Share

Dua Garis!

Penulis: Giovanna Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-27 11:04:30

Suasana tegang terasa pekat di dalam ruangan Nathan. Mereka berdua tengah duduk tegak di hadapan laptop, menunggu seseorang menjawab video call. Saking gelisahnya Angeline menarik-narik lengan kemeja Nathan sampai kusut.

"Mungkin mereka belum sampai?" tanya Angeline.

"Tidak mungkin. Pesawat jet pribadi lebih cepat dari penerbangan konvensional," sahut Nathan.

Angeline mengerucutkan bibir sambil menatap layar yang masih hitam. Kalau bisa bicara laptop Nathan pasti akan protes karena salah tingkah dipelototi sedemikian rupa.

Setelah beberapa menit yang menegangkan akhirnya muncul gambar di layar.

"Angel, aku sudah baca pesan singkatmu. Kalian menangkap orangnya?" tanya Gabriel tanpa berbasa-basi.

"Tidak. Dia berhasil kabur. Papa tahu siapa dia?"

Diam sesaat.

"Papa, logat bicaranya persis kalian," desak Angeline.

"Nathan, kamu bisa menjamin keselamatan Angeline?" Alih-alih menjawab pertanyaan Angeline, Gabriel malah bertanya pada Nathan.

"Tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Sang Presdir   Jack dan Rose

    Angeline berjuang menahan rasa kantuk. Tidak disangka Nathan akan benar-benar menariknya ikut meeting sebagai perwujudan atas janji untuk melindungi istri dan anak dalam kandungan. Sumpah, meeting yang tidak terlalu dipahami ini benar-benar membosankan. Angeline heran kenapa Nathan bisa tetap serius mendengar presentasi para manager. Oh, Nathan juga serius memotong presentasi-presentasi itu karena sudah bisa menebak kesimpulan akhir. Para manager yang malang hanya bisa meringis cemas. Penasaran, Angeline menjulurkan kaki ke sebelah untuk menyentuh kaki Nathan. Lelaki itu menoleh sekilas tanpa menunjukkan ekspresi. Jantung Angeline berdebar karena wajah Nathan yang serius terlihat menyeramkan. Namun, diam-diam lelaki itu memindahkan tangan ke bawah meja untuk menggenggam tangannya. Angeline menahan senyum. Jangan sampai peserta meeting menyadari ada hal aneh yang terjadi. Meeting yang seharusnya berjalan lebih lama dipersingkat menjadi satu setengah jam saja. Nathan tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Wanita Sang Presdir   Penyusup

    "Tunggu, kamu ngapain?" "Meringankan bebanmu, Baby Girl." Dengan cueknya Nathan membopong Angeline keluar dari ruangan Presiden Direktur. Cindy yang sedang merapikan meja dan bersiap turun ke kantin untuk makan siang tercengang melihat Bos Besar berperilaku seperti pengantin baru. Dia menahan senyum melihat wajah Angeline yang salah tingkah. "Uhm ... aku masih bisa jalan sendiri loh?" protes Angeline. "Kamu sudah terlalu banyak berdiri dan berjalan hari ini. Saatnya istirahat." Nathan masuk ke lift diikuti dua orang pengawal pribadi. "Tapi—" "Aku tidak peduli kata orang." Nathan tersenyum. Angeline merengut, "Sebal." "Kenapa sebal?" "Pokoknya sebal saja." Angeline melengos. "Jangan berpikir negatif, Baby Girl. Kasihan anak kita." "Iya, aku tahu. Habisnya kamu ...." Pintu lift terbuka di lantai dasar. Presiden Direktur yang berjalan santai dengan sang istri dalam gendongannya menarik perhatian semua orang. Kapan lagi bisa melihat keja

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28
  • Wanita Sang Presdir   Menggagalkan Penculikan

    "Tidak perlu menggertak, Honey. Semua orang tahu kau tidak akan membiarkan wanitamu tercinta terluka sedikit pun." Rose meletakkan tangan di perut Angeline dan menambah, "Apalagi sampai menyakiti makhluk kecil ini." Nathan menggertakkan gigi. Memang benar apa kata mereka. Posisinya lemah karena Angeline ada di tangan lawan. Dengan pisau yang menempel di leher wanitanya, Nathan tidak akan bisa melakukan banyak hal. "Urusan kami bukan denganmu. Asalkan Gabriel mendengar perkataan Tuan Besar, putrinya akan selamat," kata Jack. "Jangan harap aku akan melepas kalian, Bajingan!" geram Nathan. "Yeah, of course." Rose terkikik genit. Para pengawal pribadi sudah berjaga di sekeliling pasangan penyandera Angeline. Semua orang menjaga jarak mengikuti pergerakan Rose dan Jack yang berjalan santai ke arah lift. Nathan menempel ketat sambil mencari celah. Dia tidak boleh salah langkah atau Angeline akan menjadi korban. "Okay then. Nice to meet you all," ucap Rose begitu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28
  • Wanita Sang Presdir   Kebenaran

    Sabtu pagi dokter memutuskan bahwa Angeline sudah boleh pulang. Flek yang terjadi tidak membahayakan kandungan, sudah berkurang banyak setelah mengkonsumsi obat penguat kandungan dan istirahat total selama dua malam. Betapa bahagianya Angeline dan Nathan mengetahui krisis telah berlalu. "Oh, by the way apa yang terjadi dengan dua orang yang mencoba menculikku? Mereka masih ...." Angeline bertanya dengan hati-hati. "Jangan khawatir, mereka masih hidup. Aku tidak sekejam itu, Baby Girl. Aku sudah bukan ... maksudku, hidup harus berubah," ujar Nathan yang sedari mereka meninggalkan rumah sakit tidak mau membiarkan Angeline turun dari pangkuannya. "Syukurlah. Memangnya kamu apakan sih?" "Hanya memberi sedikit pelajaran." "Ukuran sedikitmu seperti apa?" Nathan mengecup kening si wanita dan berkata, "You don't want to know." Angeline pun tidak bertanya lebih banyak lagi. Memang benar, Nathan tidak berbuat lebih dari mematahkan tangan atau kaki. Bahkan Ros

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Wanita Sang Presdir   Mencari Rumah

    Kebosanan maksimal membuat Angeline mencari channel tanpa tujuan. Matanya menatap layar televisi LED empat puluh inci yang dipasang Nathan di dinding kamar sejak bulan lalu. Sesekali dia melirik ke lelaki yang duduk memangku laptop di sebelahnya. "Sedang apa, Nath?" tanya Angeline. "Mencari rekomendasi perumahan yang bagus, aman dan tidak terlalu jauh dari sini untuk ayah mertuaku," jawab Nathan. "Oh, akhirnya papa mau juga?" Angeline bersandar sepenuhnya pada Nathan agar dapat melihat layar laptop. "Tidak menyangka, kan? Aku masih ahli membujuk orang. Jika dia akan sering berkunjung memang lebih baik memiliki properti sendiri, daripada menyewa apartemen selama beberapa minggu." Nathan mengecup dahi Angeline. "Setuju. Aku juga bisa berkunjung kalau sedang bosan," ujar Angeline. "Kita berdua," koreksi Nathan. Angeline tertawa, "Oke, kita berdua." "Butuh waktu satu bulan untuk membuat papamu mau membeli properti di Jakarta. Mungkin akan butuh waktu se

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • Wanita Sang Presdir   Bab Baru Kehidupan

    Tengah malam di penthouse ... "Nathan!! Nath, bangun!!" "Ugh ... what? Ada apa?" Nathan memicingkan matanya yang silau terkena cahaya lampu. "Aku pecah ketuban!!" Wajah Angeline menggambarkan kepanikan luar biasa. Dia cemas dengan keadaan bayi dalam kandungan. Lelaki yang mengantuk itu seketika menjadi segar bugar, "Shit! Mendadak??" "Kita harus segera ke rumah sakit!" Setelah berpakaian seadanya dan menyambar tas perlengkapan persalinan yang untungnya sudah dipersiapkan sejak minggu lalu, Nathan membopong Angeline turun ke basement. Dalam perjalanan Angeline menelepon Gabriel yang—lagi-lagi untungnya—sedang berada di Jakarta. Tiba di rumah sakit Angeline segera dibawa ke bangsal persalinan. Pemeriksaan menyeluruh dilakukan oleh para perawat berpengalaman. Nathan mendampingi sepanjang pemeriksaan dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan perawat. "Maaf, Pak, ada ayahnya Ibu Angeline baru datang dan mau masuk melihat keadaan. Tapi tidak boleh ada d

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • Wanita Sang Presdir   Rekonsiliasi

    "Nath, tolong gendong Rafa sebentar. Aku mau ke kamar mandi." Angeline menyerahkan bayinya kepada sang suami yang sedang memperhatikan laptop. "Kemari." Nathan segera mengambil Rafael dari tangan Angeline. Wanita itu pun segera berlari ke kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alam yang dia tahan sejak lima menit lalu. Dengan Rafael di lengannya, Nathan berjalan perlahan ke jendela. Sepasang mata bulat bayi berusia tiga bulan itu menatap ayahnya penuh rasa ingin tahu. Tangan kecilnya menggapai dan menyentuh wajah Nathan. "Cepat besar ... Papa sudah bosan sparring dengan mamamu," gumam Nathan. Seolah memahami perkataan Nathan si bayi mengeluarkan suara tawa yang menggemaskan. "Ugh, lega sekali." Angeline keluar dari kamar mandi. Nathan menoleh sekilas kemudian kembali memperhatikan bayi dalam gendongan. Angeline menghampiri kedua lelaki yang dicintainya. "Aku tidak keberatan kalau kamu mau gendong dia lebih lama." Angeline tersenyum. Dia bergelayut

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Wanita Sang Presdir   Baby Blues

    Tengah malam ketika semua makhluk di muka bumi sudah terlelap ... Kegelisahan menyergap Angeline. Kedua tangannya mencengkeram sprei, pikirannya dipenuhi berbagai hal negatif. Kepalanya tertunduk menatap kedua ujung kaki yang menggantung dari tepi tempat tidur. Dia memandangi bayi mungil yang tidur nyenyak di boks bayi tanpa perasaan sedikit pun. "Maafkan Mama, Nak ...," bisiknya teramat pelan sampai nyaris tak terdengar. Setitik air mata jatuh di wajah Angeline, disusul titik-titik berikutnya. Rasa lelah yang teramat sangat berpadu dengan ketidakberdayaan membawa wanita itu pada perasaan gagal menjadi ibu yang baik. Angeline mendekap mulut agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengusik Nathan maupun Rafael. Perasaan ini biarlah dia sendiri yang menanggung. Jika Nathan tahu ... Ah, jangan sampai Nathan tahu. Lelaki itu sudah memiliki banyak beban di pundaknya. Mendengar suara gumaman Nathan, Angeline cepat-cepat mengusap air mata. Hati-hati sekali dia menyusu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09

Bab terbaru

  • Wanita Sang Presdir   Sang Pewaris (End)

    "Bagaimana keadaan sekarang? Semuanya beres?" Angeline rebah di tempat tidur sambil bertelepon dengan Nathan. Sekarang waktunya santai karena anak-anak sudah tidur. "Tentu saja beres, Baby Girl. Tidak ada yang bisa lolos dalam pengawasanku. Kamu sedang apa sekarang? Dua hari di sini aku sangat merindukanmu." Ada nada menggoda dalam suara Nathan. Angeline tertawa kecil, "Dasar kamu. Besok 'kan ketemu? Aku baru selesai mandi nih. Siap-siap mau tidur." "Apa yang kamu pakai sekarang?" lirih Nathan. "Kaosmu, Sayang," kata Angeline dengan nada menggoda. Nathan mengerang, "Aku akan terbang pulang sekarang juga." "Serius kamu? Tidak bisa tunggu besok pagi?" "Aku selalu serius kalau menyangkut istriku." "Memang sudah tidak ada urusan yang tertinggal? Bagaimana dengan Mike? Dia yang menemani kamu loh, bukan sebaliknya." "Akan kubawa dia pulang." "Astaga, Nathan. Kamu benaran sudah tidak tahan ya?" "You know me, Baby Girl. See you in two hours."

  • Wanita Sang Presdir   Tatapan Raja Neraka

    Suasana hening nan syahdu menggantung di udara, khususnya di depan sebuah makam batu besar dengan patung malaikat di atasnya. Pada nisan yang terbuat dari marmer hitam terukir nama Cornelia Wayne. Sebuah foto berbentuk oval yang sudah memudar tertempel di bagian atas nama tersebut. Tidak ada seorang pun bersuara. Bahkan Rafael dan Olivia pun sangat tenang seolah memahami kekhidmatan yang sedang terjadi di antara orang dewasa. "Baiklah. Kita kembali." Suara Jeremy memecah keheningan. Ruby menatap heran, "Sudah?" Jeremy membalas tatapan itu, "Iya. Sudah. Aku tidak pernah berlama-lama di sini. Lagipula dia juga tidak menuntutku untuk tetap tinggal." "Heiiiii, apa yang kamu katakan? Memangnya boleh bicara seperti itu? Memangnya kamu bisa dengar bisikan darinya?" Ruby mengibaskan tangan di udara seperti mengusir lalat. Lelaki yang rambutnya telah memutih itu tertawa, "Tentu saja tidak. Maksudku, aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini. Cornelia telah damai

  • Wanita Sang Presdir   Liburan Hampir Usai

    "Hei, hati-hati Rafa. Adikmu masih terlalu kecil." Jeremy mengingatkan karena cemas melihat kedua cucunya berlarian dengan kecepatan tinggi. "Okay, Opa!" Rafael berhenti berlari. "Aaaahhh! Ayo, Kakak, run!" rajuk Olivia. "Oliv, duduk dulu sini. Kamu sudah lari-larian dari tadi!" Angeline buka suara. Sambil merengut anak perempuan kecil itu berjalan ke sofa. Wajah mungilnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembung, membuat Ruby—yang duduk di sebelah Angeline—tidak tahan untuk menariknya duduk di pangkuan. "Gemas sekali sih? Anak siapa sih ini?" Angeline meringis melihat Ruby mencubit gemas pipi putrinya. "Omaaa, tidak mau! Sakit!" protes Olivia. "Oh, sakit ya? Sorry, habisnya kamu lucu sih. Sorry ya anak manis. Oliv mau apa? Oma punya home made ice cream. Coba tanya Mama, Oliv boleh makan ice cream, tidak?" Ruby melirik Angeline. Mendengar itu Olivia langsung menoleh dan memberikan tatapan penuh harap pada sang ibu, "Mama, can I eat ice crea

  • Wanita Sang Presdir   Kejutan

    Tercipta keheningan yang membuat semua orang tidak nyaman, khususnya Cedrick. Kali ini dia terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Maksud hati mau menggertak, tapi orang-orang ini ternyata tidak mempan gertakan. Bagaimana mungkin seorang General Manager bisa begitu saja menelepon pemilik hotel secara pribadi? Bertemu saja tidak pernah! "Bagaimana? Tidak bisa? Bukankah hubungan kalian sangat baik?" sinis Angeline. "Ah, Nyonya. Mungkin Anda kurang paham, tapi secara struktur organisasi jalur komunikasi tidak semudah itu. Kami memang dapat berbicara langsung dengan beliau, setelah melalui perjanjian di sela jadwal beliau yang sangat padat." Cedrick tersenyum. Nathan menahan tawa. Seandainya lelaki paruh baya ini tahu siapa yang sedang dia hadapi. "Baiklah. Kalau Anda tidak mau biar saya saja." Angeline menoleh, "Nath, tolong." "My pleasure." Nathan mengambil handphone. Ketegangan menggantung di udara. Cedrick menyembunyikan kegelisahannya dengan sangat baik di

  • Wanita Sang Presdir   General Manager

    Kekhawatiran Nathan tidak beralasan. Ternyata Angeline bisa menerima kenyataan bahwa hotel di bawah naungan Golden Yue Group ini adalah miliknya. Namun, Nathan merasa ada tujuan lain di balik ketenangan sang istri. "Apa sih?" cetus Angeline yang merasa gerah karena selama satu jam terakhir Nathan menempel padanya seperti lintah. "Aku hanya penasaran kenapa kamu tidak bereaksi negatif lagi. Bukankah kamu tidak ingin memiliki bagian apa pun dari Golden Yue?" Nathan mengungkung Angeline yang sedang berdiri di counter. "Cuma satu hotel, 'kan? Lagipula bukan aku yang menanganinya, melainkan kamu." Jemari lentik wanita itu menyusuri garis rahang suaminya. Nathan tersenyum, "Memang benar. Aku telah bekerja di balik layar sejak beberapa bulan terakhir. Kuakui dunia perhotelan ternyata rumit." "Oh ya? Apakah Anda kesulitan menghadapinya, Tuan Wayne?" Jemari Angeline bergerak turun ke dada bidang Nathan. "Tidak sesulit menebak pikiranmu, Baby Girl." Angeline ters

  • Wanita Sang Presdir   Pemilik Hotel

    Aroma percintaan yang masih tersisa di ruang tamu suite tersingkir oleh aroma penyegar ruangan yang disemprotkan Angeline. Dia menatap puas ke sekeliling ruangan. Jangan sampai Rafael atau Olivia curiga ada sesuatu yang terjadi di sini. "Hei, Baby Girl," sapa Nathan yang baru selesai mandi dan berpakaian santai. Rambut berpotongan rapi itu masih terlihat basah dan seksi. "Hei juga." Angeline bergidik saat sepasang lengan lelaki itu memeluknya dari belakang. "Kamu tidak lelah? Tidurlah sebentar." Nathan menciumi leher sang istri. "Iya, mau tidur. Ini tanganmu ya, tolong dikendalikan. Tidak cukup semalam suntuk bercinta?" Angeline pura-pura mengomel. Nathan terkekeh tanpa terburu-buru memindahkan tangan yang sedang menikmati kelembutan tubuh wanitanya, "Ini namanya gerak refleks, Baby Girl. Lagipula sesuatu yang indah tidak boleh disia-siakan." "Ya sudah, tidur deh sebelum kamu terinspirasi untuk berbuat lagi. Semalam habis berapa bungkus pengaman tuh? Dasar

  • Wanita Sang Presdir   Memperoleh Informasi

    "Serius? Satu minggu? Dua minggu?" Angeline melongo. "Tidak masalah, 'kan? Selama ada bos yang menanggung biaya menginap?" Nathan tersenyum miring. "Iya sih, tapi memangnya kita mau menyelidiki sedalam apa? Oke lah, mungkin ada masalah sedikit dengan stok bahan makanan di restoran dan sumber daya manusia. Tapi kurasa ...." Angeline terlihat ragu. "Baby Girl, kamu meragukan argumenmu sendiri." "Iya yah? Kamu sih." "Hmm? Sampai sekarang tetap salahku?" Nathan menahan senyum. "Iya dong. Masa aku mau menyalahkan waitress tadi?" Wanita itu mengerucutkan bibir. Nathan tertawa, "Masih keki? Sudah kubilang, mereka akan terkena serangan jantung kalau tahu siapa kamu sebenarnya." "Aku tidak mau, Nath. Hidupku cukup damai sebagai istrimu. Jangan ditambah lagi." "Baiklah. Lupakan dulu hal itu. Bagaimana kalau sekarang kita makan siang di luar sebelum anak-anak unjuk rasa? Rafa sudah diam tanda kelaparan," ujar Nathan. "Oke. Setuju." Maka sepanjan

  • Wanita Sang Presdir   Investigator

    Malam berlalu menuju subuh. Langit menjadi saksi akan sebuah pergumulan panas yang baru saja berakhir di kamar lantai dua. Sepasang pelaku pergumulan rebah tumpang tindih dengan nafas terengah. "Sial ... itu terakhir kalinya aku membiarkanmu berbuat sesuka hati," desis Angeline yang kehabisan tenaga. Nathan terkekeh, "You're welcome, Baby Girl." "Sana sedikit, aku tidak bisa bernafas." "Ya, sebentar." "Nathan ...." "What? Aku sedang menikmati kehangatan istriku tersayang." Detik berikutnya Nathan mengaduh kesakitan karena Angeline mencubitnya keras-keras. Mau tidak mau dia berguling ke samping. "Rasain." Angeline tertawa kecil. "Why? Kamu seperti ada dendam denganku." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang memerah. "Oh, sakit ya? Poor Nathan." Terdorong oleh sedikit rasa bersalah Angeline melihat keadaan suaminya. "Iya, sakit. Cubitanmu keras sekali," rajuk Nathan. "Sorry." "Aku butuh ciuman." Cubitan berikutnya membuat Nath

  • Wanita Sang Presdir   Permintaan Mike

    Makan siang tersaji di meja makan. Nathan sekeluarga duduk manis menyantap hasil masakan Johan yang sudah tidak diragukan rasanya. Rafael bahkan sampai menambah dua kali! Sementara Olivia yang sudah kenyang masih asyik menyeruput kaki kepiting. "By the way, Jonathan menghubungimu tidak? Aku penasaran bagaimana perkembangan mereka setelah enam bulan tidak bertemu," ujar Angeline. Sambil mengobrol tangannya sibuk membersihkan ceceran kulit kepiting di meja. "Baby Girl, kenapa kamu harus membicarakan orang itu sekarang? Dia hanya melenyapkan nafsu makanku." "Oh, sorry ... lupakan saja kalau begitu." Angeline meringis. Nathan tersenyum simpul, "Kudengar mereka berdua nyaman tinggal di Labuan Bajo." "Jadi dia menghubungimu?" "Kamu lupa aku punya mata dimana-mana?" Angeline menepuk jidat, "Astaga. Benar juga. Terlalu lama hidup berdua membuatmu terlihat normal." Nathan tertegun, "Apa? Selama ini aku tidak normal?" "Uhm ... Rafa, tolong sendoknya satu

DMCA.com Protection Status