Semua Bab Gairah Cinta Sopir Pribadi : Bab 41 - Bab 50

53 Bab

41 Hadiah yang menunggu

Pria berdasi merah ini masih menduga-duga, gejolak hatinya terus mengusik jika wanita tua itu berbohong. Nora melirik sekilas ke arah Temy yang tengah berusaha untuk fokus menyetir, namun pikirannya sibuk melayang entah kemana. Dibalik kesunyian Nora bertanya, "Kamu baik-baik saja Temy?" Temy bersikap aneh saat Nora bersuara, ia mulai fokus pada pekerjaan mengemudinya ini. "Bisa katakan apa hubunganmu bersama Bu Rusi?" tanya Nora, sempat ia tidak percaya jika Temy memiliki hubungan keluarga dengan Bu Rusi. "Dia adik dari almarhum ibu kandungku, saat keluargaku kecelakaan Bibi Rusi yang mencoba menolong adikku, setelah itu aku tidak tahu bagaimana kabarnya!" ucapnya mengingat masa lalu. Nora mengangguk, ia menoleh ke arah jendela kaca mobil, pohon yang tinggi seperti sedang berlari mengejarnya. Namun, ia menoleh kembali ke arah Temy. "Siapa nama adikmu?!" "Gasa Atama Atmajaya" ucapnya. "Gasa, nama yang unik! Lalu apakah kau sudah berusaha mencarinya?" tanyanya lagi. "Tentu, say
Baca selengkapnya

42 Maafkan Aku, Tun!

"Asal apa?" seru Nora lagi. Temy menahan senyumnya, jemarinya bermain membenarkan rambut Nora yang menutupi matanya. "Asal kita menikah!" jawab Temy, membuat Nora membisu dan tidak dapat bereaksi mendengar itu. Wanita itu melepaskan pelukannya, "Maaf, aku tidak sengaja!" ucapnya membuang pandangan. Temy mengusap lembut puncak rambut Nora. Melihat tingkah Nora membuatnya semakin merasa gemas untuk memilikinya. 'Kau harus sabar Temy, Nora masih mencintai Bagus! Aku yakin waktu akan membuat Nora jatuh cinta padaku!'"Jangan diam saja Nora, mari aku tunjukkan bagaimana kamarmu!" ajak Temy. Nora mengangguk saja, sejenak ia ingin melupakan kesedihannya bersama Bagus. Ia ingin kembali menata hatinya yang masih remuk redam. Penghianatan memang tidak akan membuat hubungan akan menjadi indah, sekali saja salah satu menggores luka, semua itu tidak akan kembali sama. ***"Bang, buka pintunya Bang! Apa Abang masih marah sama aku?" Atun mengetuk daun pintu kamar Bagus. Pintu kamar terbuka, A
Baca selengkapnya

43 Apa Ini sebuah Hukuman?

Zainatun memiliki perasaan yang sangat dalam untuk Bagus. Impiannya adalah menjadi istri satu-satunya seorang Bagus. Namun, tak dapat ia sangka Bagus mampu menduakan dan menodai ketulusan cintanya. Pengorbanan yang sudah ia lakukan seakan sia-sia saja, bukan kebahagiaan melainkan kesalahan yang mungkin harus berulang kali ia memikirkan jawaban atas permintaan maaf yang diutarakan Bagus. Kedua matanya masih berkaca-kaca, suaminya terus menepuk kedua pipinya dan mengguncangkan tubuh Atun, agar ia tersadar dari tatapannya yang kosong. Bukan tatapannya yang sudah kosong, melainkan cinta dan jiwanya bersembunyi dibalik kesedihan yang ia rasakan. "Katakanlah sesuatu Tun! Jangan membuatku panik!" Bagus menyesali ucapannya, kejujurannya mampu membunuh hati Atun. Dengan sigap Bagus segera berlari kecil mengambil air minum dari dapur, dan menuangkannya di gelas kaca. Ia berlari kembali, dan menghampiri Atun yang masih mematung. "Minum dulu Tun!"Bagus mendekatkan bibir gelas yang ia bawa me
Baca selengkapnya

44 Doa Terbaik

Begitu lama Atun berdoa, bermunajat untuk mendapatkan rahmat-Nya. Dadanya semakin sesak, dan air matanya luruh tanpa henti. Kedua kakinya lemah tidak dapat bangkit. "Ya Allah, ada apa denganku?!" ujarnya lirih. Ia merasakan pening, jiwa dan raganya sudah tidak sanggup bertahan. Tak lama ia terkapar di atas sajadah dan tubuhnya masih dibaluti mukena berwarna putih miliknya.Suhu dingin yang terasa di telapak kakinya membuat Bagus terbangun, setelah mengusap kedua wajahnya, kedua netranya mencari sosok Atun. Sontak pria itu segera mendekati Atun yang terkapar di atas sajadah. Ia menangkup wajah Atun yang begitu pucat, kedua telapak tangannya begitu dingin. Terdengar suaranya yang terus merintih kesakitan. "Tun, bangun Tun!" bisiknya, membuat Atun begitu berat untuk membuka kedua matanya. Bagus menjadi panik, apa yang harus ia lakukan saat ini melihat kondisi Atun yang semakin parah. Wanita itu berusaha bangkit walaupun terlihat lemah. "Abang!" panggil Atun lirih. "Katakanlah, apa y
Baca selengkapnya

45 Siapa Kalian?

Rasa penat dan duka masih terasa. Angin yang berhembus kencang mampu menemani kesendirian Bagus saat ini. Kedua bibirnya menyesap rokok kecil yang menyelip di tengah dua jarinya. Dua jam yang lalu ia sudah berusaha ikhlas mengirimkan doa agar Atun tenang dan bahagia di surga. Dan apapun itu, Bagus harus bisa melangkah lagi mencari jalan yang baru untuk kehidupannya kedepan. Meninggalkan segala suka dan dukanya tentang masa lalunya bersama Atun. Mengambil langkah panjang untuk mencari seperti apa kehidupan selanjutnya. Bagus kembali ke rumah miliknya. Harusnya di rumah itu masih ada sosok Nora. Namun, kisah mereka pun sudah kandas.Seperti biasa, ia akan bersiap untuk bekerja di tempat Furqon. Pekerjaannya sudah lama sekali terbengkalai, walaupun malam hari, ia harus bisa menyelesaikan pekerjaannya sebagai tukang kayu. Bagus berangkat menuju gudang Furqon, gudang Furqon saat ini sudah berpindah dekat dengan hutan, agar tidak terdengar suara bising yang menganggu tetangga sekitar ruma
Baca selengkapnya

46 Maaf Temy

Pandangannya tertutup oleh kain berwarna hitam, lengan Nora mengapit pada lengan Temy. Semilir angin berhembus mengenai kulitnya. Malam ini entah Temy merencanakan hal yang akan menjadi kejutan untuk Nora. Suara desiran ombak membuat Nora terus menerka-nerka keberadaannya saat ini. "Satu, dua, tiga, buka mata mu!" Nora membuka perlahan setelah kain yang dipasangkan terlepas oleh Temy. Pemandangan laut pada malam hari mampu mengukir senyum Nora. Gaun hitam bermotif brukat semakin menambah aura yang terus membuat Temy memuji kecantikannya di dalam hati. "Wow Temy, apa semua ini kau yang membuatnya?" tanyanya. Nora begitu terpukau, ketika melihat dua kursi kayu dengan meja yang menyajikan beberapa makanan yang sudah disiapkan pria tampan itu. "Kamu suka? Syukurlah, jadi semuanya tidak sia-sia!" ujar Temy. Nora hanya membalas setiap perlakuan Temy dengan senyuman, pemandangan indah ini harus bisa diabadikan. Nora mengambil ponselnya, dengan malu-malu Nora meminta Temy untuk berpose m
Baca selengkapnya

47 Pelukan Temy

"Baringkan dia disana," perintah seorang pria bertubuh tinggi dan berbadan kekar yang berdiri di ambang pintu. Kedua pria yang membawa Bagus hanya mengangguk dan menuruti perintah sang atasan. "Lalu, apa yang akan kita lakukan Bang?" Salah satu pria yang merupakan anak buah Temy terlihat ragu, karena Bagus terlihat begitu lemah saat ini. "Biarkan saja dia! Kunci semua jendela, dan pintu ini, besok pagi Tuan akan datang!""Baik Bang!" jawab pria yang lainnya. Bagus membuka matanya perlahan, ia merasakan pusing yang kini tengah menderanya. Ia juga meringis kesakitan pada hidung yang masih mengeluarkan darah. "Sial! Siapa sebenarnya mereka? Apa salahku sampai aku dihukum begini?" desisnya. Pelan-pelan ia mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling kamar yang luas dan besar. Ranjang yang empuk di kamar itu membuatnya sedikit nyaman untuk saat ini. Perlahan ia bangkit dan berusaha untuk menyeimbangkan diri. "Tempat siapa? Ah, kepalaku sakit sekali!" Bagus meringis kesakitan, nampak s
Baca selengkapnya

48 Kabar Bahagia

Air matanya mengalir perlahan, memori indah bersama Bagus terulang jelas kini, ada rasa rindu menelusuk di dalam hatinya pada sang mantan suami. Air hujan perlahan membasahi gelapnya ibu kota malam ini. Lima jarinya menghapus air mata di pipi, dan tak lama senyum terukir ketika pria disebelahnya menatap penuh cinta. "Kau suka hujan Nora? Sejak tadi pagi sampai malam, kau tidak pernah lepas untuk melihat hujan deras ini!"Wanita berambut panjang itu menampilkan senyum manisnya. “Karena hujan mengingatkanku pada Bagus!” Suasana menjadi hening sekejap. "Nora, kamu melamun?""Oh, ya Tem! Aku menyukai hujan, terkadang cuacanya membuat hatiku tenang dan damai!"Temy mengangguk, secangkir cappucino ia berikan untuk calon istrinya. "Untukmu, supaya kau tetap hangat!""Terima kasih!"Nora tersenyum sipu, pandangannya menyelidik ke arah Temy, yang terlihat gagah dan berwibawa. Entah mengapa wajah dari dekatnya begitu persis dengan wajah Bagus. “Ayolah Nora, kau sudah berjanji untuk melupa
Baca selengkapnya

49 Doa untuk adikku

Temy memejamkan kedua matanya, lalu menghembuskan napasnya kasar. Kedua bahunya bersandar pada daun pintu ruangan di mana Bagus tengah di periksa oleh dokter. Kini segalanya harus bisa ia terima jika takdir mempertemukannya dengan Bagus, adik kandung yang selalu ia cari sejak dulu. "Tak ku sangka jika kamu adikku! Bibi Rusi membohingiku, entah mengapa sebabnya!"Temy mengambil ponselnya, senyumnya mengembang seketika melihat gambar Nora yang terlihat bahagia di layar ponselnya. "Haruskah aku membiarkan Nora bersama Bagus? Padahal, hubungan ini sudah lama ku nantikan!"Air mata Temy menetes perlahan, ia hanya ingin berkumpul dengan orang-orang yang ia cintai. Sampai ia harus bisa menerima pria yang ia anggap sebagai penganggu hubungannya kini adalah adik yang sangat ia rindukan. "Pak Temy!"Mendengar seseorang memanggilnya, Temy segera menghapus air matanya dan berdiri menghadap dokter yang menangani Bagus. "Bagaimana dengan dia?""Tenang saja, keadaan kini membaik, dia merasakan sa
Baca selengkapnya

50 Rion

Seperti kata dokter, sesekali Bagus menginggau dan berteriak dalam tidak sadarkan diri. Temy rasa, Bagus sedang bermimpi tentang masa lalu, hingga terkadang ia harus diberi obat penenang oleh perawat yang menjaganya. Nora tidak pernah bosan untuk menghubungi Temy, sayangnya Temy belum siap menceritakan tentang Bagus kepada Nora. Jemari Bagus bergerak perlahan, kedua matanya terbuka perlahan. Terlihat jelas langit-langit kamar berwarna putih. Temy bangkit dari duduknya, menyambut suka cita Bagus sudah siuman. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Temy, tak sabar. Bagus terdiam, ia menatap Temy dengan jelas. Senyumnya merekah, ia mengenali Temy dan berusaha bangun untuk melihat sekelilingnya. "Hati-hati!"Temy membantu Bagus, ia merasa bingung dengan sikap Bagus sesaat setelah siuman. "Dimana aku?" Bagus melihat ke sekelilingnya. "Kau di rumah sakit, kepalamu terbentur, dan kau merasakan sakit kepala yang begitu hebat, hingga membuatmu tidak sadarkan diri selama lima hari!""Kau tetap s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status