Awan menggeleng dengan sedikit desahan berat, "Aku tidak tahu, aku tidak bisa mengingatnya sama sekali. Tapi, ketika melihat makam ini, aku seolah merasa sangat dekat dengannya.""Apa kami sedekat itu dulunya?" Tanya Awan penasaran."Benarkah?" Bukannya Lana yang bersuara, justru Chiya yang berada di samping kiri Awan. Matanya tampak berbinar senang.Awan mengangguk dan tersenyum tipis, "Ya, Chiya. Dia kakakmu, bukan?"Chiya mengangguk cepat dengan mata berkaca-kaca. Tentu saja bukan karena sedih, melainkan perasaan senang di hatinya. Mendengar Awan mengutarakan kalau ia merasakan begitu dekat dengan Neo, membuat Chiya menjadi begitu bahagia. Itu artinya, kakaknya memiliki tempat yang spesial di hati Awan. Neo tidak salah melayani Awan dan mengorbankan nyawanya saat itu."Iya, Awan-sama. Dia, kakakku. Dia pernah bercerita kalau dia sangat bangga bisa melayanimu dengan seluruh jiwa raganya. Aku yakin, dia pasti ikut senang melihat anda baik-baik saja sekarang." Jawab Chiya dengan penuh
Read more