Home / Romansa / Beautiful Pain / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Beautiful Pain : Chapter 71 - Chapter 80

129 Chapters

Bab 71. The Divorce Trial III

Audrey melangkah keluar dari ruang persidangan bersama dengan keluarganya. Dan sebelum pergi Audrey sempat berjabat tangan dengan pengacaranya, karena telah membantu dalam proses perceraiannya dengan Xander berjalan lancar.Audrey tak lagi menatap Xander. Meskipun Audrey tahu sudah sejak tadi Xander menatapnya tapi tetap Audrey memilih untuk mengabaikan tatapan Xander.Audrey merasakan hatinya seperti ditancap oleh sebilah pisau yang menembus jantungnya. Terlebih dikala sang hakim telah memutuskan dirinya resmi bercerai dengan Xander. Detik itu juga, Audrey merasakan hidupnya telah hancur berkeping-keping.Di depan ruang persidangan, Athes hendak mengajak Audrey masuk ke dalam. Akan tetapi gerak Athes terhenti kala sosok pria menghadangnya berdiri di depan seolah tak ingin membiarkan Audrey pergi.“Minggir,” tukas Athes tajam dengan tatapan penuh amarah pada Xander—yang menghalanginya.“Aku ingin bicara dengan Audrey,” jawab Xander dingin.“Apa lagi yang harus kau bicarakan dengan Aud
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 72. Lose

Kesunyian dan kesepian melingkupi diri Xander. Aura wajah dingin bercampur frustrasi kala Xander memasuki apartemennya. Sesaat, pria itu mengendarkan pandangan ke sekitar melihat apartemennya begitu kosong dan sunyi. Tak lagi ada sambutan hangat Audrey. Bahkan tak ada lagi senyuman indah yang kerap menyambut Xander.Xander merasakan dirinya telah kehilangan sesuatu yang berharga. Kenapa ini? Bukankah harusnya Xander bisa bahagia melepas Audrey? Impiannya selama ini telah terwujud. Harusnya tak perlu lagi Xander memikirkan Audrey dikala hakim sudah mengetuk palu. Tapi kenapa sekarang Xander merasakan hatinya sangat sesak?Xander berusaha menepis semua hal yang mengusik pikirannya. Pria itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Namun, langkah kaki Xander terhenti kala melihat pelayan membawa sebuah keranjang yang berisikan tumpukan buku.“Itu buku siapa? Kenapa kau bawa keluar?” tanya Xander dingin dengan sorot mata lekat.“Tuan Xander, ini adalah buku-buku bacaan Nyonya Audrey. Te
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 73. Panic

Audrey menatap para pelayan membawa koper-koper miliknya, memindahkan ke dalam mobil. Tampak raut wajah Audrey begitu muram. Kilat matanya memancarkan jelas tatapan penuh kerapuhan.Mata Audrey sembab akibat tangisnya sepanjang malam. Beruntung make-up mampu menutupi kesedihan di wajah Audrey. Ya, sekuat apa pun Audrey berusaha untuk kuat tetap saja dirinya akan lemah kala kehilangan bagian dari hidupnya.Melepas bukanlah hal yang mudah. Meskipun Audrey telah mengikhlaskan tapi tetap hatinya begitu sesak dan sakit. Pria yang satu-satunya selalu ada di hati Audrey kini telah pergi. Tak bisa memungkiri Audrey benar-benar hancur berkeping-keping.Audrey tak pernah mengira akan berada di titik melepas Xander. Keegoisannya membuat pria yang dia cintai harus hidup menderita. Sungguh, Audrey menyesali semuanya. Andai saja dirinya tak bersikap kekanakan maka tak akan jadi seperti ini.“Audrey, barang-barangmu semua sudah dibawa oleh pelayan. Apa ada barang yang tertinggal?” Dakota melangkah m
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 74. Pregnant

Miranda tak henti-hentinya menangis di pelukan Athes kala dokter tengah memeriksa keadaan Audrey. Helen pun ikut menangis di pelukan Darren. Sedangkan Dakota sejak tadi memegang ponselnya. Dakota ingin menghubungi Xander, akan tetapi Dakota langsung mengurungkan niatnya. Tak mungkin Dakota menghubungi Xander. Posisi saat ini Audrey telah resmi bercerai dengan Xander.“Athes, kenapa dokter lama sekali memeriksa putri kita?” Tatapan Miranda menatap lirih sang suami. Tatapan yang terlihat jelas betapa takut akan terjadi sesuatu pada putrinya.“Tunggulah, Miranda. Putri kita pasti baik-baik saja.” Athes mengecup kening Miranda, menenangka istrinya itu.“Miranda, apa yang dikatakan Athes benar. Audrey pasti baik-baik saja,” sambung Darren menenangkan adiknya.“Audrey bukan wanita lemah. Aku yakin Audrey hanya kelelahan saja,” ujar Helen dengan begitu yakin kalau keponakannya tak memiliki masalah di kesehatannya.Ceklek! Pintu ruang rawat terbuka. Sang dokter berdiri di ambang pintu. Denga
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 75. New Beginning

Tiga tahun berlalu … Tokyo, Japan. Seorang wanita cantik berdiri di podium megah memimpin meeting pembahasan tentang perusahaan dipimpinnya. Wanita berparas anggun dan menawan itu begitu fasih dalam menggunakan bahasa Jepang. Dress berwarna hitam membuat wanita itu tampak begitu sempurna. Heels tinggi yang dipakainya membuat kaki jenjangnya sangat indah.Dia Audrey Russel—salah satu pewaris Russel Group berhasil membuat terobosan baru dan mampu memperkokoh Russel Group di pasar Asia. Kecerdasannya tak lagi diragukan. Semua bisnis mulai dari apartemen, hotel, mall, supermarket, berhasil menduduki posisi atas dunia.Tiga tahun Audrey tinggal di Jepang, wanita itu fokus akan pengembangan bisnis keluarganya di pasar Asia. Sedangkan untuk pasar Eropa dan Amerika masih dipegang ayahnya. Adapun dua adik laki-laki Audrey sudah membantu namun belum sepenuhnya. Pasalnya kedua adik laki-laki Audrey memang sekarang tengah fokus pada pendidikan. Hingga ketika Audrey menutup meeting tersebut, su
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 76. Back to Rome

Roma, Italia. Seorang pria dengan tubuh tinggi gagah menatap perkotaan Roma dari balik kaca ruang kerjanya. Sorot mata dingin dan tajam begitu melekat di aura ketegasan pria tampan itu. Gelas sloki yang berisikan whisky ada di tangannya. Urat-urat maskulin di pergelangan tangan pria itu begitu nampak jelas menunjukan kegagahannya. Bahu lebar, dada bidang. Kemeja berwarna navy membungkus tubuh kekarnya menjadikan sang pria layaknya seperti Dewa Adonis.“Tuan Xander.” Chad—asisten Xander melangkah mendekat pada Xander.“Ada apa kau ke sini, Chad?” tanya Xander dengan aura wajah dingin dan penuh ketegasan.“Maaf mengganggu Anda, Tuan. Tapi saya hanya ingin mengatakan kalau tadi pagi Nona Serry ke kantor Anda. Beliau mencari Anda, tuan,” jawab Chad sopan dan patuh.Xander terdiam sejenak. Pria itu mengalihkan pandangannya pada Chad. “Bilang padanya nanti aku akan menghubunginya. Aku masih sibuk tidak ingin diganggu.”“Hm, Tuan. Sebenarnya Tuan Serry tadi meninggalkan pesan,” ujar Chad me
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 77. Unavoidable

Keesokan hari, Audrey sudah bersiap-siap akan meeting dengan salah satu perusahaan besar yang merupakan rekan bisnis Spencer Group. Sampai detik ini, Audrey memang belum memberitahu kedua orang tuanya kalau dirinya berada di Roma. Bukan tidak mau, tapi Audrey memilih fokus membantu Dakota lebih dulu. Lagi pula, Audrey yakin pasti anak buah ayahnya sudah melaporkan ayahnya kalau dirinya berada di Roma.“Audrey, ini dokumen yang dibutuhkan di meeting nanti.” Dakota memberikan dokumen yang ada di tangannya pada Audrey.“Siapa nama perusahaan yang menjadi rekan bisnis Spencer Group?” tanya Audrey lagi untuk memastikan.“Ewald Group. Nanti kau akan bertemu dengan CEO Ewald Group yang bernama Frank Ewald,” jawab Dakota memberitahu.“Ewald Group, kalau tidak salah baru-baru ini perusahaan besar itu berhasil memasuki sepuluh besar di Amerika. Benar kan?” tanya Audrey memastikan.Dakota mengangguk. “Tepat sekali. Aku takut salah bicara, Audrey. Nanti malah masalah akan rumit. Bisa-bisa aku aka
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 78. Regret

“Hi, Audrey. Aku tidak menyangka perwakilan Spencer Group adalah dirimu.” Wanita itu menyapa dengan senyuman yang anggun. Terlihat pancaran mata wanita itu sedikit terkejut melihat Audrey di hadapannya.“Hi, Serry. Aku juga tidak menyangka perwakilan Ewald Group adalah dirimu.” Audrey duduk di depan wanita itu. Nada bicaranya berusaha untuk tenang dan seolah tak peduli.Audrey tak menyangka kalau perwakilan Ewald Group adalah Serry. Kalau saja dia tahu maka dia lebih memilih untuk tidak datang. Meski telah berdamai dengan kenyataan tapi setiap kali melihat Serry tetap saja hati Audrey begitu sesak. Tak mudah berjalan melewati badai.“Ya, aku adalah Direktur pemasaran di Ewald group. Hari ini Tuan Frank Ewald tidak bisa hadir karena beliau memiliki meeting dengan rekan bisnisnya dari Melbourne,” ujar Serry memberitahu. “Anyway, lama tidak melihatmu, Audrey. Kau semakin cantik dan dewasa. Tadi aku sedikit tidak mengenalimu.”“Terima kasih.” Audrey tersenyum tipis begitu professional. Da
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 79. Only the Past

Serry menatap Xander yang tengah melajukan mobil dengan raut wajah nampak berbeda. Sejak di restoran tadi, kekasihnya itu lebih banyak diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dalam hati, entah kenapa Serry seperti merasakan sesuatu. Sesuatu hal yang sudah lama mengusik hati dan pikirannya. Bahkan membuat keresahan muncul dalam lubuk hatinya terdalam. “Apa kau memikirkan Audrey, Xander?” tegur Serry dengan nada pelan namun tersirat menuntut Xander untuk menjawabnya.Xander terdiam sejenak mendengar pertanyaan Serry. Perlahan, laju mobil Xander diperlambat. Aura wajah dingin melekat. Sepasang iris mata cokelat Xander berkilat memendung sebuah rasa yang bercampur. Marah, kesal, penyesalan, bersalah, semua telah melebur menjadi satu.“Aku dan Audrey dulunya adalah sepasang suami istri. Kalau sekarang kami kembali bertemu, pasti aku memikirkan kabarnya. Selain itu Audrey dan aku tumbuh besar bersama. Jadi hal normal kalau aku memikirkannya,” tukas Xander menegaskan dan penuh penekanan.Se
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 80. Xander's Help

Cuaca pagi hari begitu dingin akibat salju turun cukup lebat. Jendela apartemen Audrey telah mengumpul salju di sana. Biasanya jika di Jepang, Audrey akan bermain bola salju dengan putra kesayangannya. Namun, kali ini Audrey harus menahan diri tak bermain dengan putranya. Setelah semua pekerjaan selesai di Roma, maka Audrey akan segera kembali ke Jepang.“Audrey! Astaga gawat, Audrey! Matilah aku!” Dakota menerobos kamar Audrey dengan wajah yang begitu cemas dan takut.“Ada apa, Dakota? Kenapa kau berteriak-teriak seperti orang hutan?” Audrey menatap dingin Dakota yang berteriak-teriak tidak jelas.Dakota menggigit kukunya seraya mondar-mandir tidak jelas di hadapan Audrey. Terlihat raut wajah Dakota begitu panik dan cemas. “Audrey, aku baru saja dimarahi Paman Athes. Astaga, Paman Athes tampan kenapa galak sekali? Bagaimana ini, Audrey? Paman Athes marah padaku.”“Ayahku marah padamu? Kenapa, Dakota? Memangnya kau berbuat salah apa sampai ayahku marah padamu?” Kening Audrey mengerut,
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status