Semua Bab Foto Bayi di Ruang Kerja Suamiku: Bab 21 - Bab 30

44 Bab

Salah Pasti Kalah

Ibram dan Rena bersamaan langsung menatapku tak percaya. Mereka pasti tidak menyangka aku akan meminta Ibram melakukan ini.Rena terus menggeleng sembari berkata, "Enggak! Enggak! Jangan, Mas! Jangan ceraikan aku!"Dalam hati aku tertawa puas melihat ketakutan mereka. Ini belum apa-apa dibanding hukuman yang nanti akan kalian terima. Sudah berani menipuku tanpa berpikir panjang. Kalian sama saja telah memasukan diri ke kandang harimau.Aku menatap Ibram dengan tatapan menantangnya. Sementara laki-laki itu tampak kebingungan."Gimana? Ayo, lakukan! Buktikan kalau memang kamu benar-benar cinta sama aku. Aku enggak suka omong kosong," ucapku. "Jatuhkan talak tiga kepadanya!""Enggak!" Rena berteriak histeris. "Jangan lakukan itu, Mas! Jangan!"Wanita itu gemetaran dengan wajah sepucat mayat. Kepalanya terus menggeleng dengan mimik ketakutan."Ma, kita bisa bicarakan ini baik-baik!" bujuk Ibram.Aku tersenyum sinis.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-30
Baca selengkapnya

Hati Cahaya

Papa termenung di ruang tamu. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk tangan sofa. Wajahnya masih merah padam. Kuletakkan secangkir teh melati di meja, persis di depan Papa."Tehnya, Pa!" tawarku kemudian duduk di sofa yang berada di samping Papa."Kapan kamu laporkan dia?" tanya Papa."Tadi pagi, Pa. Karena buktinya sudah cukup maka polisi langsung bertindak.""Papa minta maaf!" Lelaki yang biasanya sangat tegas dan tak mau dibantah itu menunduk. Sepertinya Papi sangat menyesal kemarin sempat membela Ibram."Iya, Pa. Enggak masalah. Viona sudah cukup dewasa untuk mengatasi masalah Viona sendiri.""Maaf karena kemarin tidak mendengarkan penjelasanmu!" Wajah tua Papa tampak bersalah. Mata yang kelopaknya sudah keriput itu memerah."Viona juga sebenarnya takut untuk cerita sama Papa. Viona takut kesehatan Papa terganggu." Kirain jemari Papa dan menggenggamnya dengan erat. Papa pun balas menggenggam jemariku."Papa cukup
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-30
Baca selengkapnya

Masa Lalu

Kami berjalan bersama menyusuri koridor rumah sakit."Sekalian makan malam, yuk!" ajak Tania."Boleh. Dimana?" sahutku."Horison aja, gimana?" usul Tania lagi."Oke. Kamu, gimana, Wil?" tanyaku."Kalian berdua aja, aku harus ke kantor polisi sama siapin semuanya buat kamu," jawab Wildan."Oke, makasih, ya," ucapku.Lelaki berbibir tipis itu tersenyum manis. Kenapa Tania tak menikah dengan Wildan saja? Mereka sama-sama singgel dan sudah cukup dekat? Nanti harus aku bahas saat berdua dengan Tania.Kami terus mengobrol panjang lebar sembari berjalan. Saat melewati koridor bagian informasi, langkahku terhenti. Aku melihat wajah yang sudah tidak asing. "Rian?" lirihku.Lelaki itu pun sama. Langkahnya terhenti. Rasanya bumi seperti berhenti berputar saat aku melihat kembali wajah orang yang dulu sangat aku cintai. Susah payah aku yakinkan Papa agar setuju aku bersamanya, tetapi dia malah m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-30
Baca selengkapnya

Penjelasan untuk Cahaya

Tak terasa kami sudah berdiri di halaman parkir rumah sakit. Wildan masih saja berdiri di samping mobil Tania yang dipakai bersamaku."Oh, ya, kalian mau makan malam dimana tadi?" tanya Wildan.Aku mengernyit. Bukannya tadi laki-laki itu tak tertarik untuk makan malam bersama kami?"Horison," jawab Tania. "Kenapa? Berubah pikiran? Mau ikut?""Iya, boleh, kan? Aku udah lapar juga. Daripada nanti makan sendirian. Mending makan dulu baru ke kantor polisi," jelasnya."Hm, bilang aja masih betah sama kita. Iya, enggak, Tan?" candaku."Ember!" sahut Tania."Pasti, lah. Siapa yang enggak betah bareng gadis-gadis cantik gini," balasnya."Bukan gadis lagi. Tapi jandis!" sahut Tania."Apaan tuh?" tanyaku."Janda rupa gadis," jawab Tania sambil terbahak."Bisa aja kamu, Tan. Tapi bener, kok. Biar janda enggak kalah sama yang masih gadis," can
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-31
Baca selengkapnya

Alasan

Aku melangkah ke kamar dengan kepala sedikit ringan. Aku memang tak ingin Ibram menjadi seorang penjahat di mata Cahaya. Karena itu pasti akan membuatnya rendah diri memiliki Papa seorang penjahat. Penjelasan Mbak Susi tepat untuk Cahaya. Nanti ketika anak itu dewasa, ia bisa mengerti kejadian yang sebenarnya. Saat itu dia bisa menentukan, mana yang benar dan mana yang salah.Setelah membersihkan diri, aku merebahkan badan. Kubuka ponsel yang sejak tadi berada di tas. Kulihat banyak sekali pesan dari Rena. Intinya seperti yang ia bilang tadi. Ia mau diceraikan asal Ibram tak dipenjara. Dia pikir aku sebaik hati itu?Kemudian pesan dari Rian. Lelaki itu mengirim beberapa foto kebersamaan Ibram dengan Rena. Bahkan sejak beberapa bulan lalu sebelum aku mengetahuinya.Segera saja kukirim pesan padanya. [Kenapa kamu baru bilang padaku sekarang?][Besok kita sarapan di caffe Sehati, ya!] balasnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-31
Baca selengkapnya

Tak Mau Berurusan

"Gimana, Vi?" tanya Rian saat aku terdiam cukup lama."Ngaco, kamu, Yan! Aku istri orang," sanggahku."Tapi sebentar lagi bukan," elaknya."Kamu mau jadi saksi buat dipersidangan nanti?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Pasti, Vi. Apa, sih, yang enggak buat kamu," godanya sembari tersenyum manis. Kenapa dengan bertambahnya usia senyum itu tak juga berubah? Bibir tipisnya melengkung seperti bulan sabit. Lalu diikuti lesung pipi yang menawan. Dulu, aku sangat menyukainya. Namun, sekarang aku merasa biasa saja."Kenapa kemarin kamu pura-pura enggak tahu kalau Wildan bukan Ibram?" tanyaku. Aku jadi teringat untuk mengajak Wildan saat bertemu dengan Rian. Saking semangatnya, aku sampai terlupa."Sengaja. Buat ngetes kamu."Aku menaikkan kedua alis. "Ngetes apa?""Kalau kondisimu sedang tidak baik, pasti kamu akan berbohong. Benar, kan? Kamu mengiyakan laki-laki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-31
Baca selengkapnya

Menantang

"Biarin aja, Pak. Enggak usah didengerin, enggak usah diladenin! Yang penting jangan biarkan dia masuk!" titahku."Baik, Bu."Pagi hari, aku mengantar Cahaya ke sekolahnya setelah mengganti seragam di rumah. Aku meminta tolong Pak Harno-supir Mama-untuk mengantar kami ke sekolah Cahaya. Aku takut, Ibram menemui kami.Tiba di sekolah Cahaya, aku segera berpesan pada sekuriti dan wali kelas Cahaya, agar tidak mengizinkan siapapun menjemput Cahaya, kecuali aku. Setelahnya, aku meminta Pak Harno mengantarku ke kantor Ibram.Meskipun semua masih atas nama Ibram, tetapi aku harus mengontrolnya. Jangan sampai gonjang-ganjing rumah tangga kami membuat usaha ini ikut hancur.Tiba di kantor, semua sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Alvin langsung memberikan laporan keuangan beberapa hari terakhir. Aku juga minta laporan keseluruhan. Aku ingin tahu, apakah ada simpanan lain yang Ibram rahasiakan dariku.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-01
Baca selengkapnya

Tamu

"Kamu benar-benar tidak mau mengizinkan aku ambil mobil?" serunya ketika aku hendak berbalik menuju mobil.Aku hanya menjawabnya dengan tersenyum simpul. Lalu berlalu menuju mobil setelah melihat Pak Hasim datang. Sekuriti tersebut aku minta memantau Ibram. Jangan sampai lelaki itu nekat mengambil uang di mini market.Hari terus berlalu, hampir setiap hari Ibram selalu datang ke rumah. Entah itu ke rumahku atau rumah Papa. Lelaki itu terus memohon untuk masuk ke rumah dan mengambil mobilnya.Rena pun pernah datang. Mereka seperti pengemis yang ingin mengambil hasil jarahannya. Mereka membujuk mulai dari cara memohon belas kasihan sampai dengan umpatan kasar.Dari itu aku tahu kalau Ibram selama ini sama sekali tak mencintaiku. Lelaki itu terlihat sangat mencintai Rena. Melihatnya aku jadi percaya bahwa cinta itu benar-benar buta. Syukurnya aku tak sebucin itu pada Ibram. Otakku masih waras untuk memilih mana yang pantas dan man
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-01
Baca selengkapnya

Bertemu

"Pasti Rian," tebakku sembari masih terpaku di depan cermin. Padahal aku tak memakai make up. Aku hanya duduk memandangi wajahku saja."Ma! Dipanggil Kakek!" seru Cahaya dari depan pintu kamarku.Aku pun segera keluar. Kemudian berjalan berdua dengan Cahaya ke meja makan. Tampak di meja makan sudah ada Mama, Papa, dan Rian.Lelaki itu tersenyum manis pada Cahaya. Kemudian mengajak Cahaya duduk di sampingnya."Sini, Ya, dekat Om!" pintanya.Cahaya menatapku meminta persetujuan. Aku mengangguk, kemudian anak itu berlari kecil mendekat ke Rian dan duduk di sampingnya."Nih, Om bawa coklat buat Aya," ucap Rian sembari menyerahkan dua bungkus coklat pada Cahaya."Makasih, Om!" ucap Cahaya."Buatku mana?" candaku."Kamu mau?" tanya Rian serius."Iya, dong. Emang Aya doang yang suka coklat!" Aku pura-pura merajuk."Ya, yang satu kasihkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-01
Baca selengkapnya

Rumah Rena

Ibram menatapku menghiba. Seolah berharap aku akan mengizinkannya menginjakkan kaki kembali di rumah kami. Aku memilih kembali membuang muka. "Nanti kalau masalah Papa sudah selesai, insya Allah Papa akan pulang, ya. Aya sabar dan doain Papa biar Papa bisa segera pulang, ya!" ucap Ibram."Benar, Pa? Papa enggak akan dipenjara, kan?" tanya Aya bersemangat.Ibram mengangguk sembari tersenyum simpul. "Aya doain Papa, ya!""Iya, Pa. Aya setiap solat pasti berdoa biar Papa dimaafin terus polisi itu izinin Papa pulang. Aya kangen sama Papa."Cahaya kembali menangis dan memeluk Ibram. Tampak anak itu benar-benar merindukan papanya.Kamu harus kuat, Nak! Cobaan kamu memang sangat berat untuk usiamu yang masih sekecil ini. Mama saja tidak pernah mengalami apa yang kamu alami saat ini."Aya sayang sama Papa. Aya kangen sama Papa.""Papa juga sayang sekali sama Aya. Aya sabar dulu, ya!"Bel sekolah berbunyi. Caha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status