini karena sibuk sekali. Ayah sempat mengabari kalau mereka akan lembur beberapa hari agar masalah segera beres.Vana tidak tahu apapun jadi hanya bisa mendukung saja dan mend

  • Calon Istri Tuan Muda   107. Arzal Pamit

    Tiga hari sejak kejadian itu, Vana jarang sekali keluar dan lebih menghabiskan waktunya di rumah Fandra. Dia punya hobi baru sekarang, melakukan banyak hal seperti merangkai bunga, membuat kerajinan dan lain sebagainya. Fandra sibuk dengan pekerjaannya hingga jarang sekali dihubungi, karena Vana tidak ingin menganggu maka pria itulah yang menghubunginya.Vana sudah menjadi bagian dari keluarga besar itu, dan calon istri Fandra jadi dia bisa bebas ke manapun dia mau di gedung selatan itu. Namun, Fandra tidak mengizinkan Vana untuk ke rumah pondok itu.“Vana, kau sibuk?” Heda datang menghampiri.Apa yang terjadi di hotel itu hanya diketahui beberapa orang saja. Fandra membungkam wartawan yang Asheila bawa itu, dan Asheila sendiri sudah pergi lagi. Dua bodyguard yang ditugaskan Fandra pun tidak akan membicarakan masalah itu, hanya Heda dan Gavian yang mengetahuinya lagi, serta Arzal. Yang lain, terutama keluarga Alatas tidak ada yang tahu.“Tidak. Kenapa?” tanya Vana sambil berbalik meng

  • Calon Istri Tuan Muda   106. Tidak Ada Lagi Kesempatan

    Vana tampak kelehan, dan berbaring di ranjang yang berantakan.Entah berapa tempat yang mereka jamah, dan memberantakannya bahkan kamar mandi pun tak luput dari mereka.“Kau akan kesakitan saat bangunan nanti.”Vana merespon pelan.“Aku tahu. Tapi, aku tidak bisa … kenapa kau di sini?” tanya Vana lemah.“Aku tidak mungkin meninggalkanmu dengan masalah besar, bukan?”“Ya. Namun, bagaimana kau?” Vana tampak tak berdaya, dia lemah sekarang setelah energinya terkuras habis untuk bergelut dengan pria itu.“Kau akan tahu saat sadar sepenuhnya. Jadi sekarang, tidurlah. Kau pasti lelah,” katanya sambil mengusap kepala Vana dan mendaratkan kecupan di dahi gadis itu.“Kau akan pergi bukan?”“Ya, setelah ini,” jawabnya.“Cepatlah kembali. Aku akan menunggu.”“Tentu. Istirahatlah di sini. Sahabatmu akan menjemput besok. Ibu akan menjagamu sampai aku kembali. Jangan pernah keluar lagi dengan pria lain.”Vana mengangguk. Kedua matanya tampak berat untuk terbuka tapi dia masih mengenali suara itu.“

  • Calon Istri Tuan Muda   105. Yang Direncanakan

    “Fandra?” Vana memanggil sambil mencari pria itu.Fandra muncul tak lama kemudian.“Ya?” Fandra menyahut. “Ada apa?”“Tidak. Aku pikir kau ke mana. Bukannya kau ingin mengatakan sesuatu padaku, apa itu?” tanya Vana kemudian sambil menatap pria itu yang justru menghindar.“Kau mau melihat sekitar?” tanya Fandra, mengalihkan.“Nanti,” jawab Vana sadar kalau Fandra menghindarinya. “Katakanlah, selagi aku bisa mendengarkannya dengan baik,” kata gadis itu mendesak Fandra.Meskipun ragu, pria itu akhirnya menatap Vana.“Aku akan pergi dinas,” ungkap Fandra akhirnya.Vana tak merespon, membiarkan Fandra kembali menyampaikan sisanya.“Ke Jepang, selama dua minggu,” lanjutnya dan masih menatap Vana, mengawasi ekspresi gadis itu.“Itu saja?” tanya Vana tampak tenang.Kedua alis Fandra terangkat, sedikit heran dengan tanggapan yang gadis itu berikan. Fandra berpikir Vana mungkin akan marah, sedih, atau hal lainnya lagi. Namun ternyata, gadis itu cukup tenang untuk merespon.“Ya,” jawab Fandra si

  • Calon Istri Tuan Muda   104. Rumah Pondok Itu

    Setelah hari pertunangan itu Asheila menemui Arzal di tempat pria itu sering berada. Asheila mencari tahu lebih dulu tentang pria itu sebelumnya, dan kini duduk anggun di salah satu kursi café milik Arzal.Dengan senyum puas menghiasi bibir, dan rencana yang telah disusun. Asheila yakin semua akan berhasil sesuai dengan prediksinya bila bekerjasama dengan Arzal. Ashelia pikir bisa mengendalikan pria itu, dan membawa ke sisinya lalu menggunakannya untuk merebut Vana dari Fandra, maka dengan begitu Fandra akan kembali padanya.“Maaf membuatmu menunggu,” suara Arzal membuat Asheila menolehkan kepala.“Tidak apa-apa. Aku sudah menunggumu, duduklah,” ujar Asheila.Sesaat Arzal diam, firasatnya tak enak, menatap wanita di depannya beberapa saat. Tentu saja, Arzal sedikit mengenali Asheila yang ditemuinya di acara Vana dan Fandra tapi Arzal tidak tahu hubungan antara wanita itu dan Fandra.Masih tetap membentuk senyuman di bibir, Asleila menunggu respon dari Arzal dengan perasaan tak sabar.

  • Calon Istri Tuan Muda   103. Resmi Menjadi Sepasang Kekasih

    Setelah serangkaian sambutan, mereka akhirnya bertukar cincin. Fandra memasangkannya di jari manis Vana, memperhatikannya beberapa saat. Gema tepuk tangan memenuhi ruangan. Giliran Vana memasangkan cincinnya di jari manis tangan kiri Fandra. Para hadirin bersorak, menyampaikan bahagianya dan mengucapkan selamat atas pertunangan itu, mereka kini resmi menjadi sepasang kekasih yang membuat iri banyak pihak.Vana memeluk ibunya begitu sesi tukar cincin berakhir dan para tamu undangan bergantian memberinya selamat. Fandra ditarik menjauh oleh Arvan dan bergabung dengan Gavian sedangkan Vana bersama keluarganya, ibu serta nenek mengelilinginya. Ada nenek dan kakek Gavian juga di sana menyampaikan bahagia dan harunya pada Vana serta mendoakannya yang terbaik.“Aku senang akhirnya kamu menjadi bagian dari keluarga ini dan membuat Xu Mei tenang,” kata nenek Gavian sembari mengusap lengan Vana.“Terima kasih atas hadirnya, Nenek, dan mendoakan yang terbaik untukku. Semoga doa baik kembali pada

  • Calon Istri Tuan Muda   102. Sang Putri

    Ruang ballroom yang tadinya luas, hanya ada dekorasi di sisi ruangan kini tampak megah dengan kursi dan meja, altar, dan panggung, serta pernah pernik yang menghiasi ruangan luas di mansion Alatas itu. Kali ini ruangan tersebut hampir penuh sesak oleh tamu undangan yang hadir, meskipun hanya mengundang kalangan atas, tetap saja banyak.Fandra menunggu bersama keluarganya sembari mendengarkan MC yang membuat sambutan sesuai dengan urutannya. Xu Mei, wanita tua berdarah China itu tampak anggun, diapit oleh menantu dan putra tersayangnya, mereka bak raja dan ratu serta ibu suri yang duduk satu meja bersama pangerannya. Alifika juga ada di sana, di meja yang sama dengan orang tua serta ibunya Vana. Wanita itu sama anggunnya seperti Diana yang duduk di sampingnya.Para tamu undangan itu tampak berseri- seri, ikut gugup menunggu sang putri yang wajahnya masih rahasia, hanya namanya yang tertera di kartu undangan. Semua orang dibuat penasaran, secantik apa dia? Sehebat apa latarnya sehingga

  • Calon Istri Tuan Muda   101. Acara Besar

    Hari besar itu akhirnya tiba juga. Acara akan dilaksanakan pada malam hari, tapi ketika senja menjadi latar di barat sana Vana sudah di dalam kamarnya, tidak boleh kelaur dan Fandra dilarang menemuinya sejak pagi, bahkan mungkin kemarin malam. Meski begitu, Fandra beberapa kali ingin menemuinya, tak melihat gadis itu rasanya aneh baginya.Alifika dan keluarga lainnya memaksa Fandra untuk pindah ke bagunan lain, dan mereka menahannya di kamar sang nenek. Di sanalah dia berganti baju, sedangkan Vana tetap di kamarnya, sibuk dengan para perias, bahkan ponselnya tak bisa dia mainkan. Hanya para wanita yang boleh datang untuk melihatnya, Fandra tidak boleh. Tampilan Vana akan menjadi kejutan juga untuknya.“Kau yang bertunangan kenapa aku yang gugup,” ujar Sabina yang datang lebih awal bersama Angela untuk menemani Vana.“Iya nih. Bener-benar gila rasanya,” timpal Angela yang duduk di samping Sabina sementara Vana di sofa usai merias wajah dan mengenakan gaun untuk pertunangannya hari ini

  • Calon Istri Tuan Muda   100. Tak Ingin Menjauh

    Matahari sudah di ufuk barat ketika Fandra akhirnya tiba di rumah. Dia pergi menenangkan dirinya lebih dulu sebelum kembali karena kalau sampai neneknya tahu, dia pasti akan dalam bahaya.Memarkirkan mobilnya sebaik mungkin. Saat senja seperti ini biasanya sang nenek bersantai di teras kediamannya menikmati matahari tenggelam yang terasa hangat. Para pekerja sedang sibuk beralu lalang, semua dipercayakan pada orang lain yang mengurus dekorasi dalam pengawasan sang ibu dan kakaknya.“Kau kembali,” sapa Alifika yang kebetulan berada di ballroom untuk mengecek dekorasi.Sempat Fandra terkejut, tapi dia kemudian bersikap biasa saja melihat sang kakak tengah sibuk dengan kertas di tangannya, mencatat apa yang sudah dan belum selesai di kerjakan.“Ya,” jawabnya singkat.Alifika mengangkat wajahnya dan menatap sang adik beberapa saat lalu menepuk bahunya sebelum

DMCA.com Protection Status