Home / Rumah Tangga / Penyesalanku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Penyesalanku: Chapter 11 - Chapter 20

46 Chapters

Penguntit

Kuputuskan berangkat kantor pagi-pagi, sekalian nyari sarapan. Di rumah lama-lama juga buat apa? Sandi masih ngorok.Bicara soal Sandi, entah mengapa akhir-akhir ini aku merasa hampa, apa aku sudah bosan dengan sikap membangkangnya? Mungkin saja. Seharian kemarin kami di rumah berdua saja. Setiap hari minggu Bi Murni libur, ingin menikmati waktu bersama keluarga katanya. Aku maklum saja, masak kerja nggak ada liburnya.Idealnya, ada waktu berdua saja di manfaatkan untuk ngobrol, saling cerita kesibukan masing-masing, atau mesra-mesraan lah. Lha ini?Sandi sibuk dengan gawainya, gegoleran di atas tempat tidur sambil nonton drakor favorit. Ada suami di rumah malah dicuekin, sebenarnya mau dia apa sih?Bukannya minta maaf karena ketahuan keluyuran kemarin, untuk memperbaiki hubungan kami. Dia malah bersikap tidak perduli, apa aku harus minta maaf duluan? Sorry! Not my style. Dalam perjalanan, tiba-tiba terlintas dalam fikiranku untuk melewati rumah mantan mertuaku, kebetula
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Nyeri Dan Perih

Di gerai pakaian dalam wanita, kulihat Sandi istriku, sedang belanja di sana. Wajar wanita sekelas Sandi memilih belanja di sini, Mall besar menjual produk branded. Yang jadi masalah adalah, dia belanja ditemani seorang laki-laki tak kukenal. Dari tatapannya, aku tahu, dia berhasrat sekali terhadap Sandi. Apalagi saat Sandi menempelkan lingeri tipis ketubuhnya, pria itu seperti ingin menelan Sandi hidup-hidup.Sebenarnya aku bisa saja melabrak mereka, sekaligus menggampar laki-laki itu, Tapi untuk apa? Untuk mempermalukam diriku? Memperlihatkan betapa bodohnya aku, karena sudah menikahi wanita murahan seperti Sandi? Tidak, itu tidak akan kulakukan. Lagi pula ini tempat umum, kalau terjadi keributan, bisa mempuruk citra perusahaan tempatku bekerja, karena aku datang ke sini atas nama perusahaan.* * * * * "Gimana hasilnya, Af?" tanya Mbak Yeni, menyambut kedatanganku. "Beres Mbak," jawabku lesu."Syukurlah kalau begitu, semoga penjualan semakin meningkat usai ekspo ya?""Iya M
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Terkejoet.

"Iya! Dia memang kaya dan royal padaku! Tidak seperti kamu! Sudah kere*! Pelit!" seru Sandi dengan suara tinggi.Ucapan Sandi berhasil memprofokasi aku, dan... "Plak!" Tamparanku mendarat tepat di pipi mulus Sandi, hingga meninggalkan bekas merah di sana.Untuk pertama kalinya, aku main tangan pada istri. Baik Uma, maupun Riyanti, tidak pernah berani bersuara tinggi di depanku, mereka hanya bisa menitikkan air mata bila aku marah. Padahal pertengkaran kami, biasanya disebabkan oleh kesalahanku. Sandi benar-benar sudah keterlaluan, jelas-jelas dia salah bukannya minta maaf malah berani memaki dan berkata kasar, yang merendahkan harga diriku sebagai suami, seketika rasaku padanya yang menggebu, padam.Aku sudah memenuhi semua kebutuhannya, bahkan aku memberinya uang untuk kebutuhannya sendiri, kenapa dia bilang aku pelit?Uma saja, kuberi uang kurang dari lima juta, karena waktu itu gajiku masih sedikit, tak sebanyak sekarang. Nyatanya uang itu cukup untuk biaya
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Ternyata

Apa aku mulai menuai karma? Anak-anakku tidak mengenal aku sebagai ayahnya. Dan kini harus menerima kenyataan, bahwa Sandi yang ternyata wanita murahan.Entah apalagi, kejutan dalam hidupku nanti? Allah seperti sedang menjungkir balikkan kehidupanku, sejak menikah dengan Sandi. Dulu aku adalah suami dominan, keinginanku adalah titah, tak boleh dibantah.Tapi dengan Sandi, aku harus banyak mengalah, menuruti semua maunya, tapi nyatanya? Sandi tak lebih dari wanita murahan dan matrealistis, harusnya aku menyadarinya dari awal, sebelum kami menikah."Mas, kita resepsinya di hotel bintang lima ya? Aku mau busana pengantinya yang terbaik, beli di Cantik Boutique," ucapnya, kala kami baru merancang acara pernikahan."Kenapa harus beli? Kan bisa sewa? sanggahku waktu itu. "Sewa? Ogah aku Mas, pakai baju bekas orang lain, nanti kulitku alergi," ucapnya menolak mentah-mentah usulanku."Butuh biaya nggak sedikit itu, Dek. Uangku sudah kepakai buat bayar maharmu yan
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more

Mertuaku Pelakor

Perutku terasa melilit, dari pagi aku belum kemasukan apapun, hanya sebotol air mineral yang kuambil dari mobil tadi.Sandi sudah dipindah ke kamar perawatan, tapi masih belum sadar. Aku juga sudah menelfon ibu mertuaku, agar bisa menggantikanku menjaga Sandi. Tak lupa kutelfon Mbak Yeni, minta ijin karena hari ini tidak bisa masuk kantor."Kamu yang sabar ya, Af? Kamu nggak usah khawatir, biar pekerjaanmu aku yang handle. Semoga Sandi lekas sembuh," ujar Mbak Yeni, saat kukatakan Sandi keguguran dan harus menjalani operasi pengangkatan rahim. Lama menunggu Ibu mertua, aku merasa tidak sabar, akhirnya aku memutuskan keluar ruangan, dan kulihat Ibu mertua sedang berjalan menuju kearahku."Bagaimana keadaan Sandi sekarang?" ucap wanita setengah baya yang selalu tampil modis dan full make up ini, persis seperti Sandi."Sandi belum sadar, Ma," jawabku pelan. "Kejadian sebenarnya bagaimana sih? Kok bisa sampai begini?" tanyanya lagi."Sandi menenggak obat penggugur kandungan, Ma.
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

Pov Uma

"Halo Bu Dokter cantik, boleh saya mengajak anda makan siang, hari ini?" ucap Mas Prabu dengan ekspresi jenaka, membuatku tak bisa menahan tawa."Bagaimana kalau saya menolak ajakan, Pak Dokter?" jawabku iseng, sengaja aku menggodanya."Ya ... Bu Dokter kejam amat ya? Ini sama dengan melanggar sumpah anda, untuk menyelematkan nyawa manusia, Bu Dokter?""Apa hubungannya? Menolak ajakan anda dengan sumpah jabatan saya?""Dengan menolak ajakan saya, berarti anda membiarkan saya mati kelaparan, karena saya tidak mau makan, kalau tidak ditemani dokter cantik," ucapnya melas."Oh ya? Saya baru tahu itu, menolak ajakan makan siang berarti melanggar sumpah profesi, dan saya bukan tipe orang, yang suka melanggar sumpah saya sendiri," ucapku sok cuek."Berarti Bu Dokter menerima ajakan saya, nih?" tanyanya dengan mata berbinar."Tentu saja, saya tidak akan membiarkan anak orang mati kelaparan," jawabku, disambut uluran tangan Mas Prabu, bermaksud menggandeng tanganku, tapi kutolak dengan halus
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Seatap Tapi Tak Sejiwa

Masih lima hari lagi? Bisa senewen aku lama-lama jagain Sandi di sini, mending kalau di suruh jagain Uma, seumur hidup juga aku mau, tapi sayangnya dia selalu bersikap acuh padaku.Kuantar Uma sampai depan pintu, tak lupa kuucapkan terima kasih. Namun apa yang kulihat, membuatku seperti mendapat tamparan keras di wajah."Kita pulang sekarang, Mas," ucap Uma, pada lelaki yang sudah menunggunya di luar ruangan. Dan yang paling menyakitkan, pria itu membawakan tas Uma, sepertinya hubungan mereka sangat dekat.Jujur aku cemburu, melihat Uma berjalan dengan pria lain, apalagi saat melihat mereka bertatapan, ada binar-binar cinta di sana.Padahal aku sempat berfikir, untuk kembali mendekati Uma, setelah resmi bercerai dari Sandi nanti. Kalau sudah begini, apa masih ada kesempatan? Bukankah menurut Alfa, ayahnya sudah meninggal? Dan terakhir saat aku ke ruang kerja Uma, foto yang terpajang adalah adalah foto Uma dan anak-anak, tak ada foto pria itu.Aku yakin Uma belum menikah,
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Usaha Yang Sia-sia

Aroma harum masakan yang menguar, menusuk-nusuk hidungku, hingga tanpa sadar aku melangkah mencari sumbernya. Aku tertegun sejenak, demi melihat siapa yang tengah sibuk memasak di dapur, Sandi. Pemandangan yang langka, baru kali ini aku melihat dia berjibaku di dapur. Biasanya jam-jam segini Sandi masih bergelung dengan selimut, jangankan menyiapkan sarapan, suami berangkat kerja saja dia tidak tahu. Dia memakai dres selutut, rambutnya diekor kuda, meski tanpa make up, dia masih terlihat cantik, tubuh Sandi yang memang indah dari sananya, membuat dia tetap tampak menarik, meski tampil sederhana. "Eh, sudah bangun Mas?" tanya Sandi, senyum manisnya mengembang sempurna.Adegan seperti ini yang kuinginkan dari dulu, bangun pagi disambut istri cantik, ditemani sarapan. Tapi mengapa baru sekarang di melakukannya? Aku hanya tersenyum sekilas, membalas sapaan Sandi, seraya mengambil duduk di kursi makan. Kurasa usahanya perlu dihargai, lagi pula aroma yang menggoda, membuat perutku tera
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

Usaha Yang Sia-sia 2

Aku mematut diri di depan cermin, kaos polo putih, dipadu celana training biru, membuat kegantengan ku naik satu tingkat.Jangan pikir aku akan pergi olahraga, aku berpakaian seperti ini, karena sedang menjalankan misi rahasia. "Ma, tolong jangan ricuh di sini. Mas Afnan di rumah." Sayup-sayup terdengar suara Sandi, entah dengan siapa dia bicara. Aku yang bersiap untuk berangkat ke alun-alun kota, menghentikan aktivitasku sejenak. Demi melihat siapa, yang sudah bertamu sepagi ini. Aku keluar dan menuju ke lantai bawah, langkahku terhenti di ujung tangga. Rupanya ibu mertuaku sedang bicara dengan Sandi. Untuk apa dia datang ke rumah ini? Sedangkan saat anaknya sakit saja, dia tidak perduli. "Kamu kenapa meblokir nomor Mama?" tanya Mama dengan suara tinggi. "Sstt... Mama jangan keras-keras bicaranya, nanti Mas Afnan dengar, aku nggak enak Ma, " jelas Sandi, berusaha membuat Mama mau memelankan suaranya. Tapi sayang, aku sudah berdiri di sini, dan mendengar pe
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Ketok Palu Hakim

Aku pulang dengan rasa yang campur aduk, antara senang, benci dan cemburu. Senang karena bisa melihat Uma dan anak-anak dalam jarak dekat, meski kenyataan tidak sesuai harapan. Benci, kenapa harus ada Prabu bersama mereka? Kan, Uma bisa pergi dengan anak-anak sendiri? Kenapa bawa-bawa Prabu segala. Cemburu? Jelas aku cemburu, siapa yang sanggup melihat pujaan hatinya, bersikap mesra pada pria lain, meski tak ada sentuhan fisik, tapi tatapan mereka mengisyaratkan cinta, dan aku tidak suka. "Mas, aku sudah memasak sup ayam kampung kesukaanmu," ucap Sandi, saat aku sedang di dapur mengambil minuman di kulkas. Sandi memang sudah banyak berubah, dia mulai tahu apa saja masakan favorit ku, dia belajar dari Bi Murni. Rasa masakan Sandi, pun sekarang jauh lebih enak. Sebenarnya aku tergiur mendengar tawaran Sandi, sup ayam kampung bukan hanya makanan kesukaan ku, tapi juga Uma. Dulu dia sering memasak makanan ini, saat masih menjadi istriku. "Mas, makan ya? Aku ambilin, dari pagi kamu b
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status