Home / Romansa / ISTRI 365 HARI / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of ISTRI 365 HARI: Chapter 81 - Chapter 90

110 Chapters

Move In To LA

Berat langkah Kara meninggalkan Desa Giethoorn, meninggalkan Eline yang masih berduka. Tapi ia dan Bagas sudah memperpanjang kunjungan mereka sampai satu minggu lamanya, bukannya tidak ingin menemani Eline, tapi ada pekerjaan yang menanti Bagas di California. Rasa sedih ditambah hormon kehamilan membuat Kara terus menerus menangis saat berpamitan dengan Eline. Kara berjanji pada Eline, jika semuanya sudah berjalan dengan baik, ia dan Bagas akan datang lagi untuk berkunjung. "Eline, jaga kesehatanmu ya, jika ada apa-apa hubungi saja saya atau Bagas, kami dengan senang hati akan membantu,"' ucap Kara setengah tersedu. Eline memeluk Kara hangat, "Terimakasih nak, hati-hati di jalan, tetaplah saling mencintai satu sama lain, jika bukan kalian yang memperjuangkan cinta kalian, siapa lagi yang akan memperjuangkan?" nasihat Eline membuat hati Kara menghangat. Kali terakhir Bagas memeluk Eline hangat, setelah itu mereka melompat ke atas speed boat yang akan membawa mereka menuju ke gerbang
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Si Wanita Baju Seksi

Kara terbangun pagi hari dengan suasana hati yang berbeda. Ia terbangun di atas tempat tidur baru dan di negara yang baru, Amerika. Di sebelahnya Bagas masih tertidur pulas, pantas saja, jam masih menunjukkan pukul 6.00 pagi. Kara yang over excited tak dapat memejamkan matanya lagi. Ia tidak sabar mencoba dapur barunya yang baru tadi malam ia isi sendiri dengan perlengkapan masak yang dibelinya di IKEA. Setelah melakukan rutinitas di kamar mandi, Kara beranjak ke dapur, ia tersenyum kecil sambil memeriksa panci-panci dan piring-piring baru yang masih mengkilap. Astaga, kemarin mereka belum sempat belanja kebutuhan dapur, bagaimana Kara akan memasak! Kara membuka kesal dengan wajah muram, padahal perutnya sudah terasa lapar sekali. Ia membuka website, mencari supermarket yang buka, tak ada. Hampir seluruh supermarket buka pada pukul 9.00 atau 10.00 pagi. Namun tiba-tiba Kara teringat di depan Apartemen ada sebuah mini market yang buka 24 jam. Dengan perlahan Kara membuka dompet, meng
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Bad Day

"Oh iya Kar, saya lupa kenalin kamu ke Yumi, Yumi this is Kara, Kara this is Yumi," tukas Bagas saat mereka sudah siap menuju restoran untuk makan siang bersama. Kara tersenyum terpaksa kepada Yumi, sementara Yumi tersenyum sangat manis membuat Kara merasa sangat mual. Setelah itu mereka bersama-sama berjalan menuju restoran tempat seluruh tim akan makan siang bersama. Terdapat kurang lebih 16 orang di dalam Tim BAGGG, mereka berjalan beriringan sambil mengobrol. Kesalnya Kara setiap kali dia akan berbicara kepada Bagas, Yumi selalu menyela dan berbicara tentang pekerjaan. Akhirnya Kara hanya berdiam diri karena merasa tak mengerti apa yang mereka semua bicarakan. Sepuluh menit berjalan, akhirnya mereka sampai di sebuah restoran Jepang terkemuka. Bagas membukakan pintu untuk Kara, Kara masuk ke dalam restoran lalu menoleh ke belakang dan merasa kesal saat Bagas masih menahan pintu untuk Yumi dan beberapa staf perempuan lainnya. "Kar, kamu mau makan apa?" tanya Bagas setelah mereka
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Mama Bagas Di LA?

Pukul 9.00 malam, Bagas belum juga pulang. Kara yang sudah susah payah memasak makan malam dengan melihat tutorial di YouTube merasa sangat kesal. Sejak tadi pesannya belum di balas oleh Bagas, ada keinginan untuk menelepon, tapi Kara takut jika Bagas menganggapnya posesif. Kara duduk di meja makan menatap dua porsi grill salmon dengan baked potato dan saus lemon yang terlihat sangat menggoda. Dengan gusar Kara menelepon Bagas, masih juga tak di angkat. Ia mengelus perutnya yang mulai kelaparan, karena tak tahan Kara memutuskan untuk memakan sebuah apel ukuran besar. Sambil menunggu Bagas Kara menyalakan TV dan menonton tayangan serial TV secara acak sampai tak sadar jika tiba-tiba saja ia tertidur dengan posisi setengah duduk. "Kar, Karaaa," Bagas menepuk pipi Kara pelan. Kara membuka matanya dan terkejut saat mendapati Bagas susah berada di hadapannya. Ia melirik jam di dinding, pukul 11.00 malam. Kara beranjak duduk dan diam saja karena merasa sangat kesal. "Maaf ya Kar, tadi m
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Meminta Untuk Kembali

Kara duduk dan menunduk sambil menatap jemari kakinya yang pucat. Di depannya Mama Bagas sedang menatapnya dengan seksama, entah apa yang ada di kepalanya. "Bagas pulang jam berapa?" tanya Mama Bagas datar. Kara berdehem pelan, entah mengapa sejak tadi seperti ada tulang yang tersangkut di tenggorokan Kara, mungkin karena ia terlalu nervous. "Sebentar lagi Ma, tadi saya udah telepon Bagas," jawab Kara pelan. "Diminum dulu Ma teh nya," tukas Kara tanpa berani menatap mata Mama mertuanya. Kara bisa membayangkan Mama Bagas akan mendengus, tapi ternyata Mama Bagas tetap mengangkat cangkir dan menyeruputnya pelan, membuat Kara menghembuskan nafas dengan lega. Rasanya Kara ingin bertanya bagaimana bisa Mama tiba-tiba muncul di LA, tapi membuka mulut saja Kara tak berani. Ia memilih diam saja sambil sesekali melirik jam, berharap Bagas segara datang dan membebaskannya dari kecanggungan ini. Tuhan menjawab doa Kara, beberapa menit kemudian pintu depan terdengar dibuka. Langkah kaki yang ak
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Tertangkap Basah

"Bagas, uang untuk bayar hutang ke Papa kapan cairnya?" tanya Kara saat mereka sedang sarapan pagi. Kali ini Kara membuat English Breakfast yang berupa toast bread dengan telur mata sapi, beef bacon dan sosis. "Tiga hari lagi Kar, kemarin saya udah cek ke bagian finance PIMCO memang ada sedikit kendala karena masalah kontrak kerja sama dan lain sebagainya," jawab Bagas dengan mulut penuh dengan roti. Kara manggut-manggut, "Oh iya Gas, saya mesti check up kandungan nih," ujar Kara seraya mengelus perutnya dengan lembut. "Astaga! Iya dong! Kamu udah coba browsing Obgyn yang bagus di sekitar sini?" tanya Bagas antusias. Kara mengangguk, "Udah! Tapi belum final sih, masih searching nyari yang paling bagus! Tapi kamu harus temenin loh!" seru Kara setengah melotot. "Pasti dong!" sahut Bagas seraya mengacungkan ibu jarinya. "Kamu hari ini mau ngapain aja?" tanya Bagas seraya mengenakan jaketnya. "Belum tau, paling nulis, kalau bosen palingan jalan-jalan aja di deket sini," jawab Kara lalu
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Misi Penyelamatan

Kara menggigit bibir dan menundukkan kepalanya. Ia tak berani beradu pandang dengan Bagas. "Kar?" tanya Bagas pelan. Kara mendongak, "Iya, tadi saya mau buka HP kamu, tapi gak jadi karena kamu keburu datang," jawab Kara dengan wajah kikuk. Bagas memiringkan kepalanya, "Kenapa? Kamu mulai gak percaya sama saya?" tanya Bagas dengan mata yang terus menatap Kara dalam. Kara menggeleng, "Gak gitu Gas, saya cuma penasaran aja sama isi HP kamu, bukan berarti saya gak percaya," tukas Kara yang bingung harus menjawab apa, karena sebenarnya jauh di lubuk hatinya ada rasa 'insecure' pada dirinya yang akhirnya membuat Kara tidak terlalu percaya terhadap suaminya sendiri. Bagas mengulurkan ponselnya pada Kara, "Ini, kamu mau liat isinya?" ujar Bagas nyaris tanpa amarah. Kara terkejut melihat reaksi Bagas, ia jadi kehilangan selera untuk melihat isi ponsel Bagas. Kara menggeleng pelan, "Gak jadi," sahut Kara pelan. "Yakin?" tanya Bagas setengah menggoda. Kara mengangguk pelan. Bagas menyimpan ke
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Bom Waktu Yang Meledak

"Selamat datang Bu Kara, silahkan kamar Ibu di sebelah ini," tukas seorang kepala pelayan saat Kara muncul di depan pintu. Di belakang Kara dua orang body guard terlatih mengikuti. Pagi tadi Bagas dan Mamanya bergegas menuju ke rumah sakit segera setelah mereka mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Bagas meminta Kara untuk menunggu di rumah karena tak ingin Kara kelelahan. Mama Bagas yang sudah berjanji akan melindungi Kara dan calon cucunya, mengutus dua orang bodyguard untuk mengawal Kara selama 24 jam. "Silahkan Ibu," ujar kepala pelayan tersebut setelah pintu kamar terbuka. Kara masuk dengan ragu-ragu, ia masih belum terbiasa dengan semua pelayanan ini karena selama ini walaupun sudah menikah dengan Bagas ia terbiasa melakukan segala sesuatunya seorang diri. "Saya Frida Bu, kepala pelayan disini. Jika ada apa-apa Ibu bisa panggil saya, cukup tekan interkom nomor lima ya bu. Kemarin Bu Hera juga sudah meminta saya untuk belanja beberapa keperluan Ibu, semuanya ada di dalam kloset,
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

My Mother In-Law Is Back

Pagi hari yang berbeda, Kara tak pernah menyangka jika kehidupannya bisa berubah menjadi seperti roller coaster setelah menikah dengan Bagas. Sebelumnya kehidupannya datar-datar dan biasa saja. Tak ada yang istimewa, sampai pada waktu Papanya datang dan berkata padanya bahwa ia memiliki hutang seratus milyar yang harus segera dibayarkan. Sejak itulah semua berubah bagi Kara. Perubahan hidup yang membawanya sampai di titik ini. Rasanya baru beberapa bulan lalu Kara dan Bagas terusir dari Penthouse, pindah ke sebuah rumah mungil yang hanya beberapa bulan mereka tinggali, lalu pindah ke Los Angeles dan berakhir di sini, di rumah orang tua Bagas. Entah kemajuan atau malah kemunduran. "Hari ini kamu mau kemana?" tanya Kara pada Bagas yang sedang menikmati secangkir kopi. "Saya ada meeting dengan tim pengacara dan Pak Indra jam satu nanti," jawab Bagas setelah meletakkan kembali cangkirnya di atas meja. "Pak Indra? Who?" tanya Kara yang tak pernah mendengar nama itu. "Dia tangan kanan P
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Welcome Back, Kara!

"Ini janinnya ya bu, sekarang perkiraan usia kandungan Ibu sudah tujuh belas minggu, panjangnya tiga belas senti, sekarang organ telinganya sudah hampir sempurna jadi mulai bisa mendengar suara, mau dengar detak jantungnya?" tanya dokter Nuvi sambil menggerakkan alat USG di atas perut Kara. Kara dan Bagas saling tatap lalu mengangguk, "Iya dok," jawab mereka kompak. Dokter Nuvi menggoyang-goyangkan alat USG nya selama beberapa saat untuk mencari jantung si jabang bayi. Tak lama kemudian suara detak jantung dengan ritme yang cepat terdengar nyaring dari mesin USG. Hati Kara sangat tersentuh, tanpa ia sadari airmatanya sudah mengalir deras. Kara menangis haru, di sebelahnya Bagas tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Bayi kita sehat Kar," bisik Bagas yang langsung membuat Kara tersenyum di tengah tangis harunya. "Kamu maunya anak kita cewek atau cowok?" tanya Kara, saat itu mereka sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka menuju ke Royal Hospital, tempat Papa sedang dirawat
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status