Semua Bab TEH ... AKU DI SINI: Bab 31 - Bab 40

46 Bab

31. Malam yang Menjerit

Ketiga wanita beda generasi ini saling berusaha menopang satu sama lain. Sepanjang jalan mereka saling menangis memikirkan nyawanya tak melayang saja sudah cukup membuat mereka bersyukur. Erika mendorong Alina dan Rumini hingga berguling sekitar 2 meter. Derak langkah beberapa orang membuat Erika curiga akan membahayakan dirinya dan yang lain. ”Sisir lokasi ini, cari Alina dan yang lain sampai ketemu. Mati atau hidup, harus dibawa ke sini!”Ardan berkacak pinggang, rahangnya mengeras. Ketiga wanita itu sama sekali tidak menyangka ucapan Ardan setelahnya.”Tenang, Mel. Aa yang akan balesin sakit hati kamu,” gumam Ardan. Kemudian berlari menuju villa yang masih mengepulkan asap.Ketiga wanita itu segera berlari tunggang langgang sambil menjauh dari orang-orang Ardan. Alina tak habis pikir dengan Ardan, dari mana uang yang ia dapatkan untuk membayar 10 orang itu? Sedangkan Ardan tidak memiliki jabatan penting di kantor. Alina berpikir keras, dirinya merasakan signal bahaya dari Ardan. W
Baca selengkapnya

32. Kembali ke Hutan

Ketiga wanita beda generasi ini saling berusaha menopang satu sama lain. Sepanjang jalan mereka saling menangis memikirkan nyawanya tak melayang saja sudah cukup membuat mereka bersyukur. Erika mendorong Alina dan Rumini hingga berguling sekitar 2 meter. Derak langkah beberapa orang membuat Erika curiga akan membahayakan dirinya dan yang lain. ”Sisir lokasi ini, cari Alina dan yang lain sampai ketemu. Mati atau hidup, harus dibawa ke sini!”Ardan berkacak pinggang, rahangnya mengeras. Ketiga wanita itu sama sekali tidak menyangka ucapan Ardan setelahnya.”Tenang, Mel. Aa yang akan balesin sakit hati kamu,” gumam Ardan. Kemudian berlari menuju villa yang masih mengepulkan asap.Ketiga wanita itu segera berlari tunggang langgang sambil menjauh dari orang-orang Ardan. Alina tak habis pikir dengan Ardan, dari mana uang yang ia dapatkan untuk membayar 10 orang itu? Sedangkan Ardan tidak memiliki jabatan penting di kantor. Alina berpikir keras, dirinya merasakan signal bahaya dari Ardan. Wa
Baca selengkapnya

33. Complicated

Rambut Alina dijambak, Josua tidak tinggal diam, ia segera meninju rahang suami atasannya tanpa ampun. Foto yang tengah Alina ambil dengan tangan gemetar dilihat oleh Josua, rahang lelaki itu mengetat, ubun-ubunnya terasa panas. Ardan yang tersungkur diraih kembali kerah bajunya dan tanpa pikir panjang, Josua mengarahkan kepalanya ke kepala Ardan. Pening tidak membuatnya gentar untuk membuat babak belur suami Alina itu. Josua meludah, Ardan bukan tandingannya. Josua menggenggam tangan Alina dan mulai membawanya turun dari bangunan mengerikan penuh tanda terbakar ini. ”Bu Alina harus pergi dari tempat ini,” ucap Josua pelan, matanya tidak ia arahkan pada Alina. ”Terlalu bahaya di sini, Bu.”Alina berhenti, tetapi langkahnya memijak bebatuan licin hingga terguling ke perkebunan warga. Josua menolong Alina dan menawarkan diri untuk menggendong atasannya itu.”Yo, ada yang bilang ke saya. Tempat musuh adalah persembunyian yang paling aman, karena musuh nggak akan berpikir kalau kita sebe
Baca selengkapnya

34. Mencari Petunjuk

Erika menceritakan segala yang terjadi pada dirinya saat peristiwa kebakaran itu. Tubuhnya dirasuki oleh Melisa hingga ia tidak bisa merasakan apapun lagi. Mereka berdua, tengah berada di puing-puing bangunan yang basah karena hujan semalam. Ranjang untuk mengikatnya waktu itu masih ada di sana, tak terbakar sedikit pun. ”Gue masuk ke ruangan ini,” ucap Erika, mulai menjelaskan. Ruangan yang semula berisi freezer ukuran besar ini menjadi saksi bisu betapa putus asanya Erika. ”Gue ke sini karena mau nolongin Bi Rumi, tapi malah gue pun ketangkep. Ada dukun yang Dipta sewa, Lin. Karena dukun itu juga yang bikin Melisa ada di hadapan gue dan setelah itu ... gue nggak bisa kontrol badan gue.”Alina mengangguk, ia pun ingat ada seorang lelaki memakai baju serba hitam dan mengenakan ikat kepala. ”Villa ini kebakaran, dan kita pun terlempar sampe ke pohon. Kira-kira, di mana Dipta? Misal mereka udah mati, kenapa nggak ada jasad yang tersisa? Atau tulangnya mungkin? Bukannya tulang ekor ngg
Baca selengkapnya

35. Mayat-mayat itu Datang

Bersyukur Alina memakai sneakers, membuatnya lebih leluasa untuk lari. Kedua wanita itu segera memasuki rumah, dan membagikan beberapa lembar uang untuk membayar jasa bersih-bersih yang telah ia panggil. Alina juga mengusir semuanya meski pekerjaan belum selesai. Setelah memastikan semuanya pergi, Alina dan Erika bergegas mengunci pintu dan melajukan kendaraan. Aliran darah seakan mengalir lebih cepat, membuat kepala terasa panas.”Jawabannya mungkin ada di buku tadi, Lin.””Astaga! Bukunya ketinggalan!” Mobil dihentikan begitu saja, Erika menoyor kepala Alina karena sangat ceroboh. Alina memukul-mukul kemudi. Ia masih ingat, buku itu tidak dimasukkan ke dalam tas karena tadi tergesa-gesa menarik Erika untuk mengajaknya ke ruang bawah tanah itu. Mobil kembali diputar balik ke rumah, meski dongkol di hati tidak bisa ditepis lagi. Melihat rumah yang sudah lama sekali tidak dihuni, membuat Alina merasakan takut.”Lo gila, kita balik lagi ke rumah itu!” Erika berteriak.”Dari pada kita d
Baca selengkapnya

36. Berserah Diri

Pada kenyataannya, kehidupan memang dipenuhi rahasia. Seperti layaknya lautan yang tidak bisa diungkap seluruhnya, begitu pula manusia. Melisa yang Alina kira anak pendiam dan baik-baik, hingga dirinya merasa bersalah telah menjualnya pada Dipta, kini justru merasa lega telah jauh dari gadis manis itu. Pukul 00:29, Alina baru sampai di rumahnya yang asri. Beberapa jam perjalanan, lebih lama dari biasanya karena Erika dan dirinya hanya diam dan bergelut dalam pikir masing-masing. Erika duduk di ruang tamu, belum mengganti baju yang penuh keringat. Begitupun Alina, masih belum beranjak dari pintu yang sudah tertutup. Air matanya turun, kejadian tadi membuat psikologisnya terguncang.”Maaf ....” Suara Erika tersendat, tenggorokan terasa tercekat. Ada banyak yang ingin ia katakan pada sahabatnya, tetapi mulutnya hanya berkata "maaf" saja.”Lo berhak buat nggak ikut ke masalah yang udah gue buat, Rik. Gue hargai,” jawab Alina lirih. ”Makasih udah nolong gue tadi.” Alina beranjak ke pintu
Baca selengkapnya

37. Empat Kuda

Ada filosofi yang mengatakan, ketika berada dalam kandungan janin diberi pilihan untuk lahir atau tidak. Di dalam sana beberapa kehidupan yang akan dijalani diperlihatkan, hingga akhirnya memilih lahir atau tidak untuk suatu hal yang akan di jalankan di dunia. Bayi-bayi yang lahir membuat siapapun akan mengasihi dan menyayangi. Kebahagiaan sempurna, yang tak akan terulang lagi. Namun, pada kenyataannya, sains mengatakan jika yang terkuatlah yang akan lahir ke dunia. Umur yang membuat kita semakin besar, dengan bahu yang terus saja diberi berbagai beban, memaksa kita untuk kuat meski berulangkali ingin menyerah. Dari situ, beberapa manusia akan bertanya. ”Untuk apa kami lahir jika kehidupan maha berat seperti ini?”Alina menutup buku yang tengah ia baca setelah shalat tahajjud untuk menunggu waktu subuh. Sepenggal kalimat menggelitik pikirannya.”Untuk apa lahir?” gumamnya, ”jika memang setiap bayi yang lahir karena diberi suatu gambaran kebahagiaan di dunia, apa mungkin kebahagiaan g
Baca selengkapnya

38. Romo Kusumo

Tidak akan terasa menyakitkan, jika bukan orang terdekat yang memberi luka. Tetapi orang terdekatlah yang bisa membuat hal manis menjadi begitu menyakitkan setelah mengetahui seperti apa mereka yang sebenarnya. Cinta, kasih dan sudut pandang masing-masing akan seperti mata tombak yang siap menghunus ketika ternyata semua itu hanya kamuflase.”Kepala gue udah kayak diskotik. Brisik banget!” keluh Alina sembari memegangi kepala. Erika hanya diam, ia masih cukup berduka dengan kenyataan yang sangat membuatnya terkejut. Sekte? Pembunuhan? Hal itu saling berseliweran di kepala, menuntut jawab yang belum ia dapat jawabannya saat ini. Hatinya memintanya pulang untuk meminta jawaban dari kedua orang tuanya, tetapi logika berjalan untuk menunggu waktu yang tepat dan tidak boleh mengedepankan emosi.Hawa dingin yang disuguhkan di rumah Alina tidak membuat Erika menggigil. Bahkan sedari pulang dari cafe, jaket berbahan jeans itu sudah ia lepas dan disampirkan ke sofa. Pikirannya melayang jauh,
Baca selengkapnya

39. Jejak Kaki

Ternyata, hidup se-atap tidak menjamin untuk saling mengerti. Seperti halnya Alina, yang tidak tahu apa-apa tentang mendiang ayahnya. Kematian Melisa membuat hal yang sebelumnya bahkan tak pernah ada di benak, kini tersaji nyata. Alina masih terpekur di tempatnya, menerima setiap repetan yang keluar dari mulut wanita cantik berkerudung ini.Romo berulangkali meminta putrinya diam, tetapi begitulah putrinya. Rasa kehilangan dan rasa sakit membuat emosi Rara tak terkontrol dengan baik. Ia luapkan segalanya, dan lagi pun ia sudah menunggu moment ini untuk meluapkannya di hadapan Alina.Rapatnya pintu yang baru saja ditutup keras, Alina semakin menunduk. Erika hanya termangu di tempatnya, tidak mengerti untuk melakukan apa karena kata-kata Rara sepertinya benar. Alina mengambil napas panjang, menghembuskan perlahan untuk mengatur kata yang akan keluar.”Romo ... jika ada kesalahan yang dilakukan oleh mendiang ayah saya, saya sebagai anaknya meminta maaf sebesar-besarnya. Semua yang sudah
Baca selengkapnya

40. Siapa dia?

”Untung kita nggak mati konyol!” Dipta membuang puntung rokok ke sembarang arah. Clara hanya mengedikkan bahu. 7 bulan lalu, saat kebakaran villa, Dipta dan yang lainnya memang sudah pergi dari sana melalui bawah tanah. Karena satu-satunya jalan yang tidak akan terkena api hanya itu. Tulang yang sudah dibungkus dengan kain kafan tak mereka pikirkan. ”Alina udah berhasil bawa tulang adiknya, bukannya masalah kita impas?” tanya Clara. ”Buktinya Alin dan Rika nggak nyari kita.””Justru kata Mbah Lanang, Melisa masih belum dikubur. Rohnya masih belom tenang.””Yang terpenting polisi nggak ngendus masalah ini, kita aman,” ujar Clara.Dipta dan Clara tidak benar-benar menghindar, tidak pula memilih tempat terpencil seperti yang sudah-sudah. Bahkan Dipta kembali ke Jakarta, berbisnis barang haram dan wanita. Rumahnya yang dulu menjadi saksi darah Melisa yang mengalir, sudah ditinggalkan. Bahkan sudah hampir 1 tahun, rumahnya masih belum ada yang membeli. Bahkan beberapa orang yang menyewa,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status