Home / Pernikahan / Satu Atap Dengan Gundik Ayahku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Satu Atap Dengan Gundik Ayahku: Chapter 41 - Chapter 50

70 Chapters

Bab 27.B

Aku melajukan mobil menuju kantor ayah, tapi sebelum ke sana aku mampir dulu ke rumah bunda, penasaran dengan kasus Tante Miranda Pagar setinggi satu meter itu masih tertutup, itu artinya bunda masih di rumah belum berangkat ke grosinya."Eh, Zara, kamu pakai baju kaya gini mau ngapain?" tanya bunda usai pintu terbuka, ia sedikit terkejut melihat penampilanku yang berbeda."Mau kerja di kantor ayah, Bun, nyoba-nyoba aja dulu kalau nyaman lanjut kalau ga mending kuliah lagi." Aku terkekeh."Kamu ini, yang serius dong, mau kerja apa kuliah.""Gimana si kuntilanak, Bun?" tanyaku mengalihkan perhatian."Miranda maksudnya?" tanya bunda sambil tertawa."Iya lah siapa lagi.""Ribet, Ra, kita harus bongkar makam Tante Dina buat proses otopsi, terus kita ga cukup hanya menghadirkan saksi, harus ada bukti yang kuat kalau Miranda udah meracuni Dina," ucap bunda membuatku putus asa.Aku sangat ingin Tante Miranda mendekam di penjara lalu ia gila selamanya."Terus nantinya Tante Miranda bakal beb
Read more

Bab 28.A

(POV Miranda)Aku hampir muntah melihat makanan yang terhidang di depan mata, nasi yang begitu keras hanya berlauk kerupuk, ikan asin dan sayur bayam, benar-benar membuat selera makanku menghilang."Ayo cepet makan! Kalau ga mau biar gua aja yang makan!" celetuk seorang perempuan tengah baya yang menjadi teman tidurku di dalam sel.Aku menatap wanita bertubuh gemuk yang sedang mengunyah makanan dengan rakus itu, sungguh membuatku bergidik jijik.Aku benar-benar tak tahan berada di sini, aku ingin pulang!Kuremas rambut yang mulai kusut ini dengan kesal, kenapa bisa kejahatan yang kututupi bertahun-tahun lamanya kini bisa menghancurkan hidupku.Asih kurang ajar, Naima sial*n, dan Zara si pembawa sial semuanya menyebalkan, lihat saja jika Pak Budiarto bisa membebaskanku maka mereka bertiga lah yang akan kuhabisi terlebih dulu."Sini aja deh buat gua nasinya." Perempuan bertubuh gempal itu merebut piringku."Enak aja, rakus banget sih jadi orang." Aku kembali merebut jatah makanku.Bagai
Read more

Bab 28.B

"Ya terus aku gimana? masa iya aku harus ke rumah Papa, kalau aku dijadikan pel*cur gimana?" tanya Tiara putus asa."Ya jangan dong, ke rumah nenekmu aja lah, awas ya kalau kamu temui papamu." Aku mengancamnya dengan tegas.Mas Roy alias ayah Tiara memang lelaki tak bertanggung jawab, aku tak sudi jika satu langkah saja Tiara menginjak rumahnya.Bukan hanya tak bertanggung jawab ia juga kerap berganti-ganti wanita, yang kudengar sekarang ia menikah dengan perempuan penghibur."Tapi di rumah nenek ada Tante Devi sama Tante Meri, mereka 'kan judes banget sama aku, males banget kalau tingggal di sana," sahut Tiara lagi.Benar juga apa katanya, Devi dan Meri adalah kedua adikku, mereka membenciku lantaran malu dengan sikapku yang sering pacaran dengan suami orang.Ibuku memang baik seburuk apapun aku ia tetap menerima, sayang sekali ibu satu atap dengan kedua adikku, Tiara mana mungkin tahan tinggal dengan mereka yang bermulut pedas."Aku tuh ga mau keluar dari rumah Ayah, aku udah nyaman
Read more

Bab 29.A

(POV DAMAR)"Mas, kamu becanda 'kan?" Miranda menatapku, mata yang nampak sayu itu mengembun.Sejujurnya aku tak tega. Namun, perbuatan jahatnya membuatku sangat benci, terlebih ibu mengancam tak menganggapku anak jika tak menceraikan Miranda."Aku serius, Mir, perbuatan kamu benar-benar ga bisa ditoleransi lagi, mulai sekarang kamu bukan istriku dan aku bukan suamimu."Aku lantas berdiri, tapi Miranda masih menggenggam erat jemariku."Kalau itu keputusanmu aku terima , tapi aku titip Tiara, Mas, papa kandungnya ga sebaik kamu," ucapnya dengan air mata berlinang.Aku menengadah menahan debar di dada, entah cinta ini masih ada atau tidak, yang jelas hatiku terluka ketika talak terucap."Aku ga bisa janji kalau soal Tiara, karena Zara dan anakmu ga pernah mau aku, Mir. Dan aku juga takut kehilangan Zara." Aku mulai melepas genggamannya."Mas, aku mohon setidaknya kamu selamatkan dia dari papa kandungnya." Miranda merengek lagi."Akan aku usahain." Aku menganggukkan kepalaLalu secepatny
Read more

Bab 29.B

"Ayah, boleh ga aku tinggal di sini, bukan sebagai anak Ayah tapi sebagai asisten Kak Zara, aku akan kerja di sini buat biaya kuliah," pinta anak itu sambil memelas.Aku diam sambil menatapnya prihatin, rasanya tak tega mempekerjakan Tiara di sini."Ayah aku mohon." Anak itu merengek lagi."Kalau kamu mau, nanti bilang sama Kak Zara ya, kalau dia mengizinkan maka Ayah juga setuju, sekarang makan dulu ya," jawabku."Ya sudah aku akan bilang nanti ke Kak Zara setelah pulang."*******(POV TIARA)Usai makan aku berpamitan pada ayah untuk mengunjungi rumah nenek sesuai perintah mama, letaknya memang agak jauh sekitar satu jam perjalanan.Aku sangat lega karena ayah masih menyayangiku, buktinya ia tak berani mengusirku dari rumah mewah itu.Beruntung juga aku memiliki pegangan uang hasil penjualan tas-tas branded Mama, karena perhiasan Mama mungkin sudah dijual oleh ayah, begitu pula dengan bajunya, aku kalah cepat dari lelaki tua itu.Andai saja aku gerak cepat, mungkin aku bisa pergi dar
Read more

Bab 30.A

"Syaratnya apa, Kak?" Tiara menatapku dengan penasaran.Aku menyeringai, sepertinya kesempatan ini harus kujadikan ajang balas dendam pada si gundik sekaligus pada anaknya yang tak kalah rese itu.Kalian berfikir aku jahat? silakan, tapi Tante Miranda jauh lebih jahat dari yang kulakukan."Syaratnya lu harus pokus kerja sama gue, ga boleh sekolah dan ga boleh ke mana-mana, gimana?" tanyaku dengan tatapan remeh.Tiara melongo terkejut, tentu saja ia akan keberatan dengan syarat yang kuajukan, tapi itu bukan suatu masalah, mau dia menerima atau tidak ya terserah."Ya ampun, Kak, masa ke sekolah ga boleh 'kan sayang sebentar lagi aku lulus. Aku tuh kerja sama Kakak buat biaya kuliah, nanti aku ambil kuliah kelas karyawan deh," jawabnya.Aku tersenyum kecut, bilang saja mau dibiayai kuliah oleh ayah, secara tak langsung memang begitulah tujuannya."Iya, Zara, peraturannya terlalu kejam, Tiara itu masih punya masa depan, jangan gitu-gitu amat lah kasihan." Terdengar ayah membela.Kutatap w
Read more

Bab 30.B

"Ini anak saya dari istri pertama, Bu," ucap ayah, obrolan dua insan itu terhenti karena kehadiranku."Oh iya." Perempuan bergamis coklat itu tersenyum ramah, aku pun bersalaman dengannya."Ini ibunya Tante Miranda, Ra, kalian baru ketemu ya," Aku pun tersenyum lalu duduk di samping ayah karena penasaran dengan obrolan mereka."Jadi itu semua bukan fitnah, Bu, bahkan ada saksi yang mengatakan kalau Miranda membunuh ipar saya itu melalui dirinya," ujar ayah lagi dengan serius."Maksudnya?" Perempuan itu nampak belum faham."Iya Miranda menyuruh pengasuh anak ipar saya untuk meracuni ipar saya itu, dan sekarang dia bersaksi di depan kami dan di pengadilan, ga ada yang fitnah Miranda, Bu, itu nyata."Ayah bicara panjang lebar memberitahukan kronologis pembunuhan Tante Dina."Astaghfirullah," gumam ibunya Tante Miranda sambil menutup mulut."Memang motif pembunuhannya apa, Nak Damar? kok bisa Miranda bunuh adik ipar Nak Damar?" tanya nenek itu lagi."Jadi gini, Bu, dulu sebelum saya kena
Read more

Bab 31.A

(POV TIARA)Tak ada pilihan aku menuruti setiap inginnya, Zara gadis rese itu, termasuk memasak di dapur bersama Mbak Sita.Memang menyebalkan!Selama ini aku tak pernah memegang bau anyir ikan ataupun ayam, jangankan memasak, mencuci celana dalam sendiri saja aku tak pernah.Tapi lihatlah sekarang, gadis sombong itu malah menyuruhku ini itu, mencuci pakaian dalamnya, bajunya, bahkan mencuci sepatunya yang bau terasi.Mending kalau digaji puluhan juta, aku hanya menerima dua juta, ini seperti penghinaan, aku tak tahan!Tapi aku harus ke mana jika pergi? rumah nenek? aku malas mendengar cibiran Tante Devi dan Tante Meri, belum lagi aku pasti tidur sekamar dengan nenek karena kamar di sana penuh oleh cucu nenek yang lain, aku tak bisa hidup seperti itu."Tiara, cuci ikannya udah belum?" tanya Mbak Sita.Si*lan! Padahal babu itu biasanya memanggilku dengan sebutan nona."Iya ini udah." Aku cemberut."Bawa cepet sini!" Nada suaranya sedikit membentak.Kurang ajar memang! Mbak Sita seolah
Read more

Bab 31.B

"Iya iya!"Terpaksa aku menghampiri lalu menyodorkan gelas-gelas pada sang tuan raja."Kamu di sini aja, jadi kalau ada perlu aku ga perlu teriak," bisik Zara membuatku mendelik kesalLihatlah anak songong itu menyuruhku berdiri seperti seorang dayang yang menunggu ratunya, aku sudah tahan!"Zara, sebenarnya ini acara apa sih? kok tumben ngajak kita kumpul?" tanya ibunya Zara yang super kolot.Mataku mendelik saat meliriknya.Sebel!"Oh iya aku lupa ngasih tahu." Si rese terkekeh."Sebenarnya ini acara syukuran kecil-kecilan aja sih, untuk merayakan tertangkapnya Miranda."Mataku membeliak mendengar Zara bicara, jadi sejak tadi aku berlelah-lelahan itu ternyata untuk menghina ibuku sendiri, kurang ajar sekali kau Zara!"Oh merayakan Miranda yang udah tertangkap, kok kamu happy banget gini sih?" tanya seorang perempuan berambut pendek dan pirang "Iya dong, dari dulu aku tuh pengen nyingkirin itu kuntilanak, dan baru kesampeannya sekarang, ya jelas aku happy dong, dan setelah ini aku h
Read more

Bab 32.A

"Omset kita setiap bulan semakin meningkat, Yah, apalagi cabang di kota, sepertinya kita harus memperluas area supermarket dan menambah fasilitas yang lebih menarik untuk memikat pengunjung."Aku menyerahkan data-data yang sudah kunalisis dari para staf karyawan bagian office, wajah ayah nampak berseri melihat data-data itu lembar demi lembarnya."Kita juga harus adakan sale besar-besaran pada produk yang sudah numpuk lama di gudang, Yah, itu juga salah satu cara memikat minat pengunjung."Lagi ayah mangut-mangut mendengar usulanku."Baik, kita akan adakan rapat esok hari membahas usulanmu itu ya, beberapa hari ke depan Ayah akan ajak kamu survey ke seluruh cabang supermarket, gimana?""Ok, siap, Yah.""Anak Ayah semakin dewasa ya." Ayah tersenyum sambil mengelus kepalaku."Iyalah dikasih makan." Aku mengerlingkan mata, sedangkan ayah tertawa.Sudah satu bulan tak terasa waktu cepat berlalu, sidang putusan Tante Miranda pun sebentar lagi akan digelar, rasanya sudah tak sabar melihat w
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status