"Kata Ibu, juga apa? Tidak usah kerja, tidak usah cari duit di tempat orang. Sekarang, tahu sendiri, kan akibatnya gimana? Kamu dipecat, juga dipermalukan." "Iya, Ibu. Tadinya, Ranum ingin mandiri dengan tidak bergantung pada Ibu. Mana Ranum tahu, akan terjadi seperti ini," ujarku seraya menggosok rambut dengan handuk kecil. Gara-gara air jus tadi, aku harus mandi malam-malam. Dingin? Enggak. Ibu memasak air untukku mandi. Sekarang, wanita itu tengah mengomel. Menceramahiku yang katanya bandel dan pembangkang. Ah, memang iya. Niatnya ingin mandiri, malah rugi sendiri. Mana gaji sisa yang aku dapat sedikit, lagi. Nasib ... begini banget jadi janda. "Num, sudahlah. Dengarkan apa kata ibumu itu. Kamu, lebih baik buka usaha. Jualan kain, atau jualan baju, gitu di pasar. Nanti, Bapak cari orang yang mau sewain ruko atau kios buat kamu. Daripada kerja di restoran, bukannya kenyang malah kejang-kejang kena marah orang terus. Iya, 'kan?" ujar Bapak menimpali. Aku hanya manggut-manggut
Terakhir Diperbarui : 2022-08-23 Baca selengkapnya