Sepenggal memori itu yang mengiringi derap kaki Samin dalam pelariannya. Sebagian ingatannya kabur karena dipengaruhi minuman memabukkan yang berhasil meracuni pikiran baik saat itu.Yang dia ingat, mereka bersama-sama membuntuti Menur. Yang Samin ingat, Arman yang memulai duluan. Mendorong gadis itu dan mencabik-cabik pakaian Menur seperti harimau yang sedang kelaparan.Samin terus berlari di kegelapan malam. Tujuannya ialah tempat di mana kelima temannya yang lain: Alwi, Ijat, Maymun, Wahab, Arman sering berkumpul untuk bermain kartu domino.Sedetik pun Samin tidak berhenti untuk mengistirahatkan diri. Meski napasnya tinggal satu-satu, meski baju kemeja di badannya sudah basah oleh peluh. Meski kakinya sudah lecet, luka, karena tersandung batu atau pun terkena tanaman menjalar yang berduri. Samin tidak peduli. Yang penting saat ini dia segera mendapat perlindungan dari teman-temannya yang lain.Mata Samin sudah menangkap bangunan persegi empat persis di tepi jalan raya, sebuah gubuk
Last Updated : 2022-08-30 Read more