“Apa bagusnya wanita itu, Jo?” Di dalam kendaraan roda empat milik Jo, aku yang duduk di bangku sebelahnya, meratap dan bertanya-tanya, “Dibandingkan dengan mamaku, wanita perusak itu tidak ada apa-apanya.” Jonathan hanya fokus menyetir dan mendiamiku, meski tidak disahuti, aku tetap melanjutkan sumpah-serapah dan caci-makiku. “Mama cantik, meski sudah kepala tiga dia masih awet muda, tubuh Mama bagus, gelar Mama dokter—Mama lebih segala-galanya dari wanita itu, yang biasa saja, tua, melar dan hanya seorang guru.” “Kenapa Papa tega mengkhianati kami hanya demi wanita seperti dia? Papa bahkan ingin bercerai dari Mama karenanya, Papa tidak menyayangi kami lagi hanya karena janin di perutnya—” Teringat Jordan, seketika aku terdiam. Secara bersamaan Jonathan juga menghentikan laju mobilnya. Aku tidak sadar, dibawa ke tempat sepi olehnya. Meski gang penuh sampah ini cocok untukku bersembunyi, jika Papa kini tengah mencari-cari siapa yang sudah menghajar si Malya. Meski jika Nendo tega bu
Read more