Semua Bab Tanpa Status: Bab 11 - Bab 20

24 Bab

Bab 11 Gosip di Kantor

"Ini benar-benar mereka, aku melihatnya di club malam dan mengambil foto mereka, mereka berjoget bersama di club itu." "Masa sih? Apakah Jessica sudah putus dengan Pak Arya, ya? Tapi, masa iya dia mau melepaskan Pak Arya yang lebih kaya dibanding anak baru itu." "Mereka kan sering keluar bersama, makan siang di luar bersama hampir tiap hari." "Aku kira mereka hanya partner dalam proyek ada toko butik di sekitar balai kota itu jadinya aku tidak curiga dengan mereka." "Loh, bukannya Pak Arya yang meminta anak baru itu buat ikut proyek itu dengan Jessica, ya? Tiba-tiba terdengar suara seseorang berdehem di belakang dan sontak semuanya berbalik. "Pa-Pak Arya!" Mereka semua langsung menunduk hormat ke atasan mereka. Arya langsung merebut handphone salah satu karyawati yang memamerkan foto-foto hasil tangkapannya semalam. Arya diam menatap foto itu, foto Jessica bersama Nico di club malam, sejenak wajahnya tampak begitu serius lalu ia mengembalikan handphone itu ke pemiliknya. "Kemb
Baca selengkapnya

Bab 12 Kehebohan di Kantor

"Jessica, sebentar, ya! Aku keluar dulu terima telepon," kata Nico. Pria itu pun langsung keluar dari kantin kantor setelah Jessica mengangguk. "Ya, Nerra?" sapa Nico."Nico, kau dimana?" suara Nerra yang lembut di seberang."Aku ada di kantor sekarang. Ada apa, Nerra?" "Bisakah kita bertemu nanti?" ajak Nerra tiba-tiba. Nico terdiam sejenak lalu ia melihat jam tangannya. "Baik, jam 12 aku bisa. Mau bertemu di mana?" "Di cafe orange yang dekat dari rumahku. Kau tahu, kan?" "Oh ... iya, aku tahu." "Baiklah. jam 12 aku tunggu di sana ya, Nico?" "Okay ...." "Nico terdiam menatap layar handphone-nya begitu panggilan itu terputus. Ia menghela napas panjang, sebenarnya bisa saja tadi ia menolak ajakan Nerra untuk bertemu namun entah mengapa ia sangat khawatir dengan mantan kekasihnya itu walau Nerra lebih memilih pria lain. *** Nico melangkah ragu ketika memasuki suatu cafe. Musik jazz yang ringan mengalun begitu merdu namun di sana belum ramai. Nico langsung mendapati sosok Nerr
Baca selengkapnya

Bab 13 Mari Bercinta

Malam itu, Nerra tak bisa tidur. Ia duduk di ranjangnya, memeluk kedua kakinya sambil menitikkan air mata. Entah sudah berapa kali ia menanyakan keberadaan kekasihnya pada keluarga pria itu namun tak ada seorang pun yang mengetahuinya. Gadis itu mulai putus asa, rasa takut akan ditinggalkan mulai menggerogotinya apalagi hubungan percintaan mereka telah jauh. Tiba-tiba terdengar suara bel di rumah kontrakannya. Nerra menghapus air matanya dengan punggung matanya. Ia agak heran, siapa gerangan yang datang ke rumahnya di jam selarut ini?Nerra pun beranjak, menuju jendela kamarnya untuk melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya. Begitu melihat mobil itu ia langsung cepat-cepat bergegas ke lantai bawah untuk membukakan pintu tamunya. Nerra membuka pintu ruang tamunya, punggung pria yang sangat ia nantikan langsung terpampang di matanya. "Alvian!" Nerra langsung berlari dan memeluk kekasihnya dari belakang. Alvian berbalik untuk melihat wajah gadis yang dia rindukan itu. Ada penye
Baca selengkapnya

Bab 14 Desahan Tiada Henti

Nico hanya terdiam memandang Jessica yang sedang check in kamar di hotel itu. Tadinya ia tak mau menganggap serius ajakan Jessica untuk bercinta namun ternyata wanita itu benar-benar memesan kamar. Jessica berbalik ke arah Nico sambil tersenyum sumringah ketika ia telah mendapatkan card lock. "Ayo kita ke kamar!" ajaknya lalu ia mulai berjalan menuju lift. "Jessica, tunggu!" seru Nico, ia berlari mengejar Jessica, "kau sedang bercanda, kan?" "Kau pikir aku bercanda kalau sudah check-in?" balas Jessica. Nico menelan liurnya, ia diam dan mengikuti jessica masuk ke lift ia ingin menanyakan lagi apa benar Jessica serius mengajaknya bercinta namun di lift mereka tidak hanya berdua. Lift terbuka dan Jessica berjalan dengan santainya menuju kamar mereka. "Ayo masuk!" katanya pada Nico. Ragu-ragu Nico mengikutinya masuk. Lampu tidur di kamar hotel langsung menyala ketika Jessica meletakkan card lock-nya di tempatnya. Wanita itu langsung masuk ke dalam dan meletakkan tasnya di atas meja
Baca selengkapnya

Bab 15 Arti Keperawanan

Nico terbangun ketika sinar matahari masuk melalui pinggir jendela namun matanya enggan untuk terbuka. Ia lalu berbalik, tangannya meraba-meraba ke samping seakan mencari seseorang yang telah menemaninya di malam yang indah namun tangannya hanya menyentuh kain sprei. Nico langsung membuka matanya dan terbangun. Ia sadar bahwa sosok Jessica tak ada di sana. Sepertinya wanita itu telah pulang tanpa sepengetahuan Nico. *** "Selamat pagi, Nico!" sapa Rendy ketika Nico tiba di kantor. "Selamat pagi, Ren," balas Nico. Nico lalu melirik ke arah kursi kerja Jessica namun wanita itu tak ada di sana. "Apa Jessica sudah datang?" tanya Nico. "Belum, dia belum datang," jawab Rendy, "ada apa?" ia malah balik bertanya."Tidak ada apa-apa," jawab Nico. Nico lalu duduk di kursi kerjanya, ia menyalakan komputernya namun pikirannya selalu membayangkan apa yang telah ia lakukan bersama Jessica semalam. Ia tak bisa melupakan bagaimana mereka saling bercumbu hingga tubuh mereka menyatu. Benar-benar
Baca selengkapnya

Bab 16 Kangen

Jessica mengernyit memandang Nico yang tiba-tiba datang dan menanyai perihal hubungan wanita itu dengan atasan mereka. "Kenapa kau ingin tahu?" wanita itu malah bertanya balik. "Aku mendengar gosip tentangmu. Apa itu benar?" wajah Nico tampak begitu serius. Jessica diam termangu. "Oh ... berarti itu benar ...," gumam Nico. "Memangnya kenapa kalau itu benar?" tantang Jessica, "apa salah kalau aku mencintainya?" Jessica lalu mendorong Nico dengan bahunya dan melenggang meninggalkan Nico. Nico terus memandang wanita itu hingga wanita itu pergi bersama dengan mobilnya. *** Nico kini berada di dalam apartemennya, duduk menyandar di sofanya sambil menikmati minuman kaleng dinginnya. Kembali ia mengingat-ingat lagi bagaimana ia bercinta dengan Jessica, bayangan itu sangat sulit ia hilangkan. Entah karena itu adalah pengalaman pertamanya dengan seorang wanita atau ia menginginkannya lagi. Nico mengambil handphone-nya, ia hendak menelepon Jessica namun ia ragu mengingat bagaimana perte
Baca selengkapnya

Bab 17 Pria yang Tertolak

Seharian ini Nico bekerja begitu serius di depan layar komputernya, tak terasa rasa lelah menghampirinya. Ia menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sambil memejamkan matanya sejenak. "Jangan terlalu memaksakan diri," kata Rendy, "santai sajalah! Aku saja santai ...." "Aku hanya tidak suka menunda-nunda pekerjaanku," ucap Nico. "Aku ke toilet dulu, ya," lanjutnya. Nico lalu beranjak dari kursinya dan berjalan menuju toilet namun kebetulan toilet di lantai itu sedang penuh. Nico pun menuju lift ke lantai atas. Dan benar saja, toilet di sana sedang sepi. Nico buang air kecil sebentar lalu ia keluar menuju westafel untuk mencuci tangannya. Ia juga membasuh wajahhya untuk menghilangkan rasa kantuk. "Semalam kau terlalu jahat ke Jessica," tiba-tiba terdengar suara pria. "Huh, dia pantas mendapatkannya," kali ini terdengar suara Arman, "dia itu tak lebih seorang wanita murahan yang mencoba merebut suami orang!" "Tapi itu kan hanya gosip saja," kata pria lainnya, "dan bukannya dulu
Baca selengkapnya

Bab 18 Bagaimana Kalau ....

Tut ... tut .... "Halo?" "Jessica, kau jadi ikut ke acara temanku?" tanya Nico melalui panggilan telepon."Iya bisa," jawab Jessica, "kau mau aku jemput nanti?" "Bagaimana kalau aku yang menjemputmu," kata Nico, "aku habis beli motor baru," lanjutnya. "Oh, ya?" "Hu um ... aku jemput," ucap Nico, "kau chat alamat apartemenmu nanti aku datang jam sebelas." "Baiklah, nanti aku chat alamatnya." *** Jessica duduk di depan meja riasnya, ia tampak begitu cantik dengan dress berbahan sifon berwarna coklat. Tak cukup dengan itu, ia pun mengulas make up di wajah jelitanya dengan semangat. Sempurnah, ia melihat puas dirinya di cermin. Tidak lama kemudian handphone-nya berdering, tanda ada panggilan telepon masuk. Segera Jessica meraih handphone-nya, matanya tampak bersinar saat melihat nama Nico muncul di layar handphone-nya."Ya, Nico?" "Jessica, aku sudah ada di halaman gedung apartemen," kata Nico dengan suara baritonnya. Jessica lalu berlari menuju jendela, ia pun menyingkap gorde
Baca selengkapnya

Bab 19 Apa Kau Menyukaiku?

"A-aku ...," Nico tersipu hingga bingung harus menjawab apa. Jessica diam menunggu pengakuan Nico namun tiba-tiba ia tertawa. "Aku hanya bercanda!" Nico mengusap belakang kepalanya. Ia pun bingung, Jessica adalah wanita yang cantik dan menarik, tentu ia sangat menyukainya. Hanya saja, ia masih ragu apakah wanita itu memiliki hubungan dengan atasannya atau tidak. Karena tidak mungkin ia mendekati wanita yang masih menjadi kekasih pria lain."Baiklah, ayo kita naik itu!" ujar Jessica sambil menunjuk wahana bianglala. Nico menoleh ke arah wahana yang menyerupai kincir raksasa itu. "Apa itu aman?" "Tentu saja," kata Jessica, "kau harus mencobanya! Dari atas kita bisa lihat pemandangan kota yang indah." Nico mengangguk setuju lalu mereka pun menuju ke wahana itu. Dengan semangat Jessica masuk ke salah satu kabin bianglala itu. Mereka saling duduk berhadapan. Bianglala mulai berputar, Jessica tertawa saat melihat Nico agak panik saat merasakan bianglala itu mulai berputar namun tidak
Baca selengkapnya

Bab 20 Mengapa?

Napas Nico tertatih menyaksikan Jessica yang berada di atasnya, menggoyangkan pinggulnya maju mundur di sana. Sesekali ia menggeram, merasakan nikmatnya liang milik Jessica mengaduk-mengaduk miliknya. "Ah ... Jessica ...," desah Nico. Napas Jessica juga memburu, ia memandang wajah Nico yang menatapnya penuh gairah. Ia mempercepat gerakan pinggulnya saat ia merasakan ada sesuatu yang meledak dalam dirinya. "Ugh ... ah ah ah ah, Nico ... aku ... ahh!" Tubuh Jessica mengejang hebat, ia menengadahkan wajahnya dan dadanya membusung. Napasnya terdengar memburu. Nico yang menyaksikan pemandangan seksi itu tak tahan apalagi ia merasakan denyutan-denyutan hebat di dinding kenikmatan milik Jessica. Nico bangun dan mencium bibir Jessica dengan penuh gairah, mereka saling melumat bibir dan sesekali menyesapnya. "Ahh ... Nico ...," desah Jessica saat Nico menyesap puncak buah dadanya. Wanita itu mulai bergairah lagi dan menggerakkan pinggulnya. "Ah ah ah ah ...." Suara desahan mereka saling
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status