Home / Pernikahan / JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA: Chapter 191 - Chapter 200

205 Chapters

Tentang Rumor

Hellen menggandeng tangan Juwita saat mereka sudah keluar dari mobil. Dua wanita itu berjalan beriringan. Tangan kiri Hellen digunakan untuk menenteng kursi roda yang dilipat. Kursi roda yang dibawanya sangat ringan, tidak seperti kursi roda yang lain.Juwita memantapkan dirinya dulu sebelum bertanya kepada Hellen. Banyak yang berseliweran di dalam pikirannya. Apa yang dikatakan oleh direktur tempat sahabatnya itu bekerja? Saat berkendara tadi, Hellen juga tidak mengatakan apa-apa. Dia jadi kepikiran sendiri."Kak," panggil Hellen menyadarkan lamunan Juwita yang menatap sahabatnya itu dengan kosong."Apa?" Wajah wanita itu berubah total. Dia berseri sekali.Hellen menghela napas panjang. "Gue pengin liburan tapi eng
Read more

Berantem

Jevano duduk di sofa ruang tengah rumah sambil menunduk dalam. Wajahnya babak belur dan penuh dengan lebam. Ujung bibir kanannya sobek. Di sampingnya ada Juwita yang sedari tadi terlihat cemas. Tangan wanita itu mengelus pundak Jevano lembut. Dadanya masih berdebar kencang melihat keadaan anaknya yang kacau. Bahkan kancing atas seragam anaknya itu lepas. "Cerita ke Bunda, Jevano. Kamu berantem sama siapa di sekolah?" Tak ada lelah Juwita bertanya demikian. Bahkan dia mengajukan pertanyaan yang sama dari sejak menjemput anaknya tadi. Tak kunjung ada jawaban dari anaknya. "Jev, tolong jawab Bunda." Tangannya menggenggam tangan Jevano dengan erat.Jevano menatap kosong lantai yang ada di hadapannya. Sakit yang dirasakan oleh kulitnya tidak seberapa dibandingkan
Read more

Klien Jamal

"Tadi temennya Jevano udah ke atas, Bi?" tanya Juwita saat melihat Bi Tika di dapur. Dia menghampiri wanita itu setelah menenangkan diri di kamar."Sudah." Bi Tika terdiam sejenak. "Hmm, Maharani itu pacarnya Den Bagus Jevano?" tanyanya berpikir.Juwita hanya tersenyum. "Kenapa Bibi berpikir kayak gitu?""Ya, jarang aja ada cewek main ke sini. Sekalinya main, malah diajak ngamar.""Bibi!" Mata Juwita melotot. Dia jadi ikutan kepikiran hal yang tidak-tidak kalau begini. Dengan langkah yang pasti, dia pun menaiki tangga dan menuju kamar anaknya. Setengah dari dirinya percaya kalau Jevano memintanya untuk memanggil Rani bukan karena anaknya mau macam-macam. Setengah lagi dari dirinya malah kepikiran karena omongan Bi T
Read more

Buket Bunga

Juwita baru saja kembali dari kafe. Dia hendak menuju ruangannya untuk meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda. Setelah itu, dia akan menjemput Jevano bersama sopirnya. Dia mencoba untuk tidak memikirkan apa yang dia lihat tadi. Bahkan dia ingin sekali mengabaikan apa yang dikatakan oleh sahabatnya.Tadi, Hellen menggenggam erat tangannya. Dia tahu bahwa sahabatnya itu sedang bersunggung-sungguh. Namun, dia hanya ingin menenangkan dirinya dan tidak berpikir terlalu jauh tentang apa yang dia lihat tadi."Tapi, lo percaya apa enggak, semua yang lo lihat bener, Kak. Yang sama Pak Jamal itu model profesional yang emang lagi diincar. Dia ada di agensi Bu Diyanah." Hellen menatap mata sahabatnya dengan serius.Juwita tersenyum. "Mereka punya proyek, Hellen. Gue juga tahu
Read more

Jevano Diam

Makan malam kali ini terasa sangat sepi sekali. Jevano yang biasanya akan membuka pembicaraan, hanya diam dan memakan hidangan yang telah disiapkan oleh Bi Tika. Dia hanya makan, tidak menikmati sama sekali rutinitas yang seharusnya menjadi favoritnya karena formasi keluarganya sekarang lengkap.Jamal juga diam. Saat ingin membuat percakapan dengan anaknya, bocah itu terlihat tidak minat dan hanya menjawab sekedarnya. Itu adalah salah satu cara Jevano untuk menyampaikan bahwa dia tidak sedang ingin diajak bicara. Lagi pula, Juwita tadi juga sudah mengatakan padanya tentang Jevano yang habis berantem. Dia ingin bertanya lebih, tapi mengurungkan niatnya saat sang istri menatapnya, berisyarat untuk tidak meneruskan pertanyaannya."Aku selesai. Pamit dulu." Jevano membawa piringnya ke washtafel dan membiarkannya di sana. Biasanya
Read more

Penawaran

Jamal sudah berniat dari kemarin malam untuk mengantarkan Juwita dan Jevano. Akan tetapi Jevano malah pergi duluan dan sekarang dia harus pergi juga. Arjuna meneleponnya untuk segera ke kantor karena sudah ada klien dari Kanada yang menunggunya di sana. Mau tidak mau, Jamal harus meninggalkan Juwita sendirian pergi ke butik."Hati-hati, Jae." Juwita mengusap pundak suaminya setelah diberi kecupan singkat di bibir. Sebenarnya dia ingin berbicara serius dengan Jamal tadi, tapi niatnya harus diurungkan karena pekerjaan Jamal yang menuntut.Dengan berat hati Jamal berpamitan dan mengendarai mobilnya. Bayangan buket bunga yang didapat Juwita kemarin masih membekas di benaknya. Apakah Juwita menyembunyikan sesuatu darinya? Bunga bilang kalau paket darinya akan menjadi surprise bagi Juwita. Apakah dia hanya bersangka buruk saja kepa
Read more

Aku Berjanji, Juwita

Arjuna keluar dari ruang rapat. Dia meminta izin untuk menghubungi Juwita. Jamal tadi membisikinya kalau salah satu berkas yang akan menjadi bahan presentasinya di rapat relasi dengan klien Kanada itu tertinggal di kantor rumahnya. Arjuna mendengkus kesal. Sudah banyak kali dia bilang kepada Jamal agar meneliti kembali berkas yang dibawa pulang ke rumah. Kalau seperti ini pasti dia yang direpotkan."Hallo, Mbak Juwita." Arjuna menyapa wanita yang ditelepon olehnya."Ada apa, Kak?" Juwita pulang ke rumah setelah bercakap dengan Bunga tadi. Menahan emosi dari awal sampai akhir percakapan dengan wanita itu membutuhkan energi yang kuat. Dia tidak jadi pergi ke butik untuk sekarang. Bahkan dia sedang rebahan di atas sofa lebar untuk mengembalikan energi dan mengelola emosinya kembali. Dia menenangkan diri.
Read more

Bunda Tahu Ibu

Hellen memicingkan matanya saat melihat sesosok wanita yang tidak asing di matanya. Dia bahkan sampai menarik tangan Ari untuk bersembunyi dan memperhatikan gerak gerik wanita tersebut."Apa, sih, Len." Ari yang tak tahu menahu dengan maksud kelakuan Hellen pun berusaha untuk lepas dari tangan wanita itu."Sssttt. Aku tahu wanita itu." Hellen menunjuk ke wanita yang memakai dress panjang setengah betis berwarna hijau elegan. Terlihat kasual dan anggun di satu waktu."Siapa?" tanya Ari penasaran. Matanya melebar saat melihat wajah wanita tersebut. "Bunga Dahlia enggak, sih? Top model agensi Bu Diyanah temennya direktur kita?"Hellen menoleh ke pria yang ada di sampingnya itu. "Kok tahu?"
Read more

Menemui Ibu

Jevano menunduk saat turun dari tangga dan duduk di ruang makan. Dia menjadi pusat perhatian ayah dan bundanya. Hatinya bimbang. Dia takut untuk mengatakan sesuatu yang ada dalam benaknya. Dia takut jika menyakiti dan mengecewakan orang tuanya."Makan, Jevano." Juwita memberikan senyumannya kepada bocah murung itu.Sang ayah memanjangkan tangan untuk mengelus kepala anaknya. "Kalau mau ngomong, ngomong aja, Jevano. Ayah dan Bunda bakalan dengerin."Jevano tambah bingung. Perlahan dia mengangkat kepalanya. "Kalau misalnya aku ketemu sama Ibu dulu nanti boleh apa enggak?" tanyanya sangat hati-hati. Dia tidak mau menyakiti perasaan kedua orang tuanya. Dia sudah menimbang rasa orang tuanya jika dia mengatakan hal ini. Ayahnya pasti sebenarnya sangat berat hati. Apalagi selam
Read more

Berbicara Dengan Bunga

"Kamu kenapa, sih, Jae?" Pertanyaan Juwita itu muncul saat melihat suaminya yang tidak fokus. Padahal mereka sedang menikmati waktu berdua setelah lebih dari dua minggu Jamal menghabiskan waktu untuk mengurus proyek barunya dengan klien dari Kanada. Jamal sendiri yang melakukan observasi tempat di restoran ternama.Pria itu tersadar. Dia memaksakan senyum tipis seraya menggeleng. "Enggak papa. Aku cuma kepikiran Jevano aja, Bae."Juwita menatap suaminya lekat dengan penuh pengertian. Dia paham perasaan Jamal sekarang. "Kak Bunga pasti menepati janjinya, Jae. Aku yakin."Jamal membalas tatapan sang istri. "Tahu dari mana?" tanyanya meragu."Aku udah bicara sama Kak Bunga. Sama Jevano juga. Toh, Jevano juga enggak abs
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status