All Chapters of Wanita Sang Presdir: Chapter 101 - Chapter 110
212 Chapters
Siapa Wanita Itu?
"Nath, menurutmu apa yang akan terjadi jika kita ke rumah papa?" tanya Angeline yang sedang menikmati rasa aman berada dalam pelukan Nathan. "Selalu ada dua kemungkinan, baik atau buruk. Sulit untuk ditebak mana yang lebih dominan, maka kamu harus siap mental untuk keduanya." "Perlukah? Aku 'kan tidak menetap di sana?" Nathan tersenyum, "Kamu belum mengenal papamu, Baby Girl. Demikian juga situasi keluarga besarnya. Memang benar, kita tidak akan lama di sana, jadi kemungkinan kita tidak akan melihat wajah asli mereka. Namun, tidak ada salahnya berjaga-jaga." Angeline tertegun, "Memangnya papaku kenapa?" "Hmm ... Sebaiknya kita tidur sekarang kalau besok mau bangun pagi." Nathan mencium leher wanitanya dari belakang. "Ih, jawab dulu pertanyaanku," cetus Angeline. "Besok saja." "Nathan. Kamu curang." "Ini disebut memenangkan negosiasi." "Negosiasi apaan?? Itu mah mengakhiri secara sepihak," protes Angeline. "Energimu masih banyak?" Ang
Read more
Dua Garis!
Suasana tegang terasa pekat di dalam ruangan Nathan. Mereka berdua tengah duduk tegak di hadapan laptop, menunggu seseorang menjawab video call. Saking gelisahnya Angeline menarik-narik lengan kemeja Nathan sampai kusut. "Mungkin mereka belum sampai?" tanya Angeline. "Tidak mungkin. Pesawat jet pribadi lebih cepat dari penerbangan konvensional," sahut Nathan. Angeline mengerucutkan bibir sambil menatap layar yang masih hitam. Kalau bisa bicara laptop Nathan pasti akan protes karena salah tingkah dipelototi sedemikian rupa. Setelah beberapa menit yang menegangkan akhirnya muncul gambar di layar. "Angel, aku sudah baca pesan singkatmu. Kalian menangkap orangnya?" tanya Gabriel tanpa berbasa-basi. "Tidak. Dia berhasil kabur. Papa tahu siapa dia?" Diam sesaat. "Papa, logat bicaranya persis kalian," desak Angeline. "Nathan, kamu bisa menjamin keselamatan Angeline?" Alih-alih menjawab pertanyaan Angeline, Gabriel malah bertanya pada Nathan. "Tidak
Read more
Jack dan Rose
Angeline berjuang menahan rasa kantuk. Tidak disangka Nathan akan benar-benar menariknya ikut meeting sebagai perwujudan atas janji untuk melindungi istri dan anak dalam kandungan. Sumpah, meeting yang tidak terlalu dipahami ini benar-benar membosankan. Angeline heran kenapa Nathan bisa tetap serius mendengar presentasi para manager. Oh, Nathan juga serius memotong presentasi-presentasi itu karena sudah bisa menebak kesimpulan akhir. Para manager yang malang hanya bisa meringis cemas. Penasaran, Angeline menjulurkan kaki ke sebelah untuk menyentuh kaki Nathan. Lelaki itu menoleh sekilas tanpa menunjukkan ekspresi. Jantung Angeline berdebar karena wajah Nathan yang serius terlihat menyeramkan. Namun, diam-diam lelaki itu memindahkan tangan ke bawah meja untuk menggenggam tangannya. Angeline menahan senyum. Jangan sampai peserta meeting menyadari ada hal aneh yang terjadi. Meeting yang seharusnya berjalan lebih lama dipersingkat menjadi satu setengah jam saja. Nathan tid
Read more
Penyusup
"Tunggu, kamu ngapain?" "Meringankan bebanmu, Baby Girl." Dengan cueknya Nathan membopong Angeline keluar dari ruangan Presiden Direktur. Cindy yang sedang merapikan meja dan bersiap turun ke kantin untuk makan siang tercengang melihat Bos Besar berperilaku seperti pengantin baru. Dia menahan senyum melihat wajah Angeline yang salah tingkah. "Uhm ... aku masih bisa jalan sendiri loh?" protes Angeline. "Kamu sudah terlalu banyak berdiri dan berjalan hari ini. Saatnya istirahat." Nathan masuk ke lift diikuti dua orang pengawal pribadi. "Tapi—" "Aku tidak peduli kata orang." Nathan tersenyum. Angeline merengut, "Sebal." "Kenapa sebal?" "Pokoknya sebal saja." Angeline melengos. "Jangan berpikir negatif, Baby Girl. Kasihan anak kita." "Iya, aku tahu. Habisnya kamu ...." Pintu lift terbuka di lantai dasar. Presiden Direktur yang berjalan santai dengan sang istri dalam gendongannya menarik perhatian semua orang. Kapan lagi bisa melihat keja
Read more
Menggagalkan Penculikan
"Tidak perlu menggertak, Honey. Semua orang tahu kau tidak akan membiarkan wanitamu tercinta terluka sedikit pun." Rose meletakkan tangan di perut Angeline dan menambah, "Apalagi sampai menyakiti makhluk kecil ini." Nathan menggertakkan gigi. Memang benar apa kata mereka. Posisinya lemah karena Angeline ada di tangan lawan. Dengan pisau yang menempel di leher wanitanya, Nathan tidak akan bisa melakukan banyak hal. "Urusan kami bukan denganmu. Asalkan Gabriel mendengar perkataan Tuan Besar, putrinya akan selamat," kata Jack. "Jangan harap aku akan melepas kalian, Bajingan!" geram Nathan. "Yeah, of course." Rose terkikik genit. Para pengawal pribadi sudah berjaga di sekeliling pasangan penyandera Angeline. Semua orang menjaga jarak mengikuti pergerakan Rose dan Jack yang berjalan santai ke arah lift. Nathan menempel ketat sambil mencari celah. Dia tidak boleh salah langkah atau Angeline akan menjadi korban. "Okay then. Nice to meet you all," ucap Rose begitu
Read more
Kebenaran
Sabtu pagi dokter memutuskan bahwa Angeline sudah boleh pulang. Flek yang terjadi tidak membahayakan kandungan, sudah berkurang banyak setelah mengkonsumsi obat penguat kandungan dan istirahat total selama dua malam. Betapa bahagianya Angeline dan Nathan mengetahui krisis telah berlalu. "Oh, by the way apa yang terjadi dengan dua orang yang mencoba menculikku? Mereka masih ...." Angeline bertanya dengan hati-hati. "Jangan khawatir, mereka masih hidup. Aku tidak sekejam itu, Baby Girl. Aku sudah bukan ... maksudku, hidup harus berubah," ujar Nathan yang sedari mereka meninggalkan rumah sakit tidak mau membiarkan Angeline turun dari pangkuannya. "Syukurlah. Memangnya kamu apakan sih?" "Hanya memberi sedikit pelajaran." "Ukuran sedikitmu seperti apa?" Nathan mengecup kening si wanita dan berkata, "You don't want to know." Angeline pun tidak bertanya lebih banyak lagi. Memang benar, Nathan tidak berbuat lebih dari mematahkan tangan atau kaki. Bahkan Ros
Read more
Mencari Rumah
Kebosanan maksimal membuat Angeline mencari channel tanpa tujuan. Matanya menatap layar televisi LED empat puluh inci yang dipasang Nathan di dinding kamar sejak bulan lalu. Sesekali dia melirik ke lelaki yang duduk memangku laptop di sebelahnya. "Sedang apa, Nath?" tanya Angeline. "Mencari rekomendasi perumahan yang bagus, aman dan tidak terlalu jauh dari sini untuk ayah mertuaku," jawab Nathan. "Oh, akhirnya papa mau juga?" Angeline bersandar sepenuhnya pada Nathan agar dapat melihat layar laptop. "Tidak menyangka, kan? Aku masih ahli membujuk orang. Jika dia akan sering berkunjung memang lebih baik memiliki properti sendiri, daripada menyewa apartemen selama beberapa minggu." Nathan mengecup dahi Angeline. "Setuju. Aku juga bisa berkunjung kalau sedang bosan," ujar Angeline. "Kita berdua," koreksi Nathan. Angeline tertawa, "Oke, kita berdua." "Butuh waktu satu bulan untuk membuat papamu mau membeli properti di Jakarta. Mungkin akan butuh waktu se
Read more
Bab Baru Kehidupan
Tengah malam di penthouse ... "Nathan!! Nath, bangun!!" "Ugh ... what? Ada apa?" Nathan memicingkan matanya yang silau terkena cahaya lampu. "Aku pecah ketuban!!" Wajah Angeline menggambarkan kepanikan luar biasa. Dia cemas dengan keadaan bayi dalam kandungan. Lelaki yang mengantuk itu seketika menjadi segar bugar, "Shit! Mendadak??" "Kita harus segera ke rumah sakit!" Setelah berpakaian seadanya dan menyambar tas perlengkapan persalinan yang untungnya sudah dipersiapkan sejak minggu lalu, Nathan membopong Angeline turun ke basement. Dalam perjalanan Angeline menelepon Gabriel yang—lagi-lagi untungnya—sedang berada di Jakarta. Tiba di rumah sakit Angeline segera dibawa ke bangsal persalinan. Pemeriksaan menyeluruh dilakukan oleh para perawat berpengalaman. Nathan mendampingi sepanjang pemeriksaan dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan perawat. "Maaf, Pak, ada ayahnya Ibu Angeline baru datang dan mau masuk melihat keadaan. Tapi tidak boleh ada d
Read more
Rekonsiliasi
"Nath, tolong gendong Rafa sebentar. Aku mau ke kamar mandi." Angeline menyerahkan bayinya kepada sang suami yang sedang memperhatikan laptop. "Kemari." Nathan segera mengambil Rafael dari tangan Angeline. Wanita itu pun segera berlari ke kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alam yang dia tahan sejak lima menit lalu. Dengan Rafael di lengannya, Nathan berjalan perlahan ke jendela. Sepasang mata bulat bayi berusia tiga bulan itu menatap ayahnya penuh rasa ingin tahu. Tangan kecilnya menggapai dan menyentuh wajah Nathan. "Cepat besar ... Papa sudah bosan sparring dengan mamamu," gumam Nathan. Seolah memahami perkataan Nathan si bayi mengeluarkan suara tawa yang menggemaskan. "Ugh, lega sekali." Angeline keluar dari kamar mandi. Nathan menoleh sekilas kemudian kembali memperhatikan bayi dalam gendongan. Angeline menghampiri kedua lelaki yang dicintainya. "Aku tidak keberatan kalau kamu mau gendong dia lebih lama." Angeline tersenyum. Dia bergelayut
Read more
Baby Blues
Tengah malam ketika semua makhluk di muka bumi sudah terlelap ... Kegelisahan menyergap Angeline. Kedua tangannya mencengkeram sprei, pikirannya dipenuhi berbagai hal negatif. Kepalanya tertunduk menatap kedua ujung kaki yang menggantung dari tepi tempat tidur. Dia memandangi bayi mungil yang tidur nyenyak di boks bayi tanpa perasaan sedikit pun. "Maafkan Mama, Nak ...," bisiknya teramat pelan sampai nyaris tak terdengar. Setitik air mata jatuh di wajah Angeline, disusul titik-titik berikutnya. Rasa lelah yang teramat sangat berpadu dengan ketidakberdayaan membawa wanita itu pada perasaan gagal menjadi ibu yang baik. Angeline mendekap mulut agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengusik Nathan maupun Rafael. Perasaan ini biarlah dia sendiri yang menanggung. Jika Nathan tahu ... Ah, jangan sampai Nathan tahu. Lelaki itu sudah memiliki banyak beban di pundaknya. Mendengar suara gumaman Nathan, Angeline cepat-cepat mengusap air mata. Hati-hati sekali dia menyusu
Read more
PREV
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status