Semua Bab Kubalas Hinaanmu, Mas!: Bab 21 - Bab 30

195 Bab

BAB 21 SENASIB

SenasibUmi Hasyim muda yang sedang menyuapi Harry tersentak. Semangkuk bubur bayi di tangannya terlepas dan tumpah memenuhi lantai. Jempol kaki Dahlia terasa perih karena terkena mangkuk yang jatuh. Dia menatap bingung pada suaminya yang membuang wajah. Tanpa angin tanpa hujan, kalimat talak tiba-tiba dia ucapkan.“Apa maksud Mas menalak Dahlia? Jangan main-main dengan kalimat talak, Mas. Walau diucapkan dengan candaan, dia sah di mata Allah.” Dahlia mengambil Harry yang menangis kencang karena tidak disuapi lagi. Bayi gembul itu baru saja MPASI semingguan ini.“Aku tidak main-main, Dahlia.”“Tidak main-main bagaimana, Mas?” Air mata Dahlia mulai mengalir saat menyadari betapa dingin wajah dan suara suaminya malam ini. Di berjalan cepat mengikuti langkah sang suami yang berjalan menuju kamar.“Mas mau kemana?” Dahlia meletakkan Harry ke dalam box bayi. Umi Hasyim muda dengan cepat memegang tangan suaminya yang mulai memasukkan baju ke dalam tas. Dia benar-benar kebingungan. Hubungan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-23
Baca selengkapnya

BAB 22 RISTA BELUM PUAS

Selepas Umi menyuruhnya keluar ruangan, Arini berjalan gontai kembali ke tempatnya bekerja. Jam kerjanya tinggal dua jam lagi. Beberapa karyawan yang mengetahui hal yang menimpa Arini menatapnya canggung. Sebagian ada yang abai dan mulai menunjukkan ketidaksukaan padanya, sebagian lagi mencoba tersenyum seraya menguatkan diri wanita itu. Sebisa mungkin Arini tersenyum demi membuatnya terlihat baik-baik saja. Bener sekali apa yang disampaikan Umi tadi. Tak mungkin tempatnya bekerja ini terus menerus memberikan keringanan padanya yang akhirnya berdampak pada karyawan yang lain. Mereka mulai menunjukkan ketidakkesukaannya terhadap perlakuan Umi yang dirasa sedikit berbeda pada hari ini Arini. Tak mungkin membuat Umi yang sudah terlampau baik itu tersudut demi dirinya. Kejadian yang terjadi menunjukkan semuanya. Karyawan mulai berani menunjukkan hal-hal frontal demi menunjukkna protesnya. Rista salah satunya.Dia berani melakukan hal yang masih tetap bisa disangkalnya meski CCTV menun
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-23
Baca selengkapnya

BAB 23 RAFA BERBOHONG?

RAFA BERBOHONG?"Bu Arini?" panggil Bu Kartika setelah Arini berada dalam keheningannya. Mendadak telinganya berdenging mendengar pertanyaan ibu guru anaknya. "Rafa…kenapa dengan anak saya, Bu?" Arini segera menguasai dirinya. "Maaf, Bu. Rafa sudah seminggu ini tidak masuk sekolah. Seluruh temannya tak ada yang tahu alasannya. Apakah Rafa sakit?" Bak disambar petir Arini mendengar pertanyaan Bu Kartika. Tadi pagi dengan jelas Rafa berpamitan padanya seperti biasanya untuk ke sekolah. Dan seminggu? Selama seminggu anaknya tidak berangkat?Arini memegang dadanya yang terasa sesak dan nyeri. Apa yang dia dengar benar-benar sulit diterima akalnya. "Bu Arini ?" "Ma-af, Bu Kartika. Saya benar-benar minta maaf. Rafa setiap pagi berangkat dari rumah. Bahkan tadi pagi pun dia berangkat. Saya sungguh heran dengan kabar yang Bu Kartika sampaikan." Hening kembali terjalin di antara keduanya. Wanita lanjut usia yang sebentar lagi memasuki usia pensiun itu menarik napas dalam-dalam, seolah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-23
Baca selengkapnya

BAB 24 IBU KOS

IBU KOS "Waalaikumsalam. Eh? Iya, Mbak, maaf saya lupa. Besok in syaa Allah saya belikan ya, Mbak, saya benar-benar kelupaan. Maaf." Arini masih menatap kepergian tetangganya dengan perasaan tidak enak.Seperti biasa, Ratri sering titip belanja. Namun, dia tadi lupa karena pikirannya kalut. Mulai dari masalah komplain pelanggan sampai masalah Rafa barusan. Setelah menghela napas panjang, Arini akhirnya memutuskan melupakan sejenak permasalahan tentang Rafa. Hari beranjak petang, dia harus masak untuk makan malam.Lepas maghrib, Arini menggoreng satu butir telur terakhir yang dia punya. Setelah membuat sambal bawang, dia langsung menggoreng kerupuk udang. Semua makanan yang dia olah adalah persediaan terakhir. Arini memang biasanya belanja seminggu sekali untuk lauk. Sementara sayur kadang beli matang atau kalau sedang libur dia beli di tukang sayur.“Rafa, makan dulu, Bang." Arini memotong telur menjadi dua. Setengah untuk Rafa dan setengah lagi untuk Naya. Sementara untuknya, Arini c
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-23
Baca selengkapnya

BAB 25 INTEROGASI RAFA

INTEROGASI RAFA “Ya sudah, saya tunggu bayarannya di rumah.”Arini menarik napas panjang sambil memperhatikan pemilik kost berjalan menjauh. Tidak mungkin dia berencana menunggak dan tidak membayar lalu pindah. Arini paham sekali mencari rupiah sangat susah di zaman ini. Walau dia kesulitan, Arini tidak mungkin menyeret orang lain agar merasakan masalah yang sama.“Mama ….”“Iya, Sayang?” Arini yang sempat terpaku bergegas menutup pintu. Dia menghampiri Naya yang berusaha duduk sendiri. “Kenapa?”“Minum.” Naya menunjuk botol minum miliknya yang terletak di atas meja. Arini segera mengambilkannya. Hatinya kembali nyeri, sudah lama sekali Naya tidak minum susu. Dia hanya bisa membelikan anaknya susu formula sekali-sekali. Kadang, Wulandari membelikan beberapa kotak susu saat mereka gajian.Arini menghapus air mata. Sejak Naya umur empat bulan, ASI-nya tidak keluar lagi. Yuda yang pergi meninggalkannya membuat Arini sempat hampir depresi. Selain kurang makan, faktor pikiran juga menjadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-23
Baca selengkapnya

BAB 26 ALASAN RAFA

ALASAN RAFA “Aku sekolah seperti biasa, Ma.” Rafa menunduk dalam-dalam. Baru kali ini dia melihat mamanya begitu emosi.“Bu Kartika tadi sore menelpon Mama. Dia bilang Abang sudah hampir seminggu ini tidak masuk. Jadi, sekarang Mama harus percaya dengan siapa? Bu Kartika yang berbohong atau Rafa?” Arini menarik napas panjang. Dia berusaha mengendalikan emosi. Tanpa sadar dia berteriak pada anaknya tadi.“Rafa sekolah seperti biasa, Ma.”“RAFA!” Arini tersentak mendengar tangisan Naya yang terkejut mendengar teriakannya. Dia langsung berjalan dan memeluk anak nomor duanya. Badan Naya gemetar. Arini menengadah, air matanya tumpah. Karena banyak pikiran, emosinya jadi tidak terkendali. Dia jadi kesulitan mengontrol diri sendiri.Setelah Naya sedikit lebih tenang, Arini memanggil Rafa yang duduk memeluk lutut di sudut ruangan. Dia langsung memeluk anak lelakinya itu begitu mendekat. Setelah sesak didalam dada sedikit mereda, Arini mencium puncak kepala Rafa cukup lama.“Rafa, Abang tahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-25
Baca selengkapnya

BAB 27 ISTRI KEEMPAT?

ISTRI KEEMPAT?“Maafkan Rafa ya, Ma. Rafa takut akan membuat Mama kesusahan kalau bilang Naya ingin sekali kue ulang tahun. Rafa juga sudah bilang ke Naya agar tidak membahas kue ulang tahun di depan Mama. Maaf kalau Rafa membuat Mama sedih.”Naya memeluk Rafa erat-erat. berkali-kali dia mengucap kata maaf. Hatinya perih. Sebagai seorang Ibu, dia ingin sekali bisa membelikan apapun yang diinginkan anaknya. Namun, bagaimanalah? Bahkan untuk membayar uang kost-kostan yang naik pun dia harus memutar otak agar mendapat uang tambahan.“Rafa tidur dulu ya? Besok masuk sekolah Mama antar menghadap Bu Kartika. Tidak usah memikirkan kue ulang tahun Naya. Mama janji akan belikan nanti setelah gajian?”“Yang benar, Ma?” Rafa hampir berteriak senang kalau tidak ingat Naya yang sedang tidur. Dia langsung memeluk ibunya yang mengangguk sambil tersenyum.“Uang yang kemarin Rafa kumpulkan boleh buat beli kado, Ma? Rafa mau datang ke pesta ulang tahun Dendi.”“Boleh.” Arini memasang selimut Rafa dan N
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-25
Baca selengkapnya

BAB 28 PERUBAHAN RISTA

Perubahan Rista“Sudah dua hari ini rawat inap. Aku baru mau minta keringanan dana. Masih menunggu surat dari kelurahan selesai, Pak RT yang bantu mengurus.”Umi Hasyim mengelus bahu Rista yang bercerita sambil menangis. Wanita yang usianya sudah pertengahan kepala tiga itu terlihat kacau sekali. Matanya sembab karena kurang tidur. Bicaranya juga sedikit tidak teratur karena beban pikiran.“Mas Imam posisinya masih di luar pulau mengantar papan, mungkin masih empat hari lagi baru bisa pulang.” Rista kembali menghapus air mata. “Terima kasih.” Dia mengangguk pada Arini yang memberikan tisu.“Maaf kalau dua hari ini saya tidak bisa bekerja, Umi. Saya benar-benar kalut karena berpikir sendirian. Bapaknya anak-anak juga tidak bisa membantu banyak. Posisinya yang sedang menyetir truk tronton membutuhkan konsentrasi tinggi. Jadi, apa-apanya saya berpikir dan bertindak sendiri.”“Urus dulu saja anakmu, masalah pekerjaan nanti bisa masuk lagi kalau keadaannya sudah membaik.” Umi memegang tang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-25
Baca selengkapnya

BAB 29 KETEGARAN UMI

Ketegaran Umi “Ini sedikit bantuan dari Umi, Rista. Semoga berguna untuk meringankan biaya pengobatan Hendi.” Umi Hasyim memberikan amplop pada Rista. Tadi karyawannya mau patungan, tapi dia menolak karena mengetahui mereka banyak kebutuhan.“Terima kasih, Umi.” Rista mencium tangan Umi. Wanita itu memeluk Arini, Dewi dan Kiki saat mereka berpamitan."Kamu masih ingat cerita Umi tempo hari, Rin? Tentang masa-masa sulit yang pernah Umi lalui."Arini mengangguk cepat. Dia memang menumpang pada Umi Hasyim. Sementara kedua temannya tadi pulang dengan mengendarai motor masing-masing. Arini berdecak kagum melihat Umi Hasyim yang lincah sekali menyetir mobil walau sudah berumur. Sementara dia yang masih muda malah belum bisa.Arini tersenyum sambil menunduk. Ya bagaimana pula akan bisa sementara dia tidak punya mobil? Dulu, Yuda pernah ingin mengajarinya. Tapi Ibu mertuanya selalu menghalangi. Ratna mengatakan posisi wanita itu hanya di rumah saja apalagi dia ada anak kecil. Belum perlulah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-25
Baca selengkapnya

BAB 30 KETAKUTAN DIANDRA

Ketakutan Diandra “Kamu kenapa sih, Mas? Dari kemarin kayak nggak semangat ngurusin persiapan pernikahan.” Diandra menatap Yuda yang tampak lebih pendiam dari biasanya. Lelaki itu tidak sedikitpun menanggapi ucapannya yang sejak tadi menjelaskan ini dan itu.“Tidak semangat bagaimana?” Yuda menatap sekilas pada Diandra yang duduk di depannya. Wajah putih mulus dengan rambut potongan bob blonde itu balik menatapnya dengan wajah sedikit cemberut.Yuda menarik napas panjang. Karena tunangannya itu tetap bungkam, Yuda meneruskan makan siang. Ayam sambal dabu-dabu dengan kangkung cah tauge membuatnya makan dengan lahap.Setelah menyelesaikan makan, segelas besar es jeruk tandas dia habiskan. Lelaki itu mengedarkan pandangan ke sekitar. Rumah makan yang mereka pilih ini terletak di tengah-tengah sawah. Beberapa saung tersebar sehingga menimbulkan kesan petani sedang makan setelah bekerja di sawah seharian.Sejuk dan nyaman membuat betah pengunjung. Sepanjang mata memandang, hijau padi meny
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status