Ingin rasanya kuteriakkan di depan wajahnya. "Kamu tidak ke rumah Pakdhe, Mas! Tapi kamu di bawah rumah menikmati makanan menjijikkanmu itu! Dan kamu melakukan hal tak senonoh di sana!" Namun, sekuat tenaga kutahan agar tidak mengatakan itu. Aku teringat pesan Pakdhe untuk bermain rapi. Untuk kali ini, aku berjanji akan benar-benar menuruti perkataan Pakdhe. "Oh iya, Le. Ini gajimu. Pakdhe gak lama-lama di sini. Sudah malam. Budhe-mu sendirian di rumah," ujar Pakdhe sembari menyerahkan sejumlah uang pada Mas Darma. "Diminum dulu kopinya, Pakdhe," tawarku. Pakdhe mengangguk dan menyesap kopinya.Sepulang Pakdhe, aku langsung masuk ke kamar. Kukatakan pada Mas Darma bahwa malam ini aku tidur dengan anak-anak saja. Meski dia tampak keberatan, tetapi pada akhirnya mengiyakan. Aku berasalan bahwa anak-anak merasa takut karena sekarang tujuh hari kematian Sinta yang konon jenazah akan berpamitan pada orang-orang yang dikenalnya. Sejak mendengar pengakuan Mira, aku menjadi lebih banyak
Baca selengkapnya