Home / Thriller / STRANDED (TERDAMPAR) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of STRANDED (TERDAMPAR): Chapter 11 - Chapter 20

24 Chapters

Part-11: Bagai Manik Putus Talinya

Di saat rasa remuk masih menggerogoti seluruh anggota badan, di saat carut marut juga masih sengit-sengitnya membajak pikiran, dalam kelelahan badan seperti demikian, pendengaran Syahera kembali disuguhi oleh rintihan permohonan yang menyayat perasaan. “Mohon tolong aku Ra,” pinta Nita dengan erangannya. Suaranya begitu lemah, hanya sedikit lebih keras terdengar dibandingkan dengan suara seseorang yang berbisik. Hanya samar-samar juga Syahera bisa mendengarnya. Namun dia tahu, sudah pasti yang dia dengar itu adalah suara Nita. Dalam kepayahan jiwa dan badan, Syahera mencoba untuk bisa duduk dari posisi menelentang. Begitu sakit yang dia rasakan. Setiap melakukan pergerakan, gadis berparas ayu itu terlihat menyeringai kesakitan. Tengkuk kaku dililit kenyerian. Punggung yang terpelecok tak bisa dia luruskan. “Ya Allah, sakitnya,” rintih mahasiswi fakultas ilmu kelautan itu mengelus-elus punggungnya. Hanya sesaat Syahera mampu bertahan. Kemudian dirinya kembali rebah
Read more

Part-12: Terpaksa Harus Rela

Kini... tak ingin lagi rasanya Nita meminta. Tak ingin juga dia melihat wajah Syahera sahabatnya. Nita menyadari bahwa waktunya kini benar-benar telah tiba. Genggaman tangannya tak mampu lagi menahan seluruh beban berat badan. Kepedihan hati pun menyelusup senyap dalam pikiran. Teringat kembali oleh Nita akan setumpuk dosa yang telah terlanjur diperbuatnya selama masa hidupnya di dunia. Bagai bisa ular sanca yang menyusup pelan dalam pembuluh darah, begitulah kepedihan yang dirasakan kini oleh Nita. Cairan beracun seolah-olah merayap senyap menuju ke sebongkah jantung merah yang tak lagi berdaya. Dengan cepat racun itu menyergapnya. Lalu mengunyah-ngunyah nya hingga menimbulkan rasa pedih yang tiada tara. Terlalu menyakitkan ternyata. Tak ingin lagi rasanya Nita untuk kembali mengingat dosa-dosanya itu. Tak ingin juga dia menderita terlalu lama menjelang detik-detik kematiannya. “Biarlah aku akhiri saja kini semuanya,” pikir Nita. Dirinya merasa terpaksa harus
Read more

Part-13: Kekuatan Kasat Mata

Apapun yang terjadi pada diri Syahera, mengapa tiba-tiba saja tubuhnya yang tadi remuk bisa kembali bertenaga, tak dipungkiri lagi, dibalik itu semua ... sepertinya memang ada suatu kekuatan kasat mata yang telah menyelusup masuk ke dalam raga Syahera. Walaupun Syahera sendiri tidak menyadarinya. Lihat saja, sudah hampir lima menit lamanya Syahera bergelantungan, namun belum ada kepayahan yang dia rasakan, hal itu tentu saja mengherankan. Bahkan juga, badan Nita yang puluhan kilo beratnya sama sekali tak sedikit pun bergeser dari genggaman tangan Syahera Lima menit lamanya bergelantungan, kesadaran Nita yang tadi sempat terbang ke awang-awang kini kembali datang. “Hah... malaikat?” Nita terperanjat seketika dirinya terjaga. Dia merasakan tangannya bagai ada yang menyergap. Wajah Nita pucat. Jantungnya kalang kabut. Yang ada dalam pikiran Nita, pasti itulah yang namanya sergapan sosok makhluk bernama malaikat. Tak ingin Nita penasaran, dia
Read more

Part-14: Raga Dalam Sergapan

“Syahera, aku semakin terbenam.” Nita berteriak. Sedikit demi sedikit dia merasakan dirinya kembali melorot ke bawah. Tak ada lagi jalan lain, Syahera memang harus tetap mencoba untuk mengangkat tubuh Nita ke atas agar dia bisa meraih besi bulat yang memagari lantai kapal. “Nita, kita coba sekali lagi.” “Ya Ra, soalnya aku juga takut kalau nanti ombak datang lagi, bisa bertambah remuk badan aku jadinya.” “Ok, siap-siap Nit, nanti cepat pegang besinya ya.” “Pasti dong Ra.” Kekuatan misterius yang tadi menyusup masuk ke dalam raga Syahera masih ada di sana. Namun sosok makhluk dari dimensi yang lain ternyata juga masih enggan melepaskan cekalan tangannya di kedua kaki Nita yang sudah terbenam. Begitu tangan Nita di angkat ke atas oleh Syahera, seketika itu juga Nita merasakan tubuhnya bagai meregang dengan keras. “Aduh sakit, mampuslah aku!” jerit Nita tiba-tiba merasakan kesakitan yang tak terkira. “Sudah, hentikan saja Ra!” pinta Nita
Read more

Part-15: Terperangkap Dalam Pengap

Angin kencang kembali menerpa lautan. Rasa dingin juga mulai dirasakan. Nita yang berada tak jauh dari Ratih melipat kedua tangan. Nita kemudian melihat ke arah Ratih. Ratih sudah tersandar di dinding belakang ruangan penumpang. Wajahnya dia tundukkan. Jidatnya dia letakkan di lututnya yang dia tekukkan. Untuk yang Kesenian kalinya, Nita kembali melirik ke arah Syahera yang tergeletak tepat di sampingnya. Syahera yang secara menakjubkan berhasil menyelamatkan Nita tadi kini masih terlihat pingsan. Nita sendiri sampai saat itu tak habis pikir bagai mana caranya dengan tiba-tiba saja Syahera bisa menyelamatkan dirinya yang sudah binasa. Nita masih ingat, tubuhnya tadi sudah lenyap kelelap. Napasnya mengap-mengap, lalu dunia dirasakannya gelap. Namun secara misterius, dalam sekejap mata kemudian tubuh Nita dan Syahera dengan begitu saja sudah berada di geladak kapal bahagian belakang. Keduanya tergeletak di lantai dalam keadaan pingsan.***** Hembusan angin kencang ke
Read more

Part-16: Roboh Di Pintu Ruangan

Syahera kembali menghampiri Ratih dan Nita. Ratih menyipitkan mata melihat wajah Syehera tiba-tiba saja berubah cemas. “Syahera, ada apa sih, kok kasak-kusuk begitu?” “Kita harus memecahkan kaca jendela Rat.” “Memecahkan kaca jendela? Apa nggak salah tuh.” “Aku serius ini Rat.” “Memangnya ada apa sih Ra?” “Pintu ruangan yang tadi tiba-tiba saja terhempas kini nggak bisa lagi dibuka dari dalam, semua jendela juga nggak bisa dibuka, makanya dari tadi mereka nggak ada yang keluar.” “Terkunci maksud kamu?” “Mungkin saja macet Rat.” “Kan bisa dibuka paksa.” “Nggak bisa, mereka semuanya pada berdiri di balik pintu menunggu pertolongan kita.” Syahera menunjuk ke arah pintu ruangan penumpang. “Gawat, terkunci?” Nita yang mendengar ikut merasa cemas. “Benar Nit, semuanya pada terkurung di dalam, kita juga nggak bisa masuk.” “Ulah makhluk itu lagi mungkin Ra.” Nita langsung menebak. “Mungkin saja Nit, soal
Read more

Part-17: Damai Dalam Kesunyian

Udara di dalam ruangan penumpang mulai pengap. Gas karbon dioksida CO2 juga semakin leluasa merayap. Vivi, Cici, Nining, Sapta, dan Ganta yang roboh bertumpuk-tumpuk di depan pintu ruangan mulai mengap-mengap. Dalam keadaan kehilangan kesadaran, mereka juga mengalami kesulitan dalam bernapas. Tak ada lagi yang sanggup bersuara. Ruangan penumpang yang mewah itu pun berubah senyap serasa berada di dalam kamar mayat dengan kondisi jendela dan kaca-kaca dalam kondisi tertutup rapat. Tak hanya itu, ancaman lain yang lebih mengerikan juga mulai merayap di dalam ruangan. Wendra, mahasiswa yang pertama kali melihat adanya penampakan di kapal itu sudah terlanjur disusupi kekuatan gaib makhluk siluman. Dirinya yang sedari tadi terduduk di salah satu kursi penumpang kini berada dalam kebekuan badan dan ingatan. Raga Wendra perlahan berubah wujud. Sekujur tubuhnya gosong menghitam. Mengerikan! Tak berapa lama lagi mahasiswa fakultas ilmu kelautan itu juga akan menjadi sosok makhluk sil
Read more

Part-18: Tubuh Yang Lenyap

Syahera tumbang. Kesadarannya menghilang. Keenam makhluk cebol yang telah menghabisi Syahera itu juga mendadak menghilang dari penglihatan. Ratih dan Nita yang menyaksikannya tercengang. “Ya Tuhan.” Wajah Nita tegang. “Bah, makhluk-makhluk cebol itu menghilang.” Ratih kebingungan. “Mereka itu para siluman Rat.” “Benar Nit, wajah mereka sangat menakutkan.” “Memang dasar makhluk siluman ... biadab!” Nita mengumpat. “Tapi gawat Nit, bisa-bisa saja Syahera kecebur kalau badai kembali datang,” sebut Ratih. Tak bisa dia menyembunyikan rasa kekhawatirannya. Dia perhatikan lagi, posisi Syahera tergeletak tepat di pinggir lantai geladak. Jika kapal itu kembali terguncang, dapat dipastikan Syahera akan terhambur masuk ke dalam lautan. “Bagaimana ini Nit, Syahera bisa saja celaka.” “Ya Tuhan, jangan sampai deh.” Nita tak ingin berpikiran sampai ke sana. “Syahera!” teriak Nita. “Syahera! Bangun Ra!” Nita berteriak lagi. Kedua bola
Read more

Part-19: Sayap Yang Mengepak-ngepak

Mendung kesedihan melanda Nita. Hati kecilnya tak bisa menerima kenyataan bahwa Syahera yang telah menyelamatkan dirinya dari kematian itu telah pergi untuk selama-lamanya. “Kamu jangan pergi Ra, jangan tinggalkan aku sahabatmu!” sebut Nita. Kedua bola matanya memerah menahan air mata. “Syahera, Syahera! Kamu di mana!” Nita kembali berteriak memanggil-manggil nama sahabatnya. “Syahera mungkin sudah nggak ada lagi Nit,” sela Ratih menampakkan wajah kesedihannya. Ratih kemudian menengadahkan wajahnya ke atas. Sesaat dia memejamkan mata, kemudian dia kembali melihat ke arah Nita. “Dia telah pergi meninggalkan kita Nit, kita harus rela menerimanya,” sebut Ratih lagi. “Nggak mungkin Rat, nggak mungkin dia telah pergi, tolong jangan katakan kalimat itu lagi Rat, jangan lagi,” balas Nita. Sepertinya dia benar-benar tak rela mendengar kalimat yang terucap dari mulut Ratih tadi. “Nggak mungkin!” ulang Nita lagi. Untuk sejenak Nita diam menena
Read more

Part-20: Menerjang Lautan

Penglihatan Nita tertancap ke arah pintu kamar mesin. Di sanalah tadi sosok makhluk kelelawar raksasa itu menghilang. Terpikir oleh Nita, mungkin saja ada sesuatu yang lain di sana. “Jangan-jangan makhluk itu bukannya menghilang, melainkan masuk ke dalam kamar mesin, hal itu boleh jadi,” pikir Nita. Nita mencoba menelaah. Terpikir olehnya kemudian Valdo, si teknisi kapal. Nita masih ingat, sejak pertama kali kapal itu jangkar, Valdo si teknisi kapal itu masuk ke dalam ruangan mesin untuk melakukan perbaikan. Dan sejak saat itu Valdo tak lagi terlihat olehnya. “Mungkin saja Valdo si teknisi kapal itu terkunci di sana. Si Valdo itu kan biasa bekerja di laut, pasti dia jago renang. Tentu saja dia bisa menyelamatkan Syahera yang tenggelam,” gumam Nita lagi. Begitu berharapnya Nita agar Syahera bisa diselamatkan. Harapan itu memang masih ada. Nita sendiri paham, sebagai seorang mahasiswi ilmu kelautan, Syahera mempunyai kelebihan dalam hal pernapasan. Catatan kemamp
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status