Home / Horor / Dendam Kuntilanak Merah / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dendam Kuntilanak Merah: Chapter 11 - Chapter 20

56 Chapters

11. Malam Pernikahan Berdarah

Kuak lembu diselingi derik jangkrik mengisi kesunyian malam Desa Niaso, sebuah desa yang berjarak tiga desa saja dari Desa Kumpeh. Berbeda sekali dengan suasana tadi siang, kini desa itu diliputi oleh sepi yang mencengkam. Entahlah, seperti ada yang aneh. Suhu udaranya pun dingin menusuk kulit.Di sebuah rumah berhalaman luas, sampah-sampah sisa pembungkus makanan para tamu berserak di sana-sini. Tenda-tenda yang masih terpancang di tengah halaman, menandakan si empunya baru saja melaksanakan hajatan besar-besaran.Pak Broto menikahkan putri semata wayangnya, Ratna, dengan pemuda kekar nan tampan dari luar desa. Samin berhasil memikat hati dan mempersunting perempuan itu hanya dalam kurun waktu dua bulan pendekatan saja. Anak gadis juragan kaya itu terbuai dalam sejuta janji manis yang diberikan Samin beserta mimpi-mimpi yang masih direncanakannya.Dari teras rumah, lampu kamar Ratna terlihat menyala. Ratna sendiri masih terjaga, di depan kaca rias dia tengah sibuk menyisir rambutnya y
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

12. Pelarian Samin

Sedetik kemudian barulah Samin menyadari, kesalahan fatal yang baru saja dia perbuat telah berhasil menghancurkan masa depannya."Tidak! Tidaaak!"Samin histeris. Tanpa membuang waktu dia mendobrak daun jendela yang berada tepat di belakangnya, lantas keluar dari kamar dalam satu kali lompatan.Samin berlari sekencang mungkin tanpa menoleh ke belakang. Derap kakinya seperti orang kesetanan. Dia takut sekali orang-orang yang mengejarnya, berhasil menangkap dan menyeretnya ke kantor polisi.Selintas memori beberapa waktu lalu, memenuhi kepalanya.Malam itu temannya, Arman, mengajaknya berpesta minum minuman keras untuk merayakan atas berhasilnya Samin memikat hati Ratna, anak juragan kaya yang telah dia incar sejak lama. Gadis itu akhirnya bersedia menerima lamaran Samin dan mau menjadi istrinya. Arman ingin Samin membikin pesta bujangan.Mereka pun memutuskan untuk berkumpul di rumah Samin. Kebetulan tetangga yang tinggal tepat di sebelah rumah Samin sedang mengadakan acara hajatan. Seh
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

13. Nyawa dibalas Nyawa

Sepenggal memori itu yang mengiringi derap kaki Samin dalam pelariannya. Sebagian ingatannya kabur karena dipengaruhi minuman memabukkan yang berhasil meracuni pikiran baik saat itu.Yang dia ingat, mereka bersama-sama membuntuti Menur. Yang Samin ingat, Arman yang memulai duluan. Mendorong gadis itu dan mencabik-cabik pakaian Menur seperti harimau yang sedang kelaparan.Samin terus berlari di kegelapan malam. Tujuannya ialah tempat di mana kelima temannya yang lain: Alwi, Ijat, Maymun, Wahab, Arman sering berkumpul untuk bermain kartu domino.Sedetik pun Samin tidak berhenti untuk mengistirahatkan diri. Meski napasnya tinggal satu-satu, meski baju kemeja di badannya sudah basah oleh peluh. Meski kakinya sudah lecet, luka, karena tersandung batu atau pun terkena tanaman menjalar yang berduri. Samin tidak peduli. Yang penting saat ini dia segera mendapat perlindungan dari teman-temannya yang lain.Mata Samin sudah menangkap bangunan persegi empat persis di tepi jalan raya, sebuah gubuk
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

14. Kematian Empat Pemuda

"Kenapa aku tak kalian beri tahu?""Karena kau terlalu sibuk dengan pesta pernikahanmu. Lagi pula, kami tak ingin merusak kebahagiaanmu," jawab Ijat takut-takut."Bagaimana dengan Arman?""Sudah lama kami tidak mendengar kabar darinya." Ijat menjawab."Ini karena ide gila darinya! Duda haram jadah!" Samin mengumpat. "Kenapa bukan dia saja yang diteror hantu gadis itu? Kenapa harus aku?"Alwi menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak setuju. "Kita ikut andil di malam itu, Min. Apa kau lupa? Bahkan kau melakukannya setelah Arman."Samin semakin terpuruk. Dia jatuh terduduk di hadapan tiga pasang kaki teman-temannya. "Andai saja aku tidak minum tuak terlalu banyak malam itu." Samin kembali tergugu. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sekarang ialah seorang buronan. Aku sudah membunuh istriku sendiri!""Bagaimana kalau kita ke rumah Arman saja? Sekalian melihat kondisinya. Mungkin dia punya jalan keluar untuk masalah ini." Wahab memberi ide.Bukan tanpa alasan. Di antara mereka memang
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

15. Sakit Kepala yang Mendera

Sanusi memijit-mijit kedua pelipisnya. Dia merasakan sakit kepala yang tiada tara: berdenyut-denyut, mengentak membuatnya tak bisa lagi berpikir jernih. Rasanya seperti kepalanya sedang dihantam palu raksasa saja. Padahal sejak sejam yang lalu, dia sudah meminum obat pereda nyeri yang dibeli istrinya di warung depan rumah.Bagaimana dia tidak mendapatkan sakit kepala yang hebat, kasus hilangnya Menur masih menjadi sebuah misteri yang sama sekali belum ditemukan titik terangnya. Ditambah lagi ada penemuan mayat warga desa lain yang ditemukan di desa yang dia pimpin. Tentu hal ini bakal menjadi bahan kecurigaan pihak kepolisian, bahwa salah seorang warganya adalah pelaku pembunuhan.Belum lagi Sanusi juga harus memikirkan teka-teki yang diberikan Pakdo Ramli. Sanusi hanya disuruh menunggu saja, tetapi dia sendiri pun tidak tahu apakah yang dimaksud dukun sakti itu. Hal apakah yang bakal terjadi, yang menurut Pakdo Ramli ialah jawaban dari segala perkara yang menimpa? Ah ... Sanusi benar-
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

16. Sebuah Teka-Teki

Ujang tidak bertanya lagi sebab dia tidak ingin kepala kampung itu berubah pikiran, lantas mengajaknya ikut serta. Sudah cukup terakhir kali Ujang mendapat sorotan mata tajam dari dukun itu. Demi apa pun, dia tidak menginginkannya lagi.Ujang berdiri di pekarangan rumah, seraya menatap kepergian Sanusi hingga menghilang di tikungan jalan merah berbatu.~AA~Sanusi tiba di gubuk Pakdo Ramli tepat tengah hari. Di saat mentari bersinar dengan garangnya. Di saat tak satu pun burung yang berani berkicau atau binatang lain bersuara. Kata orang-orang jaman dulu, tengah hari ialah waktu di mana makhluk bunian berkeliaran mencari makan atau mangsa, seperti: hantu kopek yang menculik anak-anak, hantu air yang menarik seseorang saat berenang sendirian, atau penguasa hutan yang membikin pengelana tersesat tanpa arah.Pintu gubuk Pakdo Ramli tertutup rapat. Meski Sanusi agak bingung, dia tidak kehabisan akal. Setelah menyandarkan sepeda ontel milik Ujang ke pohon terdekat, Sanusi berjalan memutari
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

17. Korban Terakhir

Di sudut ruangan tanpa penerangan, Arman menggigil. Bahunya yang kurus ringkih berselimutkan kain sarung yang penuh tambalan di sana-sini. Pria itu ketakutan. Matanya nyalang menatap sekitar, seolah-olah ada sesuatu yang menakutkan sedang mengincar nyawanya.Semenjak Arman mendengar kabar tentang kematian kelima temannya, dia tidak pernah lagi keluar dari rumah. Tiap pintu, jendela, dia kunci dari dalam. Bahkan seekor nyamuk kebun pun tak dibiarkan bisa lolos karena tiap celah telah Arman tutup rapat memakai kepingan papan kayu bulian, dipaku kuat dari dalam. Arman begitu ketakutan setengah mati.Sesungguhnya teror demi teror sudah menghantuinya sejak lama. Namun, Arman tidak begitu ambil peduli. Dia pikir mana bisa hantu penasaran bisa sampai merenggut nyawa manusia. Yang dia tahu, hantu hanya bisa menakut-nakuti atau paling parah hanya bisa membikin manusia demam tinggi atau ketempelan saja.Siapa sangka, hantu Menur mampu melakukan aksi brutal. Terbukti dengan kematian Maymun, Samin
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

18. Jawaban dari Teka-Teki

Arman bergeser pelan-pelan, turun dari ranjang, melangkah mengendap-endap. Dia berusaha tidak menghasilkan suara sedikit pun.Arman ingat ada sebuah lubang kecil di pintu kamarnya yang tempo hari dia tutupi menggunakan potongan tripleks bekas. Lebih baik Arman mencoba mengintip saja dari sana, ketimbang menanti yang tak pasti sembari menduga-duga.Untungnya potongan tripleks itu tidak sulit dibuka. Arman mendekatkan sebelah matanya ke pintu, mengintip. Namun, pria kurus itu salah terka. Ternyata sosok Menur yang telah berubah wujud menjadi lebih mengerikan, sedang menyeringai ke arahnya. Jarak mereka hanya terhalang daun pintu saja.Arman tak sempat lari maupun mengelak ketika Menur menancapkan kukunya yang runcing tajam ke bola mata kanan pria itu."Arrggh!"Teriakan Arman membungkam katak rawa, menghentikan jangkrik yang mengerik, membuat burung hantu mengarahkan kepalanya ke sumber suara.Di detik-detik terakhir, Arman masih berusaha berontak melepaskan diri. Namun sayangnya kuku Me
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

19. Desa yang Mencekam

Malam ini Desa Kumpeh diselimuti kabut tebal yang tak biasa. Jarak pandang ke depan hanya terbatas hingga beberapa meter saja, selebihnya gelap dan pekat. Padahal tidak ada siapa pun yang membakar sampah sembarangan. Bulan ini pun bukan pula musim kemarau yang biasanya berkabut akibat kebakaran hutan yang terjadi karena gesekan ranting-ranting kering.Semenjak adanya kematian beberapa orang pria secara mengenaskan, tak ada lagi warga desa yang berani unjuk hidung di luar rumah pada waktu senja hingga fajar menjelang. Mereka takut sekali bakal menjadi 'korban' berikutnya.Desas-desus dan bisik-bisik di antara warga mengatakan bahwa kematian keenam pemuda akibat dijadikan tumbal dari pabrik karet getah yang baru saja dibangun di wilayah Kota Jambi.Tentu warga tidak berani mengambil risiko. Mereka masih ingin hidup lebih lama. Mereka masih ingin merasakan bernapas hingga usia tua, bukan menjadi tumbal keserakahan manusia tak beriman yang hanya memikirkan harta semata.Situasi mencekam se
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

20. Ritual yang Gagal

Seketika nyali Sanusi yang biasanya besar menjadi menciut mendengar wasiat aneh dari dukun yang dianggap aneh oleh Sanusi sendiri.Bagaimana bisa dia kabur seorang diri? Bukankah itu dianggap pengecut dan tidak setia kawan? Apalagi dia ialah pemimpin kampung, ke mana tanggung jawabnya? Sedangkan dia sendiri yang meminta Pakdo Ramli ke sini untuk membantu memecahkan misteri hilangnya salah satu warganya. Nurani dan pikiran Sanusi berdebat tak terkendali."Turuti saja permintaanku!" Pakdo Ramli seperti bisa membaca segala perdebatan di hati Sanusi. Mau tidak mau, Sanusi hanya bisa mengangguk patuh. Lagi dan lagi.Pakdo Ramli kemudian duduk bersila di depan sesajen. Kedua tangannya bersandar pada lutut. Matanya terpejam. Bibirnya yang dinaungi kumis lebat bergerak-gerak sebab sedang merapal mantra-mantra.Sanusi memperhatikan aksi dukun tersebut selama tiga puluh menit, tak ada yang terjadi. Namun, tiba-tiba terdengar suara ledakan persis di atas gua tersembunyi yang hanya bisa dilihat Pa
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status